Jejak Langkah Wang Yuxiu

Wang Yuxiu mendengus, ia segera melepaskan tubuhnya dari dekapan Qing Luwan.

Wang Yuxiu pun berbalik badan, dan menatap Qing Luwan dengan seksama, "Sungguh tidak masuk akal! Wan'er kita baru saja bertemu, bagaimana mungkin kamu mempunyai perasaan seperti itu terhadapku!" ucap Wang Yuxiu.

Senyuman manis tergambar di kedua sudut bibir Qing Luwan, ia pun melangkah kekanan, dan berdiri kembali sembari menatap langit malam. "Entahlah! Akupun tidak tahu, kenapa perasaan ini bisa muncul dihatiku dengan begitu saja!" ucap Qing Luwan.

Wang Yuxiu menghela nafas panjangnya, ia pun berjalan ke samping Qing Luwan, dan ia pun sama-sama bersama Qing Luwan menikmati langit malam yang begitu terang.

"Baiklah, kali ini ... aku mungkin egois, bahkan tidak tahu diri! Namun, aku harus mengambil langkah ini, dan mungkin akan menyulitkan mu! Wan'er." ujar Yuxiu dengan nada yang begitu ragu.

Namun, Qing Luwan menerimanya sepenuh hati, walaupun ia tahu, bahwa pernikahan itu tidaklah didasari atas nama cinta dan kasih sayang. Namun, Qing Luwan tidak memperdulikannya, ia tetap bersedia menjadi istri Wang Yuxiu dengan cara seperti itu.

Wang Yuxiu pun dengan egois menentukan tindakannya, walaupun ia sama sekali belum memikirkan rencana kedepannya, setelah ia berhasil mengumpulkan ketiga batu kristal bintang.

"Kalau begitu ... aku akan segera memberi tahu ayahanda, agar pernikahan bisa di adakan secepatnya, karna kompetisi akan dilaksanakan dalam waktu satu minggu mendatang!" ucap Qing Luwan dengan tegas.

Wang Yuxiu pun menjawabnya, "Baiklah! Maaf, harus merepotkan mu, Wan'er." ujar Wang Yuxiu.

Qing Luwan pun bergegas pergi.

.

.

.

Waktu berlalu, Wang Yuxiu tak sadar dan tertidur di rumah kecil pada malam itu.

Hingga, ia terbangun di pagi hari, terkena sorot cahaya mentari pagi yang menghangatkan tubuh.

Wang Yuxiu membuka kedua matanya, namun ia kembali memejamkan matanya, akibat cahaya matahari pagi yang begitu menyilaukan mata.

"Kak ... kamu sudah bangun!" seru suara seorang wanita yang terdengar di telinga Wang Yuxiu.

Ternyata, itu adalah Qing Luwan, yang tengah menyiapkan beberapa makanan di atas meja.

"Qing Luwan!" ujar Wang Yuxiu dengan perasaan yang masih mengantuk.

Namun, Wang Yuxiu tiba-tiba bangun dengan cepat, dan hal yang pertama ia tanyakan adalah pernikahan palsu nya.

"Wan'er ... bagaimana, apakah ayahmu menyetujuinya?" tanya Wang Yuxiu dengan tergesa-gesa.

Qing Luwan yang tengah menyiapkan makanan, sejenak terdiam. Dia nampak begitu bersedih, karena yang ada di pikiran Wang Yuxiu, hanyalah tentang pernikahan palsu, demi mencapai tujuannya saja.

Namun, Qing Luwan tidak dapat menyangkalnya, itu merupakan keputusannya yang bersedia untuk melakukan semua ini.

Jauh di lubuk hati Qing Luwan yang paling dalam, ia jelas sangat mencintai Wang Yuxiu. Namun, setelah mendengar perkataan Wang Yuxiu, ia tidak mempunyai harapan untuk mendapatkan Wang Yuxiu. Hanya saja, ia masih mempunyai kesempatan untuk tetap berada disisi Wang Yuxiu, menemani segala perjalanan nya.

Qing Luwan pun membalikkan badannya, ia pun tersenyum paksa kepada Yuxiu. "Oh itu, tenang saja! Ayahku telah menyetujuinya, bahkan ia nampak sangat senang!" seru Qing Luwan dengan nada yang lemah.

Wang Yuxiu pun duduk di kursi kayu sembari menghela nafasnya. "Syukurlah kalau begitu!" ujar Wang Yuxiu.

Walaupun Wang Yuxiu merasa sangat begitu bersalah. Namun ... ini adalah pilihan satu-satunya yang harus ia ambil saat ini.

Setelah itu, mereka pun menikmati sarapan paginya bersama-sama.

..

...

Disisi lain!

Qing Du, kini telah berada di kediaman keluarga Liu, yang berada di pusat kota Liu.

Saat itu, dimalam hari ... disaat Qing Luwan menyampaikan pesan Wang Yuxiu kepada Qing Du.

Qing Du pun berangkat menuju kediaman keluarga Liu, disaat fajar belum terbit.

Saat ini, Qing Du tengah berada di ruangan yang sangat luas. Karpet di lantai berwarna biru, kursi-kursi dihiasi oleh lapisan emas dan cat berwarna biru. Pilar-pilar penyanggah, semuanya terbuat dari marmer dan lapisan emas, menunjukan suatu kemewahan yang sangat menakjubkan.

Qing Du, duduk di kursi itu, dan tengah menunggu Liu Hao.

Sesaat kemudian, Liu Hao pun datang menghampirinya.

Qing Du pun bangkit, membungkukkan tubuhnya, memberi salam hormat kepada Liu Hao.

Saat itu, Liu Hao tersenyum dan sangat menyambut kedatangan Qing Du. "Tuang Qing ... silahkan duduk." ujar Liu hao mempersilahkan Qing Du untuk duduk kembali.

Seorang pelayan perempuan, menuangkan teh hijau kedalam cangkir, "Silahkan teh nya! Tuan." ujar pelayan itu sembari menurunkan sedikit tubuhnya.

"Terimakasih – terimakasih." ujar Qing Du sembari tertawa kecil.

"Tok! Tok! Tok!" seseorang mengetuk pintu ruangan, disaat Liu Hao dan Qing Du tengah asik berbincang.

Liu Hao sedikit mengkerut kan alisnya, "Siapa? Aku sedang bersama tamuku, jangan ganggu aku." ujar Liu Hao dengan nada yang tinggi.

"Ayahanda! Aku pulang." suara seorang wanita yang sangat begitu merdu, terdengar dari balik pintu.

"Qing'er!" ucap Liu Hao dengan sangat begitu terkejut. Kedua matanya terbelalak, ia pun segera bangkit dari tempat duduknya.

Perlahan, pintu ruangan setinggi lebih dari tiga meter itu terbuka lebar.

Liu Hao pun segera bergegas, berjalan cepat kedepan pintu.

Di depan pintu, seorang wanita muda yang sangat cantik, tengah berdiri dengan sangat anggun dan mempesona.

Kulitnya putih seputih salju utara, rambutnya panjang dan hitam, mengenakan aksesoris jepitan rambut berupa bunga merah muda. Bibirnya yang tipis merah merona, hidungnya kecil. Pakaiannya putih, dihiasi dengan aksesoris keemasan. Dua belahan puncak kembarnya yang besar terlihat, pakaiannya, tidak melebihi lututnya. Tubuhnya anggun dan berlekuk, dia adalah Liu Qing'er. Anak pertama Liu Hao, merupakan kakak perempuan Liu Bai.