NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:79.7k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mama Mertua

Di tengah keheningan yang nyaman, suara bel pintu terdengar memecah suasana. Arsen segera beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke arah pintu, membuka kunci dengan sedikit tergesa, lalu menarik pintu perlahan.

Di hadapannya berdiri seorang wanita paruh baya dengan senyum lebar yang memancarkan ketulusan. Di tangannya ada dua kantong belanja besar, dan di lengan kirinya tergantung sebuah tas tangan berwarna krem.

“Mama,” sapa Arsen lembut sambil tersenyum.

“Arsen, apa kabar?,” balas Miranda seraya memeluk Arsen sebentar. “Bagaimana keadaan Anita?”

“Dia masih agak lemas, tapi sudah membaik. Mama masuk dulu saja”

Miranda mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah. Aroma khas rumah yang bersih dan rapi langsung menyambutnya, membuat ia merasa seperti pulang ke tempat yang selalu nyaman.

“Anita masih di kamar. Aku panggilkan dulu.”

Namun sebelum Arsen sempat berbalik, dari arah kamar muncul sosok Anita yang melangkah pelan. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat, tetapi sorot matanya jernih dan penuh rasa bahagia.

“Mama!” seru Anita lirih.

Miranda segera mendekatinya. Ia merentangkan tangan dan memeluk menantunya erat. “Anita sayang, selamat ya. Mama benar-benar senang mendengarnya “Akhirnya setelah sekian lama kamu isi lagi”

Anita tersenyum sambil menahan air mata. “Terima kasih, Ma. Aku juga senang Mama datang.”

Setelah melepaskan pelukan, Miranda memperhatikan wajah menantunya dengan penuh perhatian. “Kamu kelihatan lebih baik dari yang Mama bayangkan. Tapi tetap harus banyak istirahat, ya.”

“Iya, Ma.”

“Sekarang ayo duduk dulu. Mama bawakan beberapa makanan favorit kamu dan sedikit perlengkapan kehamilan. Tidak banyak, tapi semoga bermanfaat,” ujar Miranda sambil menunjukkan kantong belanja yang dibawanya.

Mereka bertiga lalu berpindah ke ruang makan. Arsen membantu meletakkan barang-barang yang dibawa Miranda di atas meja.

Satu per satu isi kantong itu dikeluarkan Miranda: sekotak besar sup ayam buatan sendiri yang masih hangat, potongan buah-buahan segar yang sudah dipotong kecil dan disimpan dalam wadah tertutup, sebungkus roti gandum isi cokelat kesukaan Anita, dan beberapa botol jus buah murni. Selain itu, ada juga suplemen khusus ibu hamil, minyak telon, dan dua stel pakaian tidur longgar berbahan lembut.

“Wah, Mama repot-repot sekali,” ucap Anita dengan suara lirih, tetapi penuh syukur.

“Bukan repot, sayang. Mama senang sekali bisa melakukan ini untukmu. Kamu sekarang sedang mengandung cucu Mama. Mama ingin kamu merasa tenang dan nyaman.”

Anita menggenggam tangan mertuanya erat. “Terima kasih banyak, Ma. Mama selalu membuat aku merasa seperti anak sendiri.”

Miranda tersenyum dan mengelus punggung tangan Anita. “Karena kamu memang anak Mama.”

Arsen hanya duduk dan memperhatikan dengan perasaan hangat yang tak mampu ia ungkapkan. Melihat bagaimana ibunya memperlakukan Anita, seolah memperkuat kesadaran dalam dirinya bahwa wanita di depannya ini telah melalui banyak hal demi keluarganya. Dan Anita tetap memilih bertahan.

“Ayo makan sup ini selagi masih hangat,” ajak Miranda.

Anita mengangguk, dan Arsen membantunya menyendokkan sup ke mangkuk. Kehangatan aroma kaldu menyebar, membuat Anita merasa semakin nyaman.

Saat mereka makan bersama, suasana rumah terasa lebih hidup. Tawa ringan sesekali terdengar dari Miranda ketika mengingat kembali masa kehamilannya dulu. Ia bercerita bagaimana ia dulu juga kerap merasa mual parah dan lebih sensitif terhadap bau.

“Kamu harus lebih sering makan dalam porsi kecil. Jangan biarkan perut kosong terlalu lama,” nasihat Miranda sambil menyuapkan satu potong buah pir ke mulut Anita. “Dan jangan terlalu capek. Biarkan Arsen yang mengurus pekerjaan rumah sebisa mungkin.”

Arsen sempat tersedak mendengar perkataan ibunya, membuat Miranda dan Anita tertawa kecil.

“Tanpa mama suruh aku sudah paham” kata Arsen setelah meneguk air.

Miranda mengangguk puas. “Begitu dong. Itu baru namanya suami.”

Setelah makan, Miranda dan Anita duduk bersama di ruang keluarga. Mereka berbincang lebih banyak, dari mulai tentang dokter kandungan terbaik, nama bayi, hingga soal perubahan emosi yang mungkin akan dialami Anita dalam beberapa bulan ke depan. Miranda bahkan sempat membuka aplikasi di ponselnya untuk menunjukkan beberapa video senam hamil dan meditasi kehamilan.

“Kalau nanti kamu butuh teman untuk pergi kontrol, atau cuma mau jalan-jalan sore, kabari Mama, ya. Mama selalu siap menemani.”

“Iya, Ma. Aku pasti kabari. Tapi untuk sekarang Anita masih belum berani mengunjungi dokter ”

“Iya, mama paham. Pokoknya saat kamu sudah siap saja”

Hari semakin sore, dan suasana hati Anita kian tenang. Rasanya seperti mendapat suntikan semangat baru. Bukan hanya karena kehadiran seorang ibu mertua yang penuh perhatian, tetapi karena untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa tidak sendirian dalam perjalanan ini.

Setelah beberapa waktu berbincang dan memastikan Anita dalam keadaan nyaman, Miranda pun bersiap untuk pulang. Sebelum berpamitan, Miranda memeluk Anita sekali lagi.

“Biar Anita antar ke depan, ma”

“Sudah-sudah, tidak usah. Mana bisa sendiri, kamu kembali lagi saja ke kamar, istirahat. Nanti kalau ada waktu mama akan sering-sering mengunjungi kamu”

“Ya sudah kalau begitu, terimakasih ya Ma. Hati-hati di jalan” Kepergian Miranda begitu sangat membekas bagi Anita, dia harus rela membiarkan wanita berhati malaikat itu pergi dari sini.

Arsen menawarkan diri untuk mengantar sang ibu hingga ke depan rumah. Sore hari mulai menua, dan langit tampak mulai berubah warna, menyisakan gurat jingga yang membentang di cakrawala.

Miranda melangkah perlahan menyusuri jalan setapak di depan rumah sambil menggenggam tas tangannya. Arsen berjalan di sampingnya tanpa banyak bicara, seperti biasa. Mereka sampai di dekat pagar rumah, dan sebelum membuka pintu pagar, Miranda menghentikan langkahnya.

Ia menoleh, menatap wajah putranya dengan mata yang teduh namun serius.

“Arsen,” panggilnya pelan, tapi tegas. “Mama minta satu hal darimu.”

Arsen menoleh. “Apa, Ma?”

Miranda menghela napas sejenak, lalu berbicara dengan nada yang tidak tinggi, namun penuh ketegasan seorang ibu.

“Jaga Anita baik-baik. Jangan pernah sekalipun kamu sakiti dia, entah dengan kata-kata, apalagi dengan perbuatan. Mama tahu kamu bukan orang yang pandai menunjukkan kasih sayang, tapi Anita itu perempuan yang lembut. Dia hanya butuh sedikit perhatian untuk bisa bertahan.”

Arsen menunduk sesaat. Ia mendengarkan dengan diam, setiap kata-kata yang dikeluarkan Miranda seakan menamparnya berkali-kali, tentu Arsen tersinggung dengan perkataan itu.

Miranda melanjutkan, “Dan jangan terlalu dingin padanya. Perhatikan kebutuhannya, bantu dia melewati masa kehamilan ini. Kamu bukan hanya suami sekarang, tapi akan menjadi seorang ayah. Itu berarti kamu harus tumbuh jadi seseorang yang bisa dia andalkan.”

Arsen mengangguk pelan. “Iya, Ma. Aku mengerti.”

Miranda menatap wajah putranya sejenak, lalu tersenyum tipis. “Mama tahu kamu bisa berubah. Anita masih bertahan sampai hari ini, bukan karena dia lemah, tapi karena dia mencintai kamu. Jangan sia-siakan itu.”

Arsen tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangguk sekali lagi, lebih tegas dari sebelumnya. Kata-kata itu menusuk hatinya, tidak dalam bentuk kemarahan, tetapi sebagai peringatan yang mengandung harapan besar. Ia tahu ibunya tidak sedang menggertak, tapi mempercayainya untuk berubah.

Setelah beberapa detik hening, Miranda meraih tangan putranya dan menggenggamnya sebentar.

“Baiklah, Mama pulang dulu. Kalau ada apa-apa, kabari Mama.”

“Iya, Ma. Hati-hati di jalan.”

Miranda melangkah keluar pagar, menoleh sebentar sambil melambaikan tangan. Arsen membalas lambaian itu, lalu menutup pintu pagar perlahan.

Ia berdiri sejenak di depan rumah, memandangi mobil ibunya yang perlahan menjauh, sebelum akhirnya kembali masuk ke rumah. Suasana di dalam rumah terasa lebih hening, tetapi juga lebih hangat—seolah pesan terakhir ibunya tadi masih menggema di dinding-dinding rumah.

1
Ma Em
Anita benar jgn memaksakan diri untuk mencintai seseorang tapi yg kita cintai tdk mau peduli daripada Anita hdp tdk tenang hanya menyiksa diri lebih baik lepaskan daripada dipertahankan tdk membuat Anita bahagia .
Ais
setuju nit kepaskan jauh lbh baik dr pd bertahan dlm hubungan yg toxic dan ngak ada artinya fisik bagus tp kelakuan minus ngapain dipertahankan pasangan macam begini bkn berarti kamu menuntut sempurna dr suami kamu tp setidaknya stiap badai yg dtng hrsnya bs menjadikan suami kamu sbg kepala rumah tangga yg mampu menenangkan badai tersebut bkn malah smakin menciptakan angin topan yg dasyat yg membuat rumah tangga kamu jd hancur lebur ngak bersisa seharusnya arsen adalah tempat kamu berbagi suka dn duka tp arsen hny bs menjadikan rumah tangganya tempat suka aja sementara dukanya dianggap virus buat arsen dn arsen ngak siap dan ngak mau belajar buat menghadapi duka tersebut bsnya hny mengedepankn egosi dan keinginannya semata juga perasaannya aja tp mau melihat klo anita jg sm butuh ditenangkan dam dikuatkan dr duka itu ditmbh dgn masuknya dgn sengaja orang ketiga dlm rumah tangga mereka yg sdh hancur lebur ini membuat pertahanan dan cinta anita luluh lantak tak bersisa
mama
klu km diem aj trs Ending ny gimana Anita.. diam tak akan menyelesaikan masalah.. masa rmh tangga km gini trs gk ada kemajuan atau pling gk km hrs ngambil Keputusn gk tepat buat semua ny agar cpt selesai.. diam gk akan menyelesaikan ap2..
Uthie
Segeralahh Anita 👍😁
partini
arsen kalau istrimu lelahnya dah sampai titik nol dah ras cinta,sayang akan hilang dengan sendirinya,,kamu akan hidup dengan penyesalan
partini
rumah tangga mereka udah ga sehat kaya masakan ga di kasih bumbu hambar ,, Anita dengan rasa lelah yg udah sampe ubun ubun Arsen yg difikirkmnya masalah ga penting,,no good no good
Rahma Inayah
Arsen pikr Anita .Mudha di lulujkan spt dulu anita yg selalu mengemis cnt Arsen walau Arsen terlampau cuek dan kadang2kasasr suka kdrt tp Anita ttp sabar dan bertahan .tp sekrng Anita TDK spt dulu .dia TDl mau di injak2 lagi harga dirinya
Ana_Mar
Arsen terlalu meremehkan perasaan Anita selama ini. satu hal yang perlu kamu ingat sen.. bila sudah kedapatan pengkhianatan, meski masih satu rumah..maka hubungan tersebut tidak akan seperti semula, justru hubungan itu akan menjadi hambar dan tidak ada kebahagiaan.
karena pada dasarnya sekali kamu lakuin pengkhianatan, kamu akan mengulangi lagi di suatu saat nanti, meski kamu berjanji akan berubah.
Elen
👍👍👍
wawa aza
pergilah anita dari laki laki yang tdk menghargai mu berbahagialah dengan caramu sendiri dan hargai dirimu sendiri dari orang yang merendahkan mu
Yuliana Purnomo
mantap Anita,,,,,cuekin Arsen biar makin tersiksa
Uthie
Bagus... tunggu si Arsen goyah lagi aja, Nita .. maka saat itu saatnya kamu Stop pergi dari dia.. dan kau akan bisa melihat ada seorang laki2 yg sudah menunggu kamu lama karena Cintanya pada kamu yg tak pernah berubah 👍🤨
Halimah
Bener Nit mending km pergi aja yg jauh...Terserah keluarga Arsen mau ngapain cuekin aja.Km jg berhak bahagia Nit
Uba Muhammad Al-varo
kalau yang terbaik buat Anita pergi maka pergilah buatlah hidupmu bahagia buat apa mencintai kalau membuat hati dan ragamu menderita lepaskan lah semua nya, yakinlah setelah badai akan datang pelangi
partini
laki laki kaya gitu mah jangan di tangisi rugi,,laki dah punya istri begitu diem aja terus coba sampai kapan dia tahan
n
Rahma Inayah
klu km sdh lelah baiknya lepaskan Anita .jika jati mu terlampau sakit dan tdk mudah utk di obati.hrs Anita km sampaikn PD Arsen klu ananda dan Natasha ke butik nyamperin km dan km jg bilg dpt SALM dr Natasha .pasti nya Arsen sangat marah dan jg merasa bersalah PD Anita Krn luka yg di torehkan arsen ckp menyakitkan
Rahma Inayah
coba km blkkan Anita omongan ipar mu klu seandainya suami ananda spt Arsen gandeng tangan wanita bertm dimal dan TDK BS menemani istri dgn alasan pekerjaan tau nya ketahuan jln dgn wanita lain GK mkn Diam saja ananda pst km marah .lgian ngapain nyamperin Anita bwk pelakor .hrs nya Arsen yg km dtgi BKN Anita ..dasar ipar GK PNY akhlak
Ais
bnr nita buat apa menangis memohon apalg menghiba pd laki”yg kamu anggap rumah buat kamu pulang melepas lelah dan berbagi suka dan duka lbh baik skr kamu fokus sm hidup kamu sm kesehatan kamu dan sm bisnis yg kamu bangun susah payah dr nol biarkan laki”kasar macam arsen ini kena karmanya sndr
mama
ya Anita,.mungkin yg terbaik adalah pergi.. good Anita km kuat.. aq yakin km wanita yg hebat dan jgn lgi tunjukkan kelemahan mu pd Arsen.. atau memohon untuk ditemani
Ana_Mar
yang kuat Nita .. buktikan pada mereka bahwa kamu yang terbaik.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!