NovelToon NovelToon
Always Gonna Be You

Always Gonna Be You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

Season 2


Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.

Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. A Hundred Thousand Things To See

Anggi

Jangan ditanya seberapa udik dirinya karena ini adalah long haul flight pertamanya. Semakin terasa spesial karena ia pergi bersama suami dan menikmati kelas bisnis pula. First time for everything.

Sejak proses check-in ia sudah dibuat terkagum-kagum dengan lounge khusus dan fasilitas fast track untuk penumpang kelas bisnis dan first class. Begitu masuk ke dalam pesawat berbadan paling besar yang pernah ia naiki, lalu naik ke upper deck, kemudian masuk ke dalam kabin, ia kembali harus menahan napas demi melihat suasana private yang sangat nyaman.

Mereka mendapat kursi di bagian tengah, tepat bersebelahan. Saat ia masih ingin bertanya pada Rendra tentang apa dan bagaimana fungsi semua tombol yang ada di sekeliling kursinya, awak kabin dengan cekatan sudah membagikan amenity kit dalam wadah cantik warna burgundy yang elegan. Tak lupa welcome drink orange juice dan cemilan, juga handuk hangat. Serta memberikan buku menu sekaligus menanyakan menu yang ia inginkan sepanjang perjalanan. Yang sempat membuatnya malu karena grogi, hingga Rendra harus turun tangan untuk membantu. Setelah awak kabin beranjak ke penumpang lain, Rendra mengelus kepalanya lembut, "Take it easy...."

Penerbangan Jakarta - Doha selama hampir 9 jam dilaluinya dengan penuh kenyamanan. Menikmati hidangan lezat, cemilan enak, dan fasilitas in flight entertainment yang memuaskan. Tertidur nyenyak di kursi yang bisa diubah menjadi tempat tidur -Tanpa diganggu oleh Rendra yang tiba-tiba membangunkannya tengah malam dengan wajah memohon. Yeah, finally.- selama hampir setengah waktu perjalanan. Begitu juga dengan Rendra, beberapa kali ia melirik ke sebelah, Rendra masih saja tertidur pulas.

Tepat pukul 05.10 waktu Doha, pesawat yang mereka tumpangi mendarat di Hamad International Airport, Doha, Qatar. Dan ia langsung berdecak kagum demi melihat kemewahan dan kecanggihan yang disuguhkan oleh bandara tersebut.

"Aku sampai sini aja udah ngerasa piknik," bisiknya ke telinga Rendra saat mereka sedang berjalan menuju Al Mourjan Business Lounge, untuk transit selama menunggu penerbangan selanjutnya dua jam kemudian. Sambil tak henti-hentinya mengagumi hal canggih dan modern yang baru pertama kali ia temui. Wow!

Rendra hanya tertawa geli sambil menggelengkan kepala melihat tingkahnya yang tak henti membelalakkan mata karena terpesona. Hingga dua jam menunggu di lounge yang mewah dan nyaman, hanya terasa seperti sekejap mata. Kini, tepat pukul 07.15 waktu Doha, pesawat yang mereka tumpangi telah berhasil lepas landas, siap menempuh perjalanan selama hampir 7 jam menuju Barcelona, Spanyol.

Entah karena perbedaan waktu atau memang penatnya belum juga hilang, ia kembali terlelap di separuh perjalanan. Sementara Rendra, dilihatnya tetap terjaga, asyik menikmati tayangan film dari monitor layar sentuh selebar 20 inci, sambil sesekali diselingi membaca dan menyantap dessert yang lezat.

Pukul 13.10 waktu Barcelona, mereka tiba di Aeoropuerto de Barcelona El-Prat atau Bandara Internasional Barcelona El-Prat. Setelah proses imigrasi dan pengambilan bagasi selesai, pukul 14.20 mereka dijemput oleh Raul, guide yang akan mendampingi mereka selama di Barcelona.

"Hola, bienvenido senor y senora Darmastawa. Como esta (Halo, selamat datang tuan dan nyonya Darmastawa. Apa kabar) ?" dengan ramah Raul menyapa dan menyalami mereka berdua.

Rendra sempat terdiam dan berpikir, sebelum akhirnya menjawab dengan logat khas Kalimantan, "Bien, gracias. Y usted (Baik, terima kasih. Dan anda)?"

Wajah Raul berubah sumringah, "Bien. Mucho gusto (Baik juga. Senang berkenalan dengan anda)," lalu melanjutkan. "Your Spanish really good."

Rendra tertawa sambil menggelengkan kepala, "No, i mean...just a little bit." Lalu kembali tertawa, "I'm nervous enough now."

Raul pun ikut tertawa, kemudian melanjutkan percakapan dalam bahasa Inggris, "Well, selamat datang di Barcelona."

Raul membantu mereka membawa koper untuk dimasukkan ke dalam mobil yang telah disiapkan oleh Marco, sang driver. Selanjutnya mereka langsung menuju ke hotel.

Sepanjang perjalanan, Raul banyak menerangkan tentang kota Barcelona, keunikannya, event-event nasional maupun internasional yang akan dihelat dalam beberapa waktu ke depan, hingga obrolan seru tentang El Clasico pekan lalu dimana hasil pertandingan Barca vs Madrid berakhir imbang 2-2.

"Kau menonton langsung?!" Rendra terpesona mendengar cerita Raul.

"Yeah, tentu, dia Barcelonistas," justru Marco yang menjawab.

"Wah, kita rival," Rendra terkekeh.

"Tos!" Marco memberi kode untuk mengajak berhigh five. "2 lawan 1," sambil tertawa.

"Itulah aku," Raul menjawab dengan bangga. "Seharusnya Barca yang menang. Ingat saat Messi berhadapan dengan Navas? Itu 98% gol."

"Tidak...tidak...tidak...," Marco yang menjawab.

"Navas jelas ada di waktu yang tepat hingga bisa menepis tendangan The Goat," tambah Rendra.

"Well, begitulah permainan. Kau harus melihat bagaimana cara mereka bermain. Tak ada waktu untuk berkedip barang sedetikpun," lanjut Raul antusias.

"Ya, aku harap bisa kembali lain waktu untuk melihat mereka bermain," ujar Rendra sungguh-sungguh.

"Sayang, padahal kau hanya terlambat beberapa hari."

"Yeah, kemarin aku sibuk dengan pernikahan yang sudah diatur jauh-jauh hari."

"Wah, kau baru saja menikah? Hebat. Selamat."

Rendra tersenyum bangga sambil merengkuh bahunya lembut. "Apa kau tak melihat pancaran bahagia dari wajah kami berdua?"

Kalimat Rendra membuatnya mencibir. Namun Raul dan Marco justru menggumam setuju, "Ya, ya, kalian terlihat sangat serasi dan bahagia."

"Pantas saja tujuan kalian adalah tempat-tempat yang indah," Raul seperti teringat akan sesuatu.

"Kecuali sirkuit," ia pun tak tahan untuk tak ikut bersuara.

"Oh ya...ya....," Raul dan Marco tertawa bersama. "Disana akan sangat bising nyonya. Berhati-hatilah."

Kemudian mereka tertawa bersama.

Tak sampai 20 menit, mobil yang mereka tumpangi telah memasuki halaman hotel Sofia Barcelona. Dan langsung disambut ramah oleh petugas. Raul pun membantu mereka melakukan proses check-in. Lalu meninggalkan mereka berdua untuk beristirahat, setelah sebelumnya berjanji akan bertemu lagi besok pagi guna melakukan city tour.

Begitu sampai di kamar mereka di lantai 11, ia langsung melihat ke segala penjuru, menyingkap gorden, hingga bisa melihat indahnya view kota Barcelona dari balik kaca.

"Bagus ya?"

Ia hanya bisa mengangguk.

"Cape nggak? Aku mau ngajak jalan ntar malam. Kata Darrel ada restoran enak di dekat sini. Cocok buat lidah orang Indonesia."

"Nggak nunggu Raul?"

"Aku maunya jalan berdua sama kamu...."

"Ntar kalau nyasar gimana?"

"Ada Maps, ada kamus bahasa Spanyol."

"Tapi ini kan bukan Jogja, bukan Prambanan, bukan Jakarta. Kita asing disini."

"Nggak papa nyasar, yang penting berdua sama kamu."

"Kita mesti hemat tenaga buat besok. Kamu bukannya mau nonton F1. Belum lusa paginya langsung ke Manchester."

"Iya, kita harus hemat tenaga."

Ia mengangguk senang karena Rendra mengerti.

"Kamu tahu nggak cara praktis yang bisa bikin tenaga kita full lagi. Ibarat ponsel yang di charge, baterenya langsung terisi penuh."

"Apa?" ia mengernyit heran.

"Doing this....."

"And this...."

***

Ia terbangun karena merasa kedinginan. Rupanya selimut yang dipakai tersingkap hingga udara dingin AC langsung menembus kulitnya.

Dengan perlahan ia berusaha bangkit, tak ingin membangunkan Rendra yang tertidur pulas, lengkap dengan mulut setengah terbuka dan dengkuran kecil. Plus mata yang terbuka seperempat dengan hanya menampakkan bagian putih saja.

Rupanya selama dua minggu hidup bersama, ia mulai tahu beberapa kebiasaan Rendra. Salah satunya adalah, tidur dengan suara dengkuran halus saat kecapaian.

Dengan berjingkat-jingkat ia berjalan menuju kamar mandi. Melepas penat dengan berendam di bathtub dalam buaian keharuman aromatherapy. Ia bahkan kembali tertidur selama beberapa saat. Begitu selesai dan keluar dari kamar mandi, didapatinya Rendra masih terlelap dengan posisi yang sama seperti tadi saat ditinggalkan. Hmm, the young and dangerous kita bisa tepar juga ternyata, batinnya geli.

Ia pun mengisi waktu dengan melihat-lihat pemandangan kota Barcelona dari balik jendela kaca, lalu memakan cemilan yang disediakan pihak hotel, membalas pesan chat dari Papah, Mamah, dan juga Adit di grup keluarga. Tak lupa membuka Grup Romansa yang ramai dengan kisah seru coass Chris di Kepulauan Seribu, kebahagiaan Fira yang akhirnya bisa wisuda bulan depan, kerepotan Bayu mengurus administrasi jelang studi ke UK, juga Inne yang kini sudah ikut bergabung di grup chat. Praktis hanya ia dan Dio yang tak bersuara.

Fira. : 'Woy, yang lagi honeymoon nggak ada suaranya.'

Chris. : 'Anggi, ar yu der?'

Inne. : 'Jangan ganggu yang lagi honeymoon. Pamali.'

Bayu. : 'Anggi sama Dio kompakan nggak ada suaranya.'

Bayu. : 'Visa aman bruh?' -sambil mentag Dio-

Namun Dio tak pernah membalas chat-an anak-anak, sekaligus tak pernah muncul di grup Romansa, sama seperti dirinya, sama-sama menjadi silent reader.

"Udah bangun?" suara serak Rendra hampir menjatuhkan ponsel yang sedang dipegangnya.

"Kalau cape tidur lagi aja," ujarnya sambil menghampiri Rendra lalu mengangsurkan segelas air putih.

"Mendadak punya ide," ujar Rendra setelah menghabiskan segelas air putih pemberian darinya.

"Apa?!"

"Sebelum kulineran, kita jalan ke Camp Nou gimana? Tadi sempat cek maps, dari sini cuma 5 menit jalan kaki."

"Kalau kamu nggak keberatan, kita ikut tur keliling stadion. Info di situsnya sih, kurang lebih memakan waktu 2 jam."

"Masih ada waktu buat kita jalan ke La Rambla."

"Lagian Camp Nou sama La Rambla nggak masuk di destinasi city tour kita besok."

Ia mengangguk setuju. Meski bukan penggemar sepakbola, mumpung sudah berada disini, why not? Mengunjungi kandang klub kelas dunia jelas akan menambah wawasannya. Dan nanti mungkin ia bisa membeli merchandise atau souvernir khas Barca untuk Papah dan Adit yang bola mania.

Jarak dari hotel tempat mereka menginap ke stadion kebanggaan klub Barcelona hanya sekitar kurang dari 1 km. Namun mereka tempuh dengan berjalan kaki selama hampir 15 menit lamanya. Karena mereka banyak berhenti untuk berfoto atau melihat hal menarik yang ditemui di tengah jalan.

Rendra membeli tiket self guided tour untuk mereka berdua seharga 23 Euro. Artinya Camp Nou Tour mereka tanpa didampingi oleh guide khusus. Bisa juga menyewa tour audio guide seharga 5 Euro, namun kata Rendra, "Nggak perlu ya, nggak bakal kesasar," sambil menunjuk beberapa papan petunjuk arah yang sangat jelas.

Begitu masuk ke dalam stadion yang megah, bulu kuduknya langsung merinding menyaksikan behind the scenes klub sepakbola sebesar Barcelona. Seolah merasakan bagaimana rasanya duduk di kursi VIP, melihat tempat press conference pemain, juga press box atau tempat para komentator melakukan pekerjaannya meliput pertandingan, dan yang paling disukai Rendra, terlihat dari ekspresi kekaguman yang terpancar, adalah melihat ruang ganti pemain lawan.

Begitu tour selesai, ia pun tak sabar untuk mengirim wefie mereka berdua ke Adit dengan background lapangan rumput hijau yang megah dengan tulisan Camp Nou Stadion. Adit tumben-tumbenan fast response menjawab,

Adit. : 'COOL.' -emoticon mupeng + nangis-

Adit. : 'Titip jersey no.10 home.'

Adit. : 'Size M.'

Adit. : 'It's a must.'

Yang langsung membuatnya pusing demi melihat harga yang tertera, lebih dari 100 Euro atau hampir 2 juta rupiah. Mahal amat?! Namun tanpa berkata Rendra telah mengambil kaos tersebut dan membayarnya di kasir. Tak lupa membeli beberapa merchandise dan souvenir untuk oleh-oleh.

Usai dari FCBottiga Megastore, Rendra mengajaknya mengunjungi FC Barcelona Museum. Untuk melihat perjalanan Barcelona sejak berdiri hingga saat ini. Ratusan piala tersusun rapi sesuai dengan tahun perolehan, memorabilia properti pemain, tak ketinggalan display ribuan foto pertandingan Barcelona.

Berkeliling hampir dua jam membuat perut mereka lapar. Rencana makan malam di restoran rekomendasi Darrel pun batal karena keburu perut keroncongan. Rendra sempat melihat ponsel sebentar sebelum akhirnya memilih masuk ke sebuah restoran Jepang yang menyediakan menu utama sushi.

"Orang Indonesia, belum makan kalau nggak makan nasi," celoteh Rendra.

Dari restoran sushi, Rendra harus kembali mengecek ponsel dengan kening berkerut -membuatnya tertawa geli karena terlihat lucu-. Lalu menyempatkan diri bertanya kepada orang yang kebetulan lewat, yang ternyata tidak bisa berbahasa Inggris. Sementara perbendaharaan bahasa Spanyol Rendra hanya percakapan standar by book -membuatnya kembali tertawa-. Hingga akhirnya harus dilengkapi dengan bahasa isyarat. Namun malah membuat mereka tersesat.

"Katanya tahu," ia pura-pura mencibir sambil tak kuasa menahan tawa.

"Seneng ya nyasar," Rendra ikut tertawa. Sampai akhirnya kening Rendra tak lagi berkerut setelah lama melihat ponsel -sepertinya berhasil menemukan jalan keluar- dan mengajaknya naik metro atau kereta api listrik menuju Plaza de Catalunya, alun alunnya kota Barcelona.

"Kamu lihat ponsel terus, emang bisa bacanya?" ledeknya saat mereka mulai berjalan menyusuri Plaza de Catalunya, menuju monumen dua air mancur karya Antoni Gaudi, seorang arsitek Catalunya dari Reus, Spanyol, yang menjadi tokoh utama modernisme Catalunya.

Rendra terkekeh, "Tadi nyerah, akhirnya nanya ke Raul."

"Apa katanya?"

"Dia marah-marah, 'kenapa nggak bilang dari tadi, kalau mau dia bisa kok nemenin jalan-jalan'."

"Terus kamu jawab apa?"

"Kubilang, 'sori, Raul, aku mau jalan berdua istriku'," sambil merengkuh bahunya lembut. "Lagian besok kan kita bakalan seharian keliling kota sama dia."

Ia tersenyum sambil matanya menerawang memandang tiga anak laki-laki kecil tampan yang berlari-lari riang mengelilingi monumen air mancur. Sementara ayah dan ibu mereka duduk mengamati dari kursi panjang.

Hanya beberapa langkah dari Plaza de Catalunya, sampailah mereka di kawasan La Rambla, pedestarian lebar yang dipenuhi dengan pepohonan rimbun di sebelah kanan kirinya, dan membentang sejauh kurang lebih 1,2 km.

Di sepanjang La Rambla tampak berderet-deret toko, butik, restoran, hotel, pasar, toko souvenir, seniman jalanan, maupun pedagang kaki lima. Tak ketinggalan deretan butik fashion ternama asal Spanyol seperti Zara, Mango, dan Bershka. Rendra sempat menunjuk sebuah dress cantik paling up to date yang terpampang di etalase Zara, namun ia menggeleng, "Bajuku udah banyak. Nggak perlu."

Yang langsung menghadiahinya kecupan singkat di puncak kepala, "Jalan sama kamu ngirit bener," sambil terkekeh.

Malam ini suasana La Rambla sangat ramai dan padat dengan lalu lalang orang. Warga setempat dan turis bercampur baur. Beberapa polisi terlihat berpatroli di sepanjang pedestarian. Dari tempat mereka berjalan mulai terlihat ujung La Rambla. Namun Rendra mengajaknya belok ke kiri.

“Kata Raul tadi, dari La Rambla, jangan belok kanan, bahaya, rawan kejahatan."

"Beloknya ke kiri, banyak situs bersejarah, sekaligus jalan pulang ke hotel."

Ia pun mengangguk-angguk mengerti. Sepanjang jalan pulang itu, mereka melewati official store Barcelona FC, Museum Picasso, dan tempat pertunjukan musik bergaya art noveau.

Mereka sampai di hotel tepat pukul 21.30. Karena kembali lapar, Rendra pun menelepon layanan kamar. Tanpa menunggu lama, makanan yang mereka pesan langsung licin tandas. Namun masih terasa kurang.

"Kamu masih lapar nggak?" Rendra mengerling. Membuatnya membongkar kardus bekal yang sengaja disiapkan Mamah sejak dari Jogja. Yang ternyata berisi masakan Padang yang sekarang bagai surga dunia. Lengkap berisi rendang, abon, ayam suwir, kering kentang, dan sambal.

"Wah, Mamah kamu beneran nyiapin buat dua minggu nih," Rendra tersenyum senang, lalu beranjak ke arah koper, dan mengambil beras.

"Ya ampun," ia mengernyit sekaligus tertawa. "Kamu bawa beras??" ia malah baru tahu karena koper mereka memang masing-masing.

"Nggak ada nasi nggak makan," Rendra terkekeh. Lalu memasaknya di rice cooker for traveler mini.

"Kamu bawa rice cooker juga?!?"

"Ngelihatnya biasa aja dong, nggak usah kagum gitu," seloroh Rendra.

Sambil menunggu nasi matang, mereka duduk meringkuk berdua di atas sofa sambil menonton tayangan televisi. Begitu nasi matang dan tanak, mereka terutama Rendra, langsung menyantap habis makanan terlezat yang seolah sudah bertahun-tahun tak mereka temui, padahal baru dua hari pergi dari Indonesia.

Usai makan mereka sempat membicarakan banyak hal, terutama rencana sepuluh hari ke depan, dan tempat-tempat mana saja yang akan dikunjungi.

Pukul 23.00 matanya mulai mengantuk, dengan menyeret langkah ia pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan Rendra. Saat ia mulai bersiap untuk tidur, Rendra tersenyum menatapnya, "Kayaknya aku pingin makan yang lain deh."

"Seriously?"

***

Keterangan :

Art Noveau. : gaya seni dekoratif paling populer tahun 1890-1910 an

1
Esti Nengsich
ya ampun...
Mereka ngapain siii...
Afidatul Rifa
Owalahhh jadi pas Cakra masuk ganapati saat Regis ketemu Maba yg namanya Adit itu adeknya MBK Anggi Tah?? 😁 aduhhh baru ngeh pdahal baca novel ini sama si Cakra itu dah berkali" aduhh si othor memang the best bikin alur cerita dari ke 4 karya ini nyambung semua
Ardiansyah Gg
yg gk enak pas bagi raport bang... di panggil menurut absen... auto pulang terakhir kita 😆
"ariani's eomoni"
baca lagi,...gegara nonton jendela seribu sungai

gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
Erna P
kalo aq dah pingsang Nggi g sanggup.sejam perjalanan aja udah tepar.mabokan orangnya makanya g pernah kemana2 hu hu😭padahal pengen kek orang2.kalopun bisa jauh itu aq harus pake roda 2 baru kuat 3 4 jam jg ku jabanin
Erna P
sekarang justru momen2 sama si abang yg di inget ya bukan Dio 😁
Erna P
aq malah jd keinget momen mabanya Anggi sama si abang🤭kalo ada lagu kebyar2 gini
Erna P
abang Renen aq reread entah yg keberapa kali ini y ampun gamon bgt aq.aq salah satu mantanmu jg kah habisnya susah mupon😝😝
Naimatul Jannati
2025 aku balik lg baca,.nunggu kak thir bikin cerita bang riyadh sm inne ini😍😍
Anna Maria Hendraswari
Luar biasa
Hijri Rifai
sering bgt ku lihat nama KK author ini kl pas buka aplikasi ini... tp blm ada cerita baru... cuma judul ini yg blm di bukukan semua sudah di bukukan.... tp mmg semua ceritanya bagus bgt. apa mungkin KK author sedang melakukan riset dll utk judul baru...😂😂😂 sejujurnya ngarep bgt...
Hijri Rifai: kak nama penulisnya sama jg kl di kbm ... aku udah cari tapi blm ketemu.. aku sampai download kbm lho demi mau baca..
total 5 replies
mainrahasia
kota ini aman damai... ya Alloh... andai benar Jogja aman damai tak ada isu sara yg menjadi pemicu beberapa pertikaian... 😩😩😩
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
Haryo Tawang
Luar biasa
Haryo Tawang
Kecewa
St4891
udah baca gak tau udah yg k berapa kalinya, gak pernah bosen bacanya walaupun karya yg skrang udah banyak revisinya
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu
Esther Lestari
circle pertemanan yg gk kaleng2 nih....
Lala Trisulawati
Keren bngt.....♥️♥️♥️♥️♥️👍
Reni Novitasary
ga prnah bosan..baca lagi..lagi...dan lagi
Reni Novitasary
ngambil master sm dio d jepang/Smile/
Fitri Fitri
kepingin kayak cerita ini ☺☺☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!