Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memukul terus
Aldi mengecek ponselnya dengan panik, kenapa semua vidio dan foto dirinya dan juga Nadira hilang, vidio mereka melakukan hubungan intim, foto bugil mereka semuanya tak ada yang tersisa.
"Sialan siapa yang lakuin ini, kacau sialan" teriak Aldi.
Dean, Alfi dan juga Fajri hanya diam saja melihat Aldi yang mengamuk menghancurkan semua barang yang ada di markas.
"Sial sial, kenapa bisa"
"Aldi, lo baik-baik aja kan" tanya Dean yang penasaran.
"Siapa yang tadi ngotak-ngatik ponsel gue"
Mereka bertiga menggelengkan kepalanya "Sejak kapan kita tahu sandi ponsel lo Aldi" ucap Alfi membela diri karena mereka tak mau kena pukulan.
"Sialan" Aldi langsung saja pergi, meninggalkan teman-temannya dengan sebuah tanda tanya ada apa diponsel itu sampai Aldi marah sekali.
"Lo kenapa kemarin ga ikut Dean, ketemu siapa sih" tanya Alfi yang penasaran.
"Biasalah ketemu pacar palingan, pacar misterius dia" celetuk Fajri.
Dean hanya tersenyum dan segera melangkah pergi dari sana.
"Hey jawab malah main pergi aja" teriak Alfi yang tak terima dan mulai mengejar Dean.
...----------------...
Srak, tangan Nadia ditarik begitu kasar oleh Aldi "Apa-apaan sih, gue lagi makan lepasin tangan gue lepasin" teriak Nadia.
Teman-temannya tak ada yang membantu, mereka hanya diam sebagai penonton. Sudah biasa Nadira ditarik paksa seperti itu oleh Aldi.
Brak, tubuh Nadia didorong dengan kesal kearah toilet laki-laki, Nadia yang terjatuh segera bangkit dan menatap Aldi dengan sengit.
"Apa-apaan sih lo tiba-tiba dorong gue kayak gini, gue salah apa sama lo sih" Nadia mengusap tangannya yang sakit terbentur.
"Banyak salah lo, kemana sih Nadira yang penurut, pendiam dan juga manis, kenapa sekarang Nadira jadi pembangkang dan kasar"
"Gue kan liat contoh dari lo. Lo juga kasar sama gue, jadi gue praktekkan sama lo dan juga Siska, kenapa ada yang salah"
"Tentu saja ada" dagu Nadia dicengram dengan erat, bahkan tangannya pun ditahan agar tak bergerak "Jangan terus macam-macam kayak gini sama gue, gue ga suka sama lo yang kayak gini berubah, mana bekal makan gue, mana cemilan siang gue kenapa lo jadi ga bawa itu"
"Gue bukan pembokat lo" susah payah Nadia bicara "Lepasin"
Tubuh Nadia makin di pojokan, rambutnya sekarang mulai ditarik dan kembali didorong, Aldi berdiri dengan tatapan marahnya.
"Gue mau hubungin ini berakhir, gue mau putus dasar laki-laki gila, gue ini manusia punya rasa sakit" teriak Nadia sekuat tenaga agar tak terlihat lemah dihadapan laki-laki pengecut ini.
"Gue udah bilang, sampai kapanpun lo ga akan pernah lepas dari genggaman gue, lo ga akan pernah gue putusin sampai kapanpun dan suatu saat gue bakal nikahin lo, lo ga akan pernah bisa tinggalin gue sampai kapanpun Nadira"
Nadia menggeleng dengan keras "Ga sudi gue punya suami kaya lo, yang ada gue mati berdiri"
Plak, kembali sebuah tamparan Aldi berikan pada Nadia, namun sekarang Nadia tak tinggal diam balik menampar Aldi, tak lupa dengan pukulan yang bertubi-tubi Nadia berikan, Aldi hanya diam saja membiarkan Nadia melakukan itu.
Dalam sekali tarikan tangan Nadia sudah tertangkap lagi, namun Nadia tak kehabisan akal mengunakan kakinya, menendang kaki Aldi lalu menghentakkan kepalanya ke kepala Aldi sampai pegangan ditangannya terlepas.
"Sialan" teriak Aldi sambil memegang kepalanya.
Nadia segera berlari pergi dari sana, meskipun kepalanya sakit.
"Nadira"
Nadia melihat kebelakang, takut Aldi mengikutinya, disini juga banyak murid yang lain.
"Kamu ga kenapa-napa kan, apa yang terjadi"
"Aku, kamu tahu apa terjadi sama aku, ga usah aku jelasin"
Nadia melepaskan cekalan tangan Dean dan segera berlari menghindari orang-orang yang terus menatapnya, kepalanya sangat pusing sekali.
Dean yang melihat arah keluar Nadira segera mengecek kedalam ternyata ada Aldi disana.
"Kenapa terus melukainya sih Al, apa ga capek terus ngasih kekerasan sama Nadira, kamu mau buat dia mati gitu"
Aldi malah mencengkram kerah seragam Dean "Kenapa, dia pacar-pacar gue mau gue buat dia mati ataupun enggak itu bukan urusan lo. Kenapa lo selingkuhan sama dia sampai-sampai lo terus bela-belain dia hah, dari beberapa hari ini lo selalu belain Nadira, lo suka sama dia atau sekarang lo jadi pacarnya juga, lo mau berkhianat dari gue"
"Gue cuman kasihan sama Nadira hidupnya ga pernah tenang selalu aja lo siksa, belum lagi dirumahnya, jangan tambah penderitaan Nadira. Lo tuh laki-laki yang seharusnya jadi pelindung buat Nadira bukan jadi duri di hidup Nadira" Dean mendorong Aldi dan pergi dari sana, tatapan Aldi sekarang begitu tajam pada Dean.
"Jika tebakan gue bener awas aja lo ga akan lepas dari gue Dean"
...----------------...
"Biar aku bunuh Aldi"
"Jangan" tahan Nadia
"Kenapa, kamu mulai suka sama dia"
Nadia menggelengkan kepalanya "Pembunuh Nadira belum terungkap kalau iya Aldi pembunuhnya maka aku yang akan menghabisinya dan satu lagi aku mana suka sama laki-laki kasar kaya dia"
"Tapi dia harus diberi pelajaran"
"Tapi jangan sampai dia mati, biarkan dia hidup sampai semua masalah terselesaikan kita buat Aldi menjadi yang terakhir"
"Iya sayang aku janji, gih masuk ke kelas udah aku obati"
"Makasih ya sayang" Nadia memberikan senyumnya dan segera melangkah pergi dari sana. Rasanya ingin berlama-lama dengan kekasihnya tapi ini bukan waktu yang tepat.
Nadia juga keluar mengendap-endap jangan sampai ada yang tahu dirinya keluar dari gedung belakang sekolah yang sudah terbengkalai.
Kalau sampai ketahuan bisa kacau semuanya, hancur semua rencana yang sudah dirinya susun dengan sangat rapih ini.
"Itu Nadira tangkap" teriak Siska.
Nadia mengerutkan keningnya mendengar itu, tangkap memangnya dirinya ini penjahat.
Namun tentu saja Nadia pasrah saja, ingin melihat apa yang akan mereka lakukan pada Nadia, mungkin pasrah bukan hal yang bagus. Tapi Nadia akan ambil resiko itu.
Merry dan juga Dinda menarik Nadia dengan mudah ya karena Nadia sengaja, mereka membawa Nadia kesebuah ruangan yang cukup jauh dari tempat mereka belajar dan ruang guru.
Brak, tubuh Nadia di lepaskan dan didorong dengan sangat kencang sama seperti apa yang tadi Aldi lakukan, Nadia melihat lututnya yang berdarah, pintu di tutup dengan kencang dan Siska sekarang maju dengan sangat percaya diri.
Bahkan teman-temannya juga sama halnya menatap Nadia dengan begitu angkuh dan merasa percaya diri kalau mereka bisa mengendalikan Nadia.
"Lo tetap akan kalah Nadira, lo tuh bukan apa apa tahu" teriak Siska sambil menarik rambut Nadia.
Namun.....