NovelToon NovelToon
DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

​Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Tiga hari setelah operasi wajah yang dilakukan oleh Amira.

Pagi ini diruang perawat VVIP dimana Sebastian masih setia menunggu istrinya yang masih tertidur pulas.

Tok... tok.... tok....

Sebastian meminta Michelle untuk masuk ke ruangan.

"Selamat pagi Mr. Vanderkus." sapa Michelle.

"Selamat pagi, Michelle."

Michelle memeriksa grafik di monitor, lalu menatap Amira dengan raut puas.

“Tekanan darahnya stabil, detak jantungnya normal, dan pemulihan pascaoperasi berjalan sempurna. Dokter Han akan sangat senang mendengarnya,” ujarnya.

Sebastian mengangguk pelan, kelegaannya jelas terpancar di matanya.

“Terima kasih, Michelle. Aku benar-benar bersyukur.”

“Mungkin beberapa hari lagi, sebagian perban di wajah Mrs. Vanderkus sudah bisa dibuka. Semua luka luar mulai menyatu dengan baik.”

Saat Michelle sedang menulis laporan, jemari Amira tiba-tiba bergerak.

“Michelle, lihat! Dia bergerak!” seru Sebastian dengan suara bergetar.

Michelle segera mendekat dan menyentuh lembut tangan Amira.

“Mrs. Vanderkus? Saya Michelle, apakah Anda bisa mendengar saya?”

Amira membuka matanya perlahan-lahan dan melihat Michelle yang mengajaknya berbicara.

Sebastian menunduk, wajahnya langsung berubah lembut penuh haru.

“Sayang, kamu sudah sadar.”

Amira menganggukkan kepalanya sambil menggenggam tangan suaminya.

“B-Bas…”

Sebastian segera menggenggam tangan istrinya erat-erat.

“Iya, ini aku. Kamu sudah melewati semuanya, Amira. Operasinya berhasil.”

Michelle menatap monitor sebentar, memastikan semua tanda vital normal.

“Mrs. Vanderkus, kondisi Anda sangat baik. Tubuh Anda bereaksi sempurna terhadap proses pemulihan. Beberapa hari lagi, Dokter Han akan mulai melepas perban pelan-pelan.”

Amira menatap Michelle sambil tersenyum tipis ke arah Michelle.

“Iya, Mrs. Vanderkus. Tapi jangan terburu-buru. Kita lakukan dengan hati-hati, supaya hasilnya sempurna.”

Sebastian mengusap lembut pipi Amira di bagian yang tidak tertutup perban.

“Kamu luar biasa, Sayang. Kamu sudah melewati semuanya dengan sangat kuat.”

Amira tersenyum tipis, suaranya hampir seperti bisikan,

“Terima kasih, sudah menungguku."

Sebastian mendekat, mencium punggung tangannya penuh kasih.

“Selalu, Mira. Aku akan selalu menunggumu.”

Kemudian Michelle memanggil perawat lain untuk membawa sarapan untuk Amira.

Perawat membawa nampan yang berisi bubur gingseng, susu kedelai dan buah apel.

"Mr, Vanderkus. Tolong nanti Mrs. Vanderkus agar menghabiskan sarapannya." ucap perawat

Sebastian menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

“Baik, nanti aku pastikan dia makan semuanya,” jawabnya.

Michelle dan perawat lain kemudian keluar pelan-pelan, meninggalkan mereka berdua di ruangan yang kini kembali tenang, hanya terdengar suara lembut mesin monitor yang berdetak stabil.

Sebastian menatap nampan sarapan di meja. Ia mengambil sendok, lalu meniup bubur gingseng yang masih mengepul hangat.

“Aku tahu kamu belum bisa makan sendiri dengan nyaman, jadi biarkan aku bantu, ya?”

“Hmm, sepertinya aku benar-benar seperti bayi sekarang.” ucap Amira sambil tersenyum tipis.

Sebastian terkekeh kecil, lalu menyuapkan sesendok bubur ke bibir Amira.

“Kalau semua bayi sekuat kamu, mungkin dunia nggak akan pernah kenal kata ‘menyerah.’”

Amira menelan perlahan. Rasanya hambar, tapi kehangatan dari perhatian Sebastian membuatnya terasa manis.

“Bas…”

“Hm?”

“Apakah aku terlihat aneh dengan perban sebanyak ini?”

Sebastian menatap wajahnya lama, kemudian menggeleng dengan senyum lembut.

“Tidak. Kamu terlihat seperti seseorang yang sedang sembuh dan itu jauh lebih indah dari kata cantik.”

Air mata Amira menetes saat mendengar perkataan dari suaminya.

Setelah beberapa suapan, Amira menggelengkan kepalanya dan menolak halus.

“Aku sudah kenyang, Bas.”

“Sedikit lagi, ya. Dokter Han pasti marah kalau tahu pasien kebanggaannya nggak mau makan.”

Amira tertawa kecil.

“Kamu lebih galak dari dokternya.” ucap Amira.

Sebastian ikut tertawa, lalu menyuapkan suapan terakhir.

“Nah, selesai. Sekarang minum susu kedelai ini biar kamu makin kuat.”

Setelah Amira selesai makan, Sebastian merapikan nampan dan membetulkan posisi bantal di belakang punggung istrinya.

“Kalau kamu capek, tidur lagi aja. Aku di sini.” ucap Sebastian.

Amira menggenggam tangan suaminya dan memintanya untuk naik ke atas tempat tidur.

Sebastian sedikit terkejut dengan permintaan lembut itu.

“Naik ke tempat tidur? Tapi kamu baru saja sadar, Sayang. Takutnya nanti aku..."

Amira memotong pelan, suaranya masih serak tapi sarat rindu.

“Tolong, Bas. Aku cuma ingin kamu di sampingku… aku takut tidur sendirian.”

Sebastian menatap wajahnya yang setengah tertutup perban, lalu menghela napas lembut.

Ia menepikan kursi, lalu perlahan naik ke sisi ranjang, berhati-hati agar tidak menyentuh selang infus di tangan Amira.

Setelah Sebastian merebahkan tubuhnya, Amira langsung menyandarkan kepalanya di dada Sebastian.

Amira mendengar suara detak jantung suaminya yang sedikit berdetak kencang.

"Bas, istirahatlah. Aku akan menemanimu disini." ucap Amira.

Sebastian sudah memejamkan matanya dan tertidur pulas.

Dalam hitungan detik Amira juga memejamkan matanya sambil memeluk tubuh suaminya.

Ceklek!

Suara pintu perawat dibuka oleh Casandra dan Jiho yanh membawa sarapan untuk Sebastian.

Casandra dan Jiho melihat mereka berdua yang tertidur pulas.

"Lihatlah mereka, Jiho. Seperti dua jiwa yang akhirnya menemukan tempat pulang masing-masing.”

Jiho ikut tersenyum kecil sambil meletakkan nampan sarapan di meja.

“Iya, Nyonya. Saya belum pernah melihat Tuan Sebastian setenang ini. Biasanya dia selalu tegang setiap kali di rumah sakit.”

Casandra melangkah pelan mendekati ranjang sambil menatap Amira yang bersandar di dada putranya.

Meskipun wajah Amira masih dibalut perban, aura tenang dan damai itu begitu terasa.

"Terima kasih, Amira. Kamu sudah mengembalikan senyum putraku." ucap Casandra.

Casandra masih ingat bagaimana putranya terluka ketika Natasya mantan tunangannya meninggalkannya dan memilih untuk bersama lelaki lain.

Setelah kejadian itu Sebastian menjadi lelaki yang dingin dan sudah untuk membuka hatinya.

“Lihatlah, Jiho. Tuhan benar-benar tahu kapan waktu yang tepat untuk menyembuhkan luka manusia.”

“Betul, Nyonya. Mereka berdua seperti saling menyembuhkan dengan cara yang tak bisa dijelaskan.” ujar Jiho.

Casandra tersenyum kecil, lalu berjalan ke arah jendela besar.

Di luar, sinar matahari musim dingin memantul di hamparan salju putih yang menutupi taman rumah sakit.

“Dulu aku sempat takut Sebastian tidak akan pernah bisa mencintai lagi,” ucap Casandra lirih, masih menatap ke luar jendela.

Jiho menundukkan kepala, mendengarkan dengan hormat.

“Setelah Natasya pergi, ia membangun tembok yang tinggi sekali. Tapi lihat sekarang, Jiho. Amira bisa menembus tembok itu tanpa paksa. Dengan luka, dengan kesabaran, dan dengan cinta.”

“Mungkin karena mereka sama-sama pernah hancur, Nyonya. Hanya orang yang patah yang tahu bagaimana menyatukan kepingan orang lain.”

Casandra mengangguk pelan saat mendengar perkataan dari Jiho.

Kemudian Casandra mengajak Jiho untuk keluar dari ruang perawatan.

"Nyonya, apakah anda mau jalan-jalan? Atau mau makan potoki?" tanya Jiho.

Casandra langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Jiho yang menyebut potoki.

"Nona Amira yang mengatakan potoki, jadi saya juga ikut-ikutan"

Casandra menganggukkan kepalanya dan meminta Jiho untuk mengajaknya makan Potoki

1
AlikaSyahrani
lanjottt
AlikaSyahrani
drmoga wajahmu lebi cantik dari sebelumnya
AlikaSyahrani
semoga operasi waja amira berhasil🤲🤲🤲👍👍👍
AlikaSyahrani
semoga cepat sembu amira dan diberikan momongan ygluculucu😀😀😀
AlikaSyahrani
jangan lupa thor dobel bab
my name is pho: sudah kak
selamat membaca
total 1 replies
AlikaSyahrani
semoga pernikaan yang kedua ini kamu bahagia almira sampai ke jannah🤲🤲🤲🤲🤲
AlikaSyahrani
jangan lama lama thor
my name is pho: iya kak, terima kasih
total 1 replies
AlikaSyahrani
benar kata mama bastian dia mau gendong cucu
AlikaSyahrani
jangan lebay kamu bastian
AlikaSyahrani
semoga amira gak sampek hamil ya
karna bastian mandul
AlikaSyahrani
kalau bisa kamu kabur aja dari rumah suamimu
AlikaSyahrani
amira kàmu harus kuat dan sabar
AlikaSyahrani
kasian sakali aminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!