Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Perburuan di Gunung Besi
Pagi berikutnya, suasana di '24/7 Mart' terasa berbeda. Siaran dari Guild Vanguard telah menyuntikkan rasa urgensi yang baru ke dalam rutinitas kami. Surga kecil kami yang terisolasi kini terasa seperti berada di tepi peta yang mulai dijelajahi oleh pemain-pemain lain. Waktu kami untuk beroperasi dalam bayang-bayang kini terbatas.
"Mereka akan mengirim pengintai," kataku saat kami sarapan dengan makanan kaleng. "Pemain-pemain itu akan mencari tahu apa yang terjadi pada Ogre itu. Mereka akan menemukan zona pertempuran, dan jika mereka cukup pintar, mereka akan menemukan jejak kita. Kita tidak punya banyak waktu sebelum kita mendapat tamu."
Ryo tampak gugup. "Apa yang akan kita lakukan jika mereka menemukan kita?"
"Kita akan siap," jawabku dengan tenang. "Itulah sebabnya kita mempercepat rencana kita. Perburuan hari ini bukan lagi hanya untuk upgrade. Ini adalah keharusan. Kita harus menjadi sekuat mungkin sebelum dunia luar menemukan kita. Ryo, zirahmu. Anya, pengalaman tempur dengan busurmu. Aku, beberapa level lagi. Itulah prioritas kita."
Tekad menggantikan rasa cemas di wajah mereka. Kami bukan lagi sekumpulan pengungsi. Kami adalah sebuah unit dengan tujuan.
Setelah persiapan terakhir—Anya berlatih beberapa tembakan dengan busur barunya, dan Ryo mengemasi satu set perkakas dasar—kami berangkat. Tujuan kami: Tumpukan Sampah Logam Zenith, sebuah area industri luas yang oleh para gamer lama seperti aku dijuluki "Gunung Besi".
Perjalanan ke sana membawa kami melewati lanskap yang berbeda. Distrik perumahan dan komersial yang familier berganti menjadi gudang-gudang besar yang sunyi, pabrik-pabrik yang terbengkalai dengan cerobong asap yang retak, dan rel-rel kereta kargo yang ditumbuhi tanaman merambat aneh. Udaranya berbau karat, oli, dan mana yang terasa lebih liar dan tidak stabil.
Kerja sama kami kini berjalan mulus. Saat kami melewati sebuah halaman kargo yang terbuka, telinga Anya berkedut. "Sesuatu yang bergerak," bisiknya. "Banyak. Kecil. Berbunyi seperti logam yang bergesekan."
Aku mengintip dari balik sebuah kontainer kargo. Sekawanan monster seperti serangga seukuran anjing, yang tubuhnya terbuat dari roda gigi dan lempengan logam yang saling bertautan, sedang berpatroli. [Gear Scuttler - Level 6]. Mereka bergerak dalam kelompok besar. Sebuah pertarungan yang akan membuang-buang waktu dan sumber daya.
"Bukan target kita," kataku. "Ada jalan lain."
[Ingatan Sempurna]-ku menyajikan peta selokan bawah tanah dari "Realms of Oblivion" yang kebetulan melintas tepat di bawah area ini. Aku menunjuk ke sebuah penutup lubang got yang besar. "Lewat bawah. Akan kotor, tapi aman dan cepat."
Tanpa ragu, mereka mengikutiku. Kami menavigasi terowongan-terowongan yang gelap dan lembap, hanya diterangi oleh [Lentera Mana] kami. Ini adalah jalan pintas yang tidak akan pernah ditemukan oleh para pemain baru yang hanya menjelajahi permukaan. Ini adalah keuntungan dari pengetahuan.
Kami akhirnya tiba di tujuan kami. Kami keluar dari sebuah saluran pembuangan dan mendapati diri kami berada di tepi lautan sampah logam yang luas. Gunung-gunung mobil yang diremukkan, tumpukan mesin cuci dan kulkas yang berkarat, dan jalinan pipa serta lempengan baja yang tak berujung menciptakan sebuah labirin vertikal yang mengintimidasi. Angin bersiul melalui celah-celah logam, menciptakan suara-suara aneh yang menakutkan.
"Tetap dekat," peringatku. "Tempat ini penuh dengan titik buta. Sempurna untuk penyergapan."
Kami belum berjalan jauh saat kami menemukannya. Dari balik tumpukan kap mobil, sesosok makhluk bangkit berdiri. Tingginya sekitar tiga meter, berbentuk humanoid kasar, tetapi seluruh tubuhnya terbuat dari potongan-potongan logam rongsokan yang menyatu: pintu mobil sebagai pelindung dada, pipa-pipa sebagai lengan, dan sebuah televisi tabung tua yang pecah sebagai kepalanya. Sebuah cahaya mana biru yang redup bersinar dari celah-celahnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Nama: Scrap Golem
Level: 7
HP: 500/500
Skill: [Junk Barrage] (Jarak Jauh), [Body Slam]
Tipe Zirah: Logam Berat
Kelemahan: Listrik, Kerusakan Hantaman (Tumpul).
Resistensi: Sangat Tinggi (Tebasan, Tusukan).
Deskripsi: Golem tanpa pikiran yang terbentuk dari logam rongsokan yang dihidupkan oleh mana liar. Tubuhnya yang padat membuatnya sangat tahan terhadap senjata tajam.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Saat melihat deskripsinya, aku langsung tahu kami punya masalah besar. Resistensi Sangat Tinggi terhadap Tebasan dan Tusukan.
Anya, yang sudah bersiap dengan busurnya, menembakkan satu [Anak Panah Duri]. Anak panah itu melesat lurus dan mengenai dada si golem. Namun, alih-alih menancap, anak panah itu hanya memantul dengan suara 'ting!' yang menyedihkan, bahkan tidak meninggalkan goresan.
"Anak panahku tidak mempan!" serunya, terkejut.
Kapak besiku dan belati Anya juga akan sama tidak bergunanya. Serangan utama kami baru saja dinegasikan. Tapi kelemahannya juga jelas: Kerusakan Hantaman.
Aku membuka [Void Storage]-ku. Dengan suara 'thump' yang berat, [Gada Tiang Lampu Ogre] muncul di tanganku. Senjata tingkat Rare itu terasa berat dan canggung. STR-ku di Level 8 adalah 45, masih kurang 5 poin dari syarat STR 50 untuk menggunakannya secara efektif. Setiap ayunan akan terasa lambat dan menguras staminaku. Tapi ini adalah satu-satunya alat yang kami punya untuk pekerjaan ini.
"Rencana berubah," kataku, mencoba beradaptasi dengan beratnya senjata baru ini. "Anya, senjatamu tidak akan melukainya. Tugasmu sekarang adalah mengalihkan perhatiannya. Lari, buat dia terus bergerak. Jangan biarkan dia fokus padaku. Ryo, tetap bersembunyi. Cari jalan keluar jika situasinya memburuk."
Aku menerjang maju, mengangkat gada raksasa itu dengan susah payah. Golem itu mendetekiku dan mulai melemparkan bongkahan-bongkahan logam tajam ke arahku. [Junk Barrage]. Aku menangkisnya dengan gadaku, benturannya membuat lenganku bergetar.
Anya segera bertindak. Ia melesat ke sisi lain golem itu, menembakkan beberapa anak panah lagi yang meskipun tidak merusak, cukup untuk membuat si golem menoleh. "Hei, kaleng rombeng! Di sini!" teriaknya.
Golem itu berbalik, mengabaikanku sejenak untuk mengejar target yang lebih kecil dan lebih lincah itu. Itulah celah yang kubutuhkan. Dengan geraman, aku mengayunkan gada Ogre itu dengan seluruh kekuatanku. Ayunannya lambat, tapi kekuatannya luar biasa. Gada itu menghantam punggung si golem.
CRUNCH!
Suara logam yang remuk terdengar memuaskan. Pintu mobil yang menjadi punggungnya penyok ke dalam. Bar HP-nya turun drastis. [HP: 380/500]. Senjata yang tepat untuk pekerjaan yang tepat.
Pertarungan itu menjadi sebuah permainan kucing dan tikus yang berbahaya. Anya, dengan kelincahannya yang luar biasa, berlari melewati labirin rongsokan, membuat si golem terus berputar-putar. Sementara itu, aku bertindak sebagai palu godam, menghantamnya setiap kali ia lengah. Golem itu mencoba menggunakan [Body Slam], menerjang ke arahku, tapi gerakannya lambat. Aku berhasil menghindar, meskipun ia menabrak tumpukan rongsokan di belakangku, menyebabkan longsoran logam yang berbahaya.
Setelah pertarungan yang melelahkan, aku berhasil mendaratkan pukulan terakhir ke "kepala" televisinya, menghancurkannya dan memadamkan cahaya mana di dalamnya. Golem itu runtuh menjadi tumpukan logam tak bernyawa.
Kami mengumpulkan loot-nya: beberapa [Lempengan Logam Keras] dan sebuah [Inti Golem] yang berdenyut.
"Satu... selesai," kataku terengah-engah. Menggunakan gada itu benar-benar menguras tenaga.
Kami menghabiskan satu jam berikutnya dengan taktik yang sama, memburu dan menghancurkan tiga Scrap Golem lagi. Dengan setiap pertarungan, gerakan kami menjadi lebih terkoordinasi. Anya menjadi ahli dalam memprediksi gerakan golem dan memancingnya ke area di mana aku bisa mendapatkan ayunan yang bersih. Aku pun mulai terbiasa dengan beratnya gada itu.
Setelah golem keempat, aku merasakan gelombang kekuatan. [Anda telah naik LEVEL! Anda sekarang Level 9!]. Aku langsung memasukkan poin atributku ke STR, membawanya ke angka 50.
Tiba-tiba, gada Ogre di tanganku terasa berbeda. Tidak lagi canggung. Kini terasa seperti perpanjangan tanganku.
Namun, keberhasilan kami rupanya menarik perhatian yang tidak diinginkan. Getaran berat terasa dari pusat tumpukan sampah, lebih kuat dari golem mana pun. Sebuah tumpukan rongsokan seukuran truk mulai bergerak, membentuk dirinya menjadi golem yang jauh, jauh lebih besar. Matanya, yang terbuat dari dua lampu depan truk yang pecah, menyala dengan cahaya merah yang mengancam.
[Junk Behemoth - Level 14].
"Kita sudah mendapatkan apa yang kita butuhkan," kataku dengan cepat. "Kita tidak melawan itu. Ryo, jalan keluar!"
Ryo, yang selama ini mengamati dari kejauhan, menunjuk ke sebuah terowongan yang terbentuk dari badan bus yang roboh. "Lewat sana! Seharusnya tembus ke jalan utama!"
Kami tidak membuang waktu. Kami berlari. Raungan memekakkan dari Behemoth terdengar di belakang kami saat ia mulai mengejar, setiap langkahnya menyebabkan longsoran sampah logam.
Ini adalah pelarian yang menegangkan. Anya menggunakan kecepatannya untuk berlari di depan. Aku di belakang, sesekali berbalik untuk menembakkan [Void Pulse] ke tumpukan rongsokan di atas kami, menyebabkan longsoran kecil yang memperlambat Behemoth itu. Ryo, yang telah memetakan rute di kepalanya, memandu kami melewati jalan-jalan buntu dan celah-celah sempit.
Kami akhirnya berhasil keluar dari terowongan bus itu, kembali ke jalanan yang relatif aman, meninggalkan raungan marah si Behemoth di belakang kami. Kami berhasil. Kami mendapatkan material yang kami butuhkan dan semua orang selamat.
Kami bersandar di dinding, mencoba mengatur napas. Misi kami sukses. Tapi saat aku melihat ke kejauhan, ke arah pusat kota, jantungku berhenti sejenak.
Sebuah titik cahaya merah melesat tinggi ke langit dari arah Lapangan Utama, sebelum meledak seperti kembang api. Sebuah suar sinyal.
Guild Vanguard sedang bergerak. Mereka mungkin sedang mengorganisir tim pencari untuk menyelidiki kematian Ogre itu. Atau mungkin mereka menghadapi ancaman baru. Apapun itu, dunia di luar surga kecil kami sedang bergerak cepat.
"Mereka... mencari sesuatu," bisik Anya.
"Ya," jawabku sambil menatap suar yang perlahan memudar itu. "Dan aku punya firasat buruk, cepat atau lambat, mereka akan mencari kita."
Jam pasir anonimitas kami baru saja dibalik.