NovelToon NovelToon
Misteri Cinta Amezza

Misteri Cinta Amezza

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Henny

Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai Berubah

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Vania saat melihat Amezza yang keluar kamar pagi ini.

"Aku sudah merasa lebih baik, ma." ujar Amezza. Sejak mereka tiba di Paris, Amezza memang jatuh sakit. Hampir sebulan ia berusaha melawan penyakitnya yang kata dokter hanya karena stress sampai asam lambungnya naik.

"Baguslah. Mama mau pergi dulu." Vania meraih tasnya.

"Ma, Ev kemana? Kok aku telepon tak aktif ya?"

"Ev di tempat kerjanya. Dia memang kalau kerja tak mau diganggu." jawab Vania dengan sedikit cuek lalu segera pergi.

Amezza menatap ibu mertuanya itu. Ia bingung dengan perubahan sikap Vania semenjak mereka tiba di sini. Mertuanya itu sering terlihat kesal padanya. Sangat berbeda sikapnya saat mereka masih di Spanyol.

"Nyonya, apakah anda mau sarapan?" tanya Bianca. Salah satu pelayanan di sini yang banyak membantu Amezza saat ia sakit. Bianca adalah pelayan termuda di sini. Usianya sama dengan Amezza. 22 tahun.

"Iya. Aku mau sarapan." Amezza bertekad untuk sembuh. Tubuhnya sudah menjadi kurus. Berat badannya dalam sebulan turun sampai 7 kg.

Bianca menyiapkan meja makan. Amezza duduk sendiri. Ia jadi ingat dengan suasana hangat di rumahnya setiap kali mereka sarapan. Perempuan itu buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh menyesali pilihan yang sudah diambilnya.

Selesai sarapan, Amezza memutuskan untuk berjalan mengelilingi mansion ini. Semenjak datang ke tempat ini, ia memang hanya mengurung diri di kamar karena sakit.

Evradt menemaninya selama 3 hari saja. Setelah itu suaminya sibuk dengan pekerjaannya. Ia pergi setiap jam 7 pagi dan kembali setiap jam 7 malam. Kadang juga Evradt pulang di atas jam 10 malam.

Amezza melihat taman belakang yang sempat dilukisnya beberapa bulan yang lalu. Evradt mengatakan kalau taman itu akan dirombak. Kenyataannya taman itu masih tetap ada.

"Bianca, aku ingin keluar sebentar. Aku ingin ke toko untuk membeli kuas, kanvas dan peralatan melukis ku yang lain." kata Amezza. Amezza memang selama beberapa bulan ini belajar bahasa Perancis. Makanya sekarang bahasa Perancis nya sudah semakin lancar.

"Tuan mengatakan kalau nyonya akan keluar rumah, maka aku harus menemani nyonya. Aku akan minta sopir untuk menyiapkan mobil bagi kita berdua.

Amezza mengangguk senang. Ia kemudian ke kamarnya untuk ganti pakaian. 30 menit kemudian, mereka sudah tiba sebuah toko yang memang khusus menjual semua yang berhubungan dengan dunia lukisan.

Setelah membayar belanjaannya, Amezza mengajak Bianca ke mall. Ia ingin membeli beberapa potong pakaian. Pakaian yang ia bawa dari Spanyol tidak banyak. Sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Amezza tahu kalau tak ada satu pun jaket yang ia bawah.

Bianca menemani Amezza berbelanja. Perempuan itu bahkan membelikan beberapa untuk Bianca. Gadis itu sempat menolaknya. Namun Amezza memaksa. Karena ia sudah biasa melakukan hal itu saat berada di Spanyol.

Sopir yang memang ikut dengan mereka segera membawa belanjaan mereka ke mobil.

"Bianca, kamu tahu alamat kantor suamiku?" tanya Amezza.

"Tahu nyonya. Kenapa?"

"Aku ingin ke sana."

Bianca nampak berpikir sebentar. "Sebaiknya tanya tuan dulu. Takutnya tuan nggak ada di kantor."

Amezza mengangguk. "Benar juga ya." Amezza mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Evradt. Kali ini panggilannya langsung terhubung.

"Sayang, ada apa?" tanya Evradt.

"Aku sedang ada di mall. Aku ingin ketemu denganmu. Aku boleh nggak ke kantor mu?"

"Memangnya kamu sudah sembuh?" tanya Evradt.

"Sudah."

"Tapi aku tak ada di kantor sayang."

"Kamu sedang di mana?"

"Di belakangmu."

Amezza terkejut. Ia membalikan badannya dan terkejut saat melihat suaminya sudah ada di belakangnya.

"Kok kamu bisa di sini?" tanya Amezza setelah ia berada di pelukan suaminya.

"Bianca tadi mengirim pesan kalau kalian di sini." Evradt memeluk istrinya. "Aku senang kalau kamu sudah bisa keluar rumah. Kita makan siang bersama yuk!" ajak Evradt.

"Wah, aku senang sekali." ujar Amezza.

Mereka pun makan siang di sebuah restoran mewah di kota Paris ini. Selesai makan siang, Amezza kembali pulang bersama sopir dan Bianca.

Begitu tiba di rumah, Amezza mulai melihat-lihat bagian mansion yang bisa dijadikan sebagai studio. Ia menemukan sebuah ruangan di depan kamar tidurnya bersama Evradt. Kebetulan ruangan itu kosong dan dindingnya sebagian besar dari kaca.

"Ini dulu ruang kerjanya tuan besar. Papanya tuan Ev. Semenjak beliau meninggal, ruangan ini dikosongkan. " kata Bianca.

"Aku mau menggunakan ruangan ini. Bantu aku menyiapkannya ya?" ujar Amezza. Bianca mengangguk.

Selama 2 jam lebih ruangan itu dibersihkan. Amezza sangat senang. Ia merasa ruangan ini cocok menjadi studio melukisnya. Ia kemudian beristirahat sebentar karena merasa capek.

Amezza terbangun saat waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Ia keluar dari kamarnya dan bermaksud akan melihat ruangan studionya. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat alat-alat melukisnya yang tadi sudah di atur nya kini berada di luar ruangan.

Amezza segera memanggil Bianca.

"Maaf nyonya. Nyonya Vania yang memerintahkan pelayan untuk mengeluarkan semuanya. Katanya ruangan itu akan dipakainya." kata Bianca dengan wajah yang terlihat takut.

Amezza segera menemui ibu mertuanya yang saat itu sedang duduk di ruang tengah sambil menonton TV.

"Ma, apakah mama akan menggunakan ruangan di atas?" tanya Amezza sopan.

"Tidak."

"Kalau begitu aku boleh menggunakannya?"

Vania menatap Amezza. "Tidak boleh!"

"Kanapa ma?"

"Jangan tanyakan kenapa. Kamu tak punya hak untuk menanyakan keputusanku. Kamu tak punya hak untuk mengatur rumah ini. Apakah kamu mengerti?" teriak Vania membuat Amezza hanya bisa mengangguk dengan wajah bingung. Ia tak menyangka mertuanya yang biasa ramah kini berteriak kasar padanya. Ia kemudian kembali ke kamarnya.

Saat malam hari, ketika Evradt pulang, Amezza menceritakan masalah ruangan kaca itu. Evradt pulang saat jam sudah menunjukan pukul 10 malam.

"Carilah ruangan lain saja. Jangan ganggu semua keputusan mama di rumah ini." ujar Evradt sambil membuka sepatunya.

"Tapi mama nggak akan menggunakan ruangan itu juga. Aku suka karena ruangan itu pengaturan pencahayaannya sangat bagus."

Evradt menatap Amezza yang berdiri di hadapannya. "Istri yang baik itu harus taat apa perkataan suaminya. Dan aku harap kalau kamu mentaati semua yang aku katakan." Lelaki itu berdiri lalu membuka kemeja dan celana panjangnya.

Amezza hanya bisa diam. Evratd segera masuk ke dalam kamar mandi. Amezza duduk di atas tempat tidur dengan hati yang sedih. Namun ia berusaha tetap berpikir positif. Mungkin saja Evradt sedang lelah sehingga ia nampak tak begitu peduli tentang ruangan kaca itu.

Perlahan Amezza berdiri. Lalu mengangkat kemeja dan celana yang Evradt buka. Ia harus segera menjalankan tugasnya sebagai istri setelah hampir sebulan ini ia harus sakit.

Saat ia menciun kemeja suaminya, Amezza merasakan kalau ada harum yang lain di sana. Ia tahu kalau Evradt tak pernah menggunakan parfum yang lain. Parfum Evradt hanya satu jenis yang ada di atas meja rias.

Ia menarik napas panjang. Berusaha menenangkan perasaannya agar tak curiga. Ia segera memasukan pakaian itu ke dalam keranjang berisi baju kotor.

Evratd keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk.

"Aku sudah siapkan pakaian untukmu." kata Amezza sambil menunjuk kaos dan celana rumahan Evradt. Tak lupa ia meletakan underwear milik Evratd di paling atas.

"Terima kasih." Evradt membuka handuk yang dipakainya. Tak peduli dengan keadaannya yang polos. Amezza menjadi malu sendiri. Wajahnya terasa panas.

Semenjak mereka tiba di sini, mereka memang belum pernah melakukan hubungan intim. Jujur, Amezza rindu dengan sentuhan Evradt namun ia malu mengatakannya.

Selesai menggunakan pakaiannya, Evradt segera naik ke atas ranjang sedangkan Amezza membawa handuk yang digunakan Evradt ke lorong antara kamar mandi dan walk in closet. Tempat keranjang baju kotor dan tak handuk berada.

Setelah itu ia melangkah ke arah ranjang. Nampak Evradt sudah tidur sambil memejamkan matanya. Amezza tak ingin menganggu nya. Ia pun perlahan naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya. Amezza baru ingat, kalau sudah seminggu ini mereka tidur bahkan tak saling berpelukan.

************

Pagi harinya, Amezza bangun saat hari masih gelap. Ia menyiapkan pakaian untuk Evradt sebelum mengganti gaun tidurnya dengan gaun rumahan dan segera turun ke bawah setelah menggosok gigi dan mencuci wajahnya.

"Nyonya apa yang dilakukan di sini?" tanya Dorce, sang kepala dapur.

"Aku mau menyiapkan sarapan. Biasanya tuan sarapan apa?"

"Tuan hanya minum segelas air putih dan kopi tanpa gula setiap pagi. Itu saja."

"Kalau mama Vania?"

"Nyonya juga jarang sarapan. Paling juga makan roti bakar tanpa toping apapun."

Amezza mencoba membuat kue seperti yang selalu ia lakukan saat ada di dapur bersama oma dan mamanya.

Setelah semuanya siap, Amezza pun membangunkan suaminya. Ia membereskan tempat tidur saat Evradt sedang mandi.

Setelah itu keduanya turun kembali ruang makan.

"Aku membuatkan kue ini. Kamu mau mencobanya?" tanya Amezza dengan perasaan bangga.

"Boleh." jawab Evradt yang nampak sibuk dengan tabletnya.

"Ev, gula di pagi hari tak baik untuk kesehatan." tegur Vania.

Evradt menatap Amezza. "Benar juga. Maaf ya. Aku tak bisa makan kue buatanmu."

Walaupun kecewa, Amezza hanya bisa tersenyum.

Evradt akhirnya pergi kerja. Amezza mengantarnya sampai di depan pintu. Ia mencium punggung tangan Evradt seperti yang biasa ia lihat dari papa dan mamanya.

"Semangat bekerjanya." ujar Amezza sebelum Evradt berlalu dengan mobilnya.

Begitu ia masuk ke dalam rumah, Amezza segera mengelilingi kembali rumah itu. Ia akhirnya menemukan sebuah ruangan di lantai bawah. Ruangan itu juga sangat baik pencahayaannya. Amezza pun segera memanggil tukang yang memang di miliki keluarga ini untuk segera membuat ruangan itu menjadi lebih baik. Amezza sudah tak tahan untuk segera melukis.

"Kamu tak bisa menggunakan ruangan itu. Mama berencana untuk menjadikan ruangan itu ruangan senam mama dan teman-teman."

Amezza kembali kecewa dengan apa yang Vania katakan. Bukankah di rumah ini ada ruangan gym? Mengapa harus mengambil ruangan yang satu ini juga?

*************

Sanggupkah Amezza bertahan dengan perubahan yang terjadi di Evradt

1
gia nasgia
Yg ada anak mu yg takluk dgn pesonanya keturunan Gomes 😜Aku bolak balik seperti setrikaan, gegara nunggu Up mu kak Hen 🤭pinisirin dgn Visualnya Erland, bontotnya Dad Ezekiel 😍
Citra Silvia
lanjut
Apriyanti
anak mu bakalan bucin SM ame Vania 🤭🤭🤭,, lanjut thor 🙏
tintiin21
vania bertingkah tp anaknya mulai timbul rasa.... 😆😆😆😆
gia nasgia
Akhirnya Erland tahu yg sebenarnya kalau Evrard nggak tulus mencintai Amezza, semoga akan ada kisah keluarga Gomes dan Thomson 😍🤭Bianca good job 😘
Apriyanti
semoga erland bisa menolong ame dr keluarga ev yg biadab itu,, lanjut thor 🙏
Neng Ati
selalu keren ceritanya
Neng Ati
makin seru....dan selalu seru ceritamu Thor say,berharap cerita ini bukan benar² cerita terakhir.
Meylan Basiru
Asik akan ketemu Fatin lagi nih atau sama si Caleb Thomson, dan paman ben.. lanjut..
Eko Wulan
keren Thor ...lanjut...3 novel digabung
tintiin21
syukurlah Erland akhirnya tau klo Amezza di tawan... setidaknya pasti ada pertolongan utk Amezza bisa bebas...
Neng Ati
yeeeeh aku suka banget part ini,buat ev sadar dan cemburu tapi pastinya ga segampang itu lagi meraih ame,semoga erland ditambah kekuasaan Enrique bisa mengeluarkan ame dr tempat itu,lanjut Thor jadi ga sabar.
Citra Silvia
semoga saja erland bisa menolong ameza
gia nasgia
Akhirnya pertolongan dtang juga dan semoga Erland tahu klau Amezza butuh bantuan, apalagi ayah Enrique tdk tinggal diam apalagi tahu klau putri nya dlm bahaya
Meylan Basiru
Semoga dengan kedatangan erland fi kastil ev, kl bisa membantu ame.. uuh makin tak sabar nunggu episode berikut nya.. 😘😘😘
Apriyanti
semoga ame bisa keluar dr kastil itu,, lanjut thor 🙏
tintiin21
semoga Erland bisa menjadi penolong utk Amezza... dan semoga papa Enrique dan Alejandro bs segera menemukan Amezza...
Lina Prwati
selalu keren
Lina Prwati
bang erland keluarlah 🤣
Neng Ati
si ev benar² tak berperasaan berharap pertolongan akan segera datang,dan ame bisa segera keluar dr sana,semoga gaby bukan wanita baik² dan tidak akan bisa punya anak.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!