NovelToon NovelToon
Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.

Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.

Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.

Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."

Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.

Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.

Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal pertemuan Angelina dan Bagas

Hujan rintik menyelimuti sore kota. Kafe kecil di sudut jalan Cendana tampak hangat dari luar, jendela kacanya memantulkan lampu-lampu temaram yang berpendar di antara kabut tipis.

Angelina duduk di pojok ruangan, sendirian. Gaun krem elegan membalut tubuhnya yang ramping, rambut hitam digelung rapi di tengkuk. Wajahnya cantik, dingin, dan memancarkan aura kesepian yang begitu dalam.

Sudah dua puluh menit ia duduk di sana, memutar sendok kecil di dalam cangkir cappuccino-nya yang sudah mulai dingin.

Sejak suaminya meninggal, pikiran nya di penuhi rencana licik supaya harta peninggalan suaminya itu jatuh ke tangan putranya - Adam. Tapi rencana itu tinggal kenangan karena putra tirinya, Javier telah menikah dengan gadis yang tidak tahu asal usul nya bukan dengan Jesika, gadis pilihan nya.

Angelina mendongak saat seorang pria masuk ke dalam kafe—tinggi, wajah tajam, mengenakan jaket kulit lusuh dan sepatu yang sedikit basah karena hujan. Ia mengedarkan pandangan, lalu memilih duduk di meja dua kursi di dekat jendela, tak jauh dari tempat Angelina berada.

Pria itu—Bagas.

Ia tampak kesal. Melempar jaket ke sandaran kursi dan memanggil pelayan dengan nada malas.

“Es kopi hitam. Yang kuat.”

Pelayan mengangguk, berlalu.

Angelina menoleh cepat, memperhatikan pria itu dari balik cangkir. Tatapannya tajam. Seorang pengangguran, pikirnya, tapi bukan tipe yang biasa-biasa. Ada aura liar yang tak biasa dari pria itu. Mata sayu, rahang keras, tubuh kekar dan sikap seperti tak peduli pada dunia.

Sementara itu, Bagas duduk gelisah. Pikirannya kalut.

Istrinya menangis lagi hari ini. Sejak Lisa pergi, rumah tak lagi damai. Wanita itu menyalahkan dirinya, menyalahkan semua hal tapi tidak berani melawan. Dan yang paling menyebalkan dia menahan semua uangnya.

“Apa gunanya punya istri kalau tiap hari cuma mewek?” gumam Bagas kesal.

Seketika, pelayan datang mengantar minuman. Bagas meneguknya cepat.

Angelina, yang memperhatikan sejak tadi, akhirnya bicara.

“Kau tampak seperti butuh lebih dari sekadar kopi.”

Bagas menoleh. Mata mereka bertemu.

Angelina tersenyum tipis. “Maaf kalau lancang. Tapi wajahmu jelas sedang menyimpan banyak masalah.”

Bagas menyipitkan mata, lalu tertawa singkat. “Hebat. Kau pembaca wajah?”

Angelina mengangkat bahu elegan. “Lebih ke pengamat manusia.”

Bagas memiringkan kepala, menatap wanita itu dengan lebih cermat. “Kau juga terlihat seperti seseorang yang punya lebih banyak waktu daripada teman.”

Angelina mengulurkan tangan. “Angelina.”

Bagas menyambut. “Bagas.”

Mereka saling tatap beberapa saat. Tanpa canggung. Seolah dua jiwa yang sama-sama lelah akhirnya menemukan sandaran.

Beberapa menit kemudian, mereka duduk di meja yang sama. Bagas mulai bicara tentang istri yang tak lagi bisa diajak bicara, tentang rumah tangga yang membosankan, dan anak tiri sialan yang katanya jadi akar dari semua masalah.

Angelina hanya mendengarkan, lalu menatap tajam. “Kau bilang anak tiri?”

Bagas tertawa kecil. “Perempuan. Manis, kelihatan lemah. Tapi bikin rumah tangga kami seperti neraka.”

Angelina mencondongkan tubuh. “Namanya siapa?”

“Lisa.”

Jantung Angelina berdetak sekali lebih kencang. “Li-lisa siapa?”

Bagas menyesap kopinya, malas. “Lisa anak dari istri saya sebelumnya. Anaknya cantik, tapi keras kepala. Dan dia sudah pergi, diusir. Udah jadi urusan masa lalu.”

Angelina menyandarkan tubuh ke kursi. Tangannya merogoh tas, mengeluarkan ponsel, lalu membuka galeri. Ia memperlihatkan sebuah foto lisa berdiri di samping Javier dalam acara amal keluarga Maxim beberapa bulan lalu.

“Dia ini?”

Bagas menegang. Matanya membelalak sejenak sebelum sebuah tawa pahit keluar dari bibirnya.

“Gila dunia kecil banget. Jadi anak itu sekarang hidup mewah? Di rumah keluarga kaya?”

Angelina menyeringai. “Tidak hanya hidup mewah. Tapi juga menjadi istri kontrak dari Javier Maxim.”

Bagas menyandarkan tubuh, menatap langit-langit. “Sial, dari gelandangan ke nyonya konglomerat. Cepat banget naiknya.”

Angelina menatap lurus ke mata Bagas. “Kau mau bantu aku menariknya turun lagi?”

Bagas menoleh. “Apa untungnya buatku?”

Angelina membuka dompet kecil, menarik selembar cek kosong, dan meletakkannya di atas meja.

“Tulis saja angka yang menurutmu pantas.”

Bagas menatap cek itu. Nafsu dan ambisi bercampur di matanya. Ini kesempatan. Bukan hanya balas dendam, tapi juga pelampiasan.

Ia menyentuh ujung cek itu dengan jari, lalu berkata dengan senyum miring, “Kita mulai dari mana, Nyonya Angelina?”

Angelina tersenyum puas. “Dari masa lalu. Kau yang tahu semua. Aku ingin menjatuhkan reputasinya. Perlahan. Tanpa suara. Sampai Javier sendiri yang menendangnya keluar.”

Bagas tertawa kecil. “Oh, aku punya banyak cerita untuk itu.”

Dan di meja kecil kafe tua itu, dimulailah persekongkolan yang akan mengubah hidup Lisa selamanya.

☘️

Dua hari setelah pertemuan di kafe itu, Bagas duduk di sebuah kamar hotel murah di pinggiran kota. Asap rokok memenuhi udara, menari di bawah lampu redup. Di hadapannya tergeletak puluhan foto lama semua kenangan buruk Lisa yang seharusnya terkubur bersama masa lalu.

Bagas menatap satu per satu foto itu dengan seringai kecil. Foto saat Lisa menangis di trotoar, tidur di depan warung, luka di pelipisnya yang kotor berdebu, dan yang paling baru foto-foto hasil bidikannya sendiri dari jarak jauh. Ia ingat betul saat diam-diam mengikuti Lisa selama beberapa hari terakhir, memotretnya dari balik mobil, dari seberang jalan.

“Gampang ditebak,” gumam Bagas sambil menghisap rokok. “Anak baik-baik tetap lemah. Bahkan di balik rumah megah sekalipun.”

Ponselnya berdering.

Angelina.

Bagas mengangkatnya dengan malas. “Halo, Nyonya Rahasia.”

“Sudah kau kirim?” tanya Angelina langsung, tajam.

“Baru saja,” jawab Bagas santai. “Pakai kurir tanpa nama. Dengan tulisan tangan, seperti yang kau mau.”

“Kau pastikan tidak ada jejak?”

“Tentu. Kamera toko kurir pun sudah saya kasih ‘tanda cinta’,” ujarnya bangga, sambil menunjuk flashdisk di atas meja yang berisi rekaman CCTV hasil manipulasi. “Dan kau tahu apa yang lebih menarik?”

“Apa?” suara Angelina terdengar curiga.

Bagas tersenyum miring. “Waktu aku selidiki Lisa, aku lihat rumah besar tempat dia tinggal sekarang. Rumah Maxim itu luar biasa dan penjaganya? Lemah. Aku bisa masuk kalau aku mau.”

“Jangan gegabah,” potong Angelina cepat. “Tujuan kita bukan membunuh atau menyakiti. Belum. Kita hanya ingin dia jatuh. Pelan, menyakitkan, dan hancur.”

Bagas tertawa pendek. “Tenang saja. Tapi aku harap kau tahu, kalau rencana begini bisa berbahaya dan jangan sampai Javier curiga."

Angelina terdiam sesaat, lalu berkata datar, “Asal kau lakukan bagianmu dengan bersih, uang bukan masalah.”

Mereka mengakhiri panggilan.

Bagas mematikan rokoknya, lalu menatap sebuah foto yang belum ia kirim—foto Lisa sedang berpelukan dengan seorang pria, salah satu karyawan toko tempat Lisa sempat bekerja sebelum bertemu Javier. Tidak ada yang mencurigakan sebenarnya, tapi dengan narasi yang tepat, itu bisa jadi alat skandal.

“Ini belum saatnya,” gumam Bagas sambil menyelipkan foto itu ke dalam dompet. “Kejutan harus datang belakangan.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Reaz
/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
yuniati sri
saya sangat mengapresiasi tulisan anda sangat berkesan
yuniati sri: lanjut thor, semangat 45
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!