"KENAPA HARUS AKU SATU-SATUNYA YANG TERLUKA?" teriak Soo, menatap wajah ibunya yang berdiri di hadapannya.
*********************
Dua saudara kembar. Dunia dunia yang bertolak belakang.
Satu terlahir untuk menyembuhkan.
Satu dibentuk untuk membunuh.
*********************
Soo dan Joon adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak bayi.
Soo diculik oleh boss mafia Korea bernama Kim.
***********************
Kim membesarkan Soo dengan kekerasan. Membentuknya menjadi seorang yang keras. Menjadikannya peluru hidup. Untuk melakukan pekerjaan kotornya dan membalaskan dendamnya pada Detektif Jang dan Li ayah mereka.
Sementara Joon tumbuh dengan baik, kedua orangtuanya begitu mencintainya.
Bagaimanakah ceritanya? Berhasilkah Soo diterima kembali di keluarga yang selama ini dia rindukan?
***********************
"PELURU" adalah kisah tentang nasib yang kejam, cinta dan balas dendam yang tak pernah benar benar membawa kemenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KEZHIA ZHOU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN LIU
Yang dikatakan putranya memang benar. Dari pihak kepolisian memang sudah mengatur orang untuk berjaga. Jadi memang kemungkinannya kecil untuk ada orang yang bisa masuk.
Li hanya mengangguk.
"Kau benar Joon. Paman Jang sudah bertanya kepada mereka. Kata mereka, ketika mereka beristirahat pria itu masih tertidur. Sebelum itu direktur Wang datang. Namun setelah mereka kembali, mereka masih melihat bahwa lelaki itu masih tertidur seperti sebelumnya. Hingga pagi harinya, mereka menemukan bahwa Choi sudah meninggal. Dokter pun sudah ayah pastikan untuk mengecek penyebab dan terakhir kali jantungnya bekerja, katanya pagi itu jantung Choi masih berdetak, sehingga mereka menyimpulkan bahwa pria itu meninggal pagi" kata Li.
Joon pun terdiam sejenak. Dan mengerutkan keningnya. Seperti sedang berfikir.
"Kalau ayah dan paman Jang merasa ada yang aneh dari kematiannya, mungkin ada orang yang sengaja membuatnya tiada. Misalnya ketika dia tidur. Apakah ayah dan paman Jang sudah mencoba memeriksa CCTV?" tanya Joon.
Li mengangguk.
"Sudah Joon, namun semua CCTV di ruangan dan disekitar ruangan itu rusak. Itulah yang membuat ayah dan paman Jang merasa janggal" kata Li lagi.
Joon pun terdiam. Tiba tiba Joon memiliki ide untuk menghibur ayahnya yang terlihat sedang kurang bersemangat.
"Apakah ayah mau minum Soju?" tanya Joon tiba tiba.
Seketika Li memandang putranya yang selama ini tidak pernah mau diajaknya minum alkohol.
“Apakah kau yakin mau mengajak ayah minum? Anak bandel.. hahaha" katanya menggoda putranya.
Joon pun tertawa. Dan mengangguk.
"Aku akan mencoba menjadi laki laki dewasa seperti yang lain. Hahaha.." kata Joon tertawa.
Ayahnya pun ikut tertawa bersamanya.
"Jangan lupa menelepon ibumu supaya dia tidak cemas jika kita pulang larut" kata Li.
“Tentu ayah.” Jawab Joon.
Joon pun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Tidak begitu lama, mereka pun sampai di sebuah tempat makan dipinggir jalan. Mereka memesan soju dan 'JOKBAL'.
JOKBAL adalah kaki babi yang biasanya direbus dengan kecap dan bumbu lainnya.
"Huaaahhh enak sekali.. aku benar benar sudah dewasa sekarang" kata Joon yang pada akhirnya bisa sedikit demi sedikit menikmati minuman beralkohol itu.
Li pun ikut tertawa senang melihat putranya. Mereka melewatkan malam itu dengan sangat gembira.
Disi yang lain, ditempat yang berbeda, Liu masih menjalani perawatan intensif di dalam rumahnya. Luka tembak yang dia terima pun sudah dia obati dengan baik. Sedangkan putrinya, Yuri sudah berada di dalam kamar dan sudah berbaring di atas ranjang empuknya.
Liu adalah pemilik sebuah perusahaan di kota itu. Sudah sejak lama, Liu dan Kim berselisih paham. Meski awalnya mereka adalah sahabat. Namun bagi mereka, bisnis adalah bisnis. Liu memiliki beberapa bawahan, meski tidak sebanyak Kim yang adalah seorang boss mafia terkenal.
...****************...
Malam berlalu dengan cepat. Hingga jam dinding di kamar Soo kini sudah menunjukkan pukul enam pagi. Matahari perlahan membelah korden dan merayap masuk ke kamar remang milik Soo.
Park sudah menyiapkan makanan untuk sarapan Soo. Soo menggeliat, dan perlahan mulai membuka matanya, dan mencoba bangun dari tidurnya.
“Akkhh…”
Soo memegang perutnya. Kemudian dia melihat bahwa lukanya telah diobati. Soo perlahan menurunkan kakinya, menapak lantai dingin di bawahnya, berdiri perlahan dan mulai melangkah menuju ke ruang makan.
Meski terluka, namun tubuhnya tetap tidak goyah. Seolah semua luak di dunia ini tidak mampu menyentuh tubuhnya.
"Sudah bangun ya. Ayo makan dulu. Paman sudah siapkan makanan ini untuk mu" kata Park.
Soo memandang makanan itu. Kemudian segera duduk dan langsung mengambil nasi dan lauk, kemudian tanpa berkata kata, dia langsung menikmatinya.
“Bagaimana kondisimu Soo?” tanya Park.
Soo hanya mengangguk.
“Seperti yang paman lihat. Aku baik baik saja. Hanya luka gores kecil.” Ucapnya.
Park mengangguk.
"Soo, nanti malam ada transaksi. Jangan lupa" kata Park mengingatkan.
Soo hanya mengangguk sambil terus menyendokkan nasi nya kedalam mulut.
...****************...
Di tempat yang berbeda, Liu sedang duduk diatas ranjang besarnya, dan sedang menikmati makanannya. Sambil ditemani oleh seorang lelaki bertubuh besar.
"Hubungi Kim!" kata Liu kepada pria itu.
“Baik tuan Liu.” Jawabnya.
Seketika pria itu mengambil ponselnya dan menghubungi Kim. Setelah ponselnya terhubung, pria itu langsung menyerahkan ponselnya kepada Liu.
“Silahkan tuan.” Ucapnya.
Liu pun langsung meletakkan ponsel itu ditelinga kirinya.
"Soo, anakmu itu, memang tidak perlu kau ragukan lagi. Dia memang berbakat untuk kau jadikan tamengmu dalam melanjutkan pekerjaan kotormu ini. Bahkan dia berani menembakku dengan senjatanya" kata Liu kepada Kim.
Ternyata, semuanya itu adalah rencana Kim untuk kembali menguji putranya. Untuk melihat bagaimana putranya bisa menangani sebuah kasus. Meski Kim dan Liu selalu berselisih paham, namun mereka selalu membutuhkan satu sama lain dalam hal hal tertentu. Tetapi dibalik itu semua, mereka selalu diam diam bertanding untuk menjadi orang yang paling kuat, dengan cara mereka sendiri sendiri.
"Bagaimana dengan rencanamu malam ini?" tanya Liu.
Kim terdiam sejenak, lalu kembali menjawab.
“Malam ini aku tidak akan melibatkan Soo dalam transaksi. Aku hanya akan memberikan perintah kepada Park. Biar dia saja yang akan menangani semuanya. Soo sedang mendapatkan luka tembak dari anak buahmu.” Ucap Kim.
Mendengar itu, Liu pun tertawa.
“Hahaha.. itu artinya, pria brengsek itu akan ada dirumah sendiri malam ini?” ucap Liu memastikan.
Kim mengernyit dibalik sambungan telepon itu.
“Ya. Soo akan berada di rumah sendiri malam ini.”
“Ahh… kau masih marah dengan putraku ya? Kau masih marah karena Soo sudah berani menyentuh putrimu dan menjadikannya sanderanya ya?” ucap Kim lagi.
Liu pun mengangguk membenarkan meski Kim tidak dapat melihatnya.
“Ya. Kau tau bahwa aku tidak pernah mengijinkan siapapun untuk menyentuh putriku. Dan putra brengsek mu itu? Sudah melewati batas sabarku.” Ucap Liu.
Kim tersenyum kecil.
“Lalu? Apa yang kau inginkan dari putraku? Kau ingin menghabisinya? Tidak semudah itu Liu. Aku masih membutuhkannya, jadi aku tidak akan membiarkanmu melakukannya. Aku ingin Soo hidup, setidaknya sampai rencanaku terwujud. Kau tau itu kan?” tanya Kim.
“Hahaha… aku tidak sejahat itu Kim. Aku tau, Soo adalah pelurumu. Lagipula, bagaimanapun juga aku menghormatimu sebagai sahabatku. Aku hanya ingin memberikan Soo pelajaran Jadi berikan anak angkatmu itu satu malam saja kepadaku" katanya.
Kim pun tertawa. Seolah itu bukanlah hal besar baginya.
"Hahaha... kalau hanya itu yang kau inginkan, silahkan saja. Setelah itu kembalikan dia ketempat nya" katanya.
“Tentu Kim.” Jawab Liu.
TUTT.. TUTT..
Kemudian Kim mematikan sambungan teleponnya.
Kini layar ponsel Liu kembali padam. Liu terdiam sejenak. Namun wajahnya nampak sangat marah.
"Beraninya dia menyentuh putriku!" katanya lirih.