Aksa bertemu dengan gadis pemilik toko kue yang memikat hatinya, namun ia terpikat bukan karena gadis itu sendiri, melainkan terpikat karena gadis itu sangat mirip mendiang istrinya.
Aksa berusaha mendekati Si Gadis untuk bisa mendapatkannya, bagaiman pun caranya ia lakukan bahkan dengan cara licik sekalipun, asalkan ia bisa memiliki gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya
Akibat obesesi Aksa yang melampaui batas, gadis itu pun terjerumus dalam lembah penuh hasrat Si Pria yang dominan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Hidup dengan bergelimang harta sejak lahir, Aksa terbiasa selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, berkat privilege orang tuanya pula ia bisa melakukan semuanya, apa lagi ia adalah anak tunggal, sudah pasti ia akan menjadi pewaris kekayaan orang tuanya, asalkan Aksa menuruti segala titah sang Ayah, namun semenjak sang ibu mendiang, ia mulai tak sependapat lagi dengan sang Ayah, ia enggan menuruti permintaannya.
Aksa menyalahkan sang Ayah atas kematian ibunya, itulah yang membuat antara ayah dan anak ini terbentang jarak. Aksa tak pernah menemui ayahnya, bahkan sekedar mengangkat telpon dan membalas pesannya pun ia tak pernah.
Ernando, Ayah Aksa adalah pebisnis ulung ia gila kerja, sangat gigih, dan tak pantang menyerah, selalu mengusahakan apapun untuk kemajuan masa depan perusahaannya, tak pandang rintangan apa yang akan ia hadapi didepan, ia sudah sanggup untuk menerjang tembok-tembok penghalang.
Zelda Sophia, ibu kandung Aksa yang berkebangsaan Jerman, sebagai sesama keluarga pebisnis tentunya pernikahan mereka pun berlandaskan karena bisnis antar kedua orang tuanya, mereka menikah sudah pasti bukan karena cinta, sejak kecil Aksa menyaksikan bagaimana keluarga mereka sangat jauh dari kata harmonis, itu lah alasan Aksa tak menginginkan pernikahan hanya untuk kemajuan bisnis, seakan ia menjadi korban dari pernikahan mereka, ia bergelimang harta, seakan dunia sudah berada di genggamannya, namun ia tak melihat cinta kasih ibu dan ayahnya.
Bukan tak mencintai Aksa sebagai anaknya, namun pengasuhan mereka tak pernah sama, seakan ketimpangan, Aksa sedari kecil sangat dekat dengan mendiang ibunya, sering kali ia melihat sang ibu berujang sendirian membesarkannya, tetapi sang Ayah lebih mementingkan urusan kerjanya. Bisa dikatakan Aksa adalah anak fatherless, sosok Ayahnya ada namun perannya sebagai ayah tak pernah ia rasakan.
...***...
"Ada bu Tamara di ruangan Bapak" jawab Rio
Tak suka, ada orang lain yang sembarangan memasuki teritorialnya, terutama tempat itu banyak menyimpan berkas-berkas rahasia perusahaan, walaupun Tamara tak mungkin mengacak-acak atau mencari tahu rahasia perusahaan milik anak sambungnya itu.
Aksa berjalan di koridor kantor, kakinya yang jenjang tentu menjadikan langkah kakinya cepat, membuat Navella sekertarisnya yang bertubuh semampai kesulitan menyamakan langkah mereka, membuatnya berlari kecil agar tak tertinggal dengan langkah atasannya.
Aksa segera menggapai daun pintu ruangannya, benar Tamara sudah duduk di sofa ruangannya.
Aksa bersama sekertarisnya segera mamasuki ruangan yang sama, membantu Aksa menyimpan berkas-berkas setelah rapat tadi, dirasa ini adalah pertemuan keluarga Navella sekertarisnya beranjak keluar meninggalkan ruangan si pemilik perusahaan, ia kembali kemeja tempat kerjanya.
Aksa berjalan dengang langkah cepat menuju kursi kerjanya "Lancang ! Masuk tanpa izin" tegur Aksa
"Haruskah aku berdiam diri diluar menunggu?" Tanya Tamara duduk di sofa menyilangkan kaki, dengan tubuhnya menghadap pada Aksa yang duduk di meja kerjanya
Aksa sama sekali tak melihat keberadaan tamara, ia dengan sengaja enggan melakukan kontak mata dengannya, ia berbicara dengan mata membidik berkas-berkas hasil rapatnya tadi "Langsung pada point nya saja, jika kedatanganmu kesini untuk memintaku menikah dengan perempuan pilihanmu dan papi, silahkan keluar, saya tidak punya waktu untuk itu"
Tamara mengembuskan nafas lirih "kamu gak mau mengangkat telpon daddy, jadi aku terpaksa harus menemuimu langsung. Aksa, dedy mengajakmu makan malam bersama, untuk tempatnya bisa kamu yang tentukan" cecar Tamara
"Tidak, saya tidak punya cukup banyak waktu luang"
"Ayolah ... iya kan saja permintaan papi, soal tempat, biar aku yang reservasi, nanti ku kirimkan padamu dimana tempatnya, aku bisa pastikan pertemuan ini bukan untuk membahas perjodohan"
"Saya lihat jadwal hari ini, apa sempat untuk bertemu papi" Cetus Aksa acuh
"Kamu harus menyempatkan, kamu bisa berikan urusanmu yang tidak terlalu mendesak pada sekertarismu"
...***...
Di tempat yang berbeda, Rio sudah sampai di toko Erina untuk menjemputnya, ia menghampiri daun pintu lalu membukanya. Didalam Erina sudah menunggu ia sudah siap membawakan semua pesanan Aksa.
Tentu saja membuat Rio mengernyitkan dahi, dan menggaruk tengkuk yang tak gatal, membuat banyak pertanyaan dalam pikirannya "mari saya bantu Nona" Rio mengambil beberapa paper bag yang berisi box kecil dan Erina membawa kue ulang tahun serta kopi yang ia buat khusus untuk Aksa.
Rio ingat ucapan atasannya utuk mengiyakan setiap pertanyaan Erina dan jangan bertanya apapun padanya.
Rio membukakan pintu mobil, untung Erina masuk terlebih dahulu, kemudian ia mengitari mobilnya duduk di kursi kemudi.
"Enak ya pak kalo punya atasan kaya pak Aksa, kayanya dia sangat menghargai karyawan" ucap Erina membuka sesi obrolan
Rio melirik Erina melalui kaca sepion di dasbor, tentu membuatnya terkejut, bisa-bisanya ia beranggapan seperti itu, nyatanya di kantor bisa dibilang Aksa adalah atasan yang dingin tak mau tahu apapun tentang karyawannya selama bukan urusan yang menyangkut perusahaannya.
Dengan kecepatan sedang Rio mengemudikan mobilnya, situasi jalan pun tidak cukup ramai kendaraan.
"Selamat ulang tahun pak Rio"
Sontak membuat Rio mendadak menginjak tuas rem, mendengar apa yang di ucapkan Erina, berpikir lebih keras, dia sedang tidak berulang tahun hari ini, diingat-ingat pun ulang tahunya sudah terlewat tiga bulan yang lalu, sebenarnya apa yang di rencanakan atasannya?? Itulah yang saat ini mengisi pikiran Rio
"Kenapa pak?" Tanya Erina, ia merasakan decitan mobil yang tiba-tiba berhenti
"Anu maaf—, itu ada motor nyalip barusan"
Erina memandang keluar jendela melihat sekitar "Oh, hati-hati pak"
Rio mengangguk kecil, matanya kembali memandang Erina di kaca sepion dasbor, jalanan kali ini cukup lenggang mungkin karena belum masuk jam pulang para pekerja, ia bisa leluasa melajukan kendaraannya agar cepat sampai di kantor, juga agar Erina tak banyak bertanya, Rio hanya takut dirinya salah menjawab, Rio tahu atasannya ini punya rencana, namun inti dari rencananya ini apa? Ia tak mengetahuinya.
Sampai di depan gedung bertingkat milik Aksa yang menjadi tempat tujuan mengantarkan pesanannya, Rio sigap untuk keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Erina, tak sempat melakukannya Erina sudah terlebih dahulu menolak dibukakan pintu "tidak usah pak, saya keluar sendiri"
Erina keluar dari mobil, dan beranjak memasuki kantor, Rio membantu Erina membawa barang-barangnya. Sampai di dekat ruang kantor milik Aksa, Navella sang sekertaris Aksa yang duduk di meja dekat ruangan yang dikelikingi kaca ini memberikan intruksi bahwa di dalam sedang ada tamu, meskipun ruangan Aksa di kelikingi kaca namun ruangannya memiliki privacy glass, yang menjadikan dinding kacanya buram saat di atur untuk tak terlihat dari luar.
Rio tak mengindahkan intruksi si Sekertaris yang melambaikan tangan,memberi instruksi jangan masuk, Rio mengangkat dagu dan alisnya dan tetap melenggang menuju ruangan atasannya seakan tak mengerti apa maksud Navella, ia pun dengan sigap menggapai handel pintu lalu membukanya, di ikuti Erina dari belakang. Langkah Rio terhenti begitupun Erina, ia memiringkan badannya yang hampir seluruh tubuhnya tertutupi Rio, hingga hanya bagian kepalanya yang terlihat, efek tubuh Erina yang terlampau mungil, kemudian matanya membidik pada Rio, seperti heran karena laki-laki yang berjalan didepannya tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Erina mengalihkan pandangannya kedepan, Erina dan Rio bersamaan mengangguk kecil pada Aksa, si gadis kembali menundukan pandangannya dan tetap berdiri di belakang Rio
"Maaf pak saya—" ucapannya terhenti, tatkala Aksa memotong apa yang akan Rio katakan
"Duduk lah" Timpal Aksa, ia mengulurkan tangan pada dua orang yang baru memasuki ruangannya, namun netra pria berbadan tinggi nan gagah itu bergulir mengikuti arah kemana Erina melangkah
Tamara yang melihat Erina, lantas ia menurunkan kacamata hitam yang ia kenakan menjadi berada di pangkal hidung, membidik Erina sangat Lekat "siapa perempuan yang bersamamu Rio?"
"Ng?"
Tak sempat menjawab pertanyaan Tamara, Aksa lebih dahulu menjawabnya "Rekan kerja"
Tamara yang sejak tadi berdiri di depan meja kerja anak sambungnya, semenjak kedatangan Erina atensinya teralihkan, ia mengikuti pergerakan Erina dan duduk saling berhadapan.
"Hallo, i'm Tamara" ia mengulurkan tangannya mengajak Erina berkenalan, tanpa memberi tahu apa hubungan ia dengan Aksa
"Erina" ia menjabat tangan Tamara, lalu tersenyum hingga mengangkat kedua ujung bibirnya, begitu pun dengan kedua matanya yang ikut menyipit
"Kamu cantik, tapi rasanya kenapa Aku ga asing ya lihat kamu?" Ucap tamara, kembali menatap Erina dengan lekat
"Ekhemm ..." Aksa sengaja berdehem, untuk memotong ucapan Tamara, agar tidak mela jutkan ucapannya
Tamari melihat beberapa paper bag dan box yang di bawa Rio dan Erina, jari telunjuknya sedikit membuka paper bag yang berada di meja, kemudian tersenyum mengarah ke Erina "Apa kamu mau merayakan ulang tahun? Siapa yang sedang berulang tahun?"
Aksa berdiri dari singgasananya, berjalan menuju perkumpulan orang-orang di sofa ruang kerjanya, lalu mengangkat bahu Tamara "Asistentmu mengirim pesan ke saya, agar kamu segera kembali ke kantor" ia memberikan box kecil yang berada di dalam paper bag kepada Tamara sebagai buah tangan untuknya, lalu memapahnya keluar dari ruangan.
"Tapi Aksa—"
Pria itu berbohong, tak ada yang meminta Tamara segera kembali kekantornya, ia hanya beralasan agar Tamara tak lama-lama berada didekat Erina, mengingat mulut Tamara yang sembrono saat bersama sesama perempuan, Aksa takut ibu sambungnya tak sengaja membocorkan masalalunya yang sengaja ia tutupi dari Erina.
...****...
...JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE DAN COMENTNYA YAA READERS...