Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Lama-lama Kesal
Tavisha bukan tidak mau membantah suaminya. Hanya saja dia sudah menikah dan bagaimanapun dia harus patuh pada suaminya. Tavisha keberatan tinggal satu kamar dengan Kastara, tetapi tidak mungkin juga mereka pisah kamar karena mereka berdua sudah menikah.
Tavisha yang terlihat menyusun pakaiannya ke dalam lemari yang sebelumnya sudah diberikan perintah oleh Kastara. Wajahnya sejak tadi terlihat tidak semangat yang baru satu hari saja di rumah itu dan entahlah bagaimana Tavisha akan menghadapi hari-harinya di rumah tersebut yang pasti banyak sekali tekanan yang akan dia dapatkan
Apalagi Kastara orangnya sangat agresif yang segala sesuatu harus sesuai dengan kemauannya dan termasuk dengan pengobatan temannya.
Setelah menyusun seluruh pakaiannya kedalam lemari yang akhirnya Tavisha menyelesaikan pekerjaannya itu. Tavisha menghela nafas yang meletakkan kopernya di sudut, kemudian Tavisha yang duduk di pinggir ranjang yang terlihat lumayan lelah.
Krekkk pintu kamar dibuka kembali yang membuat Tavisha menoleh yang ternyata bukan Kastara memasuki kamar tersebut dan melainkan pelayan.
"Maaf Nona jika saya sudah mengganggu. Nona disuruh cepat-cepat bersih-bersih, lalu di suruh keruangan tuan Damian," ucap pelayan itu yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.
"Padahal baru dari sana dan disuruh untuk periksa lagi," ucapnya dalam hati.
"Saya hanya menyampaikan itu saja. Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya Bibi.
"Tidak! Saya akan segera memeriksa kondisi pasien," jawab Tavisha yang membuat Bibi menganggukkan kepala dan setelah berpamitan dia langsung keluar dari kamar.
Tavisha kembali menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang kemudian menoleh ke arah kamar mandi. Tidak ingin berlama-lama yang akhirnya Tavisha memasuki kamar mandi yang memang dia juga cukup merasa lelah dan sangat berkeringat.
Kastara yang berada di ruang tamu berhadapan dengan Bibi.
"Apa dia sudah selesai?" tanya Kastara.
"20 menit yang lalu saya sudah memberitahu untuk secepatnya ke kamar tuan Damian dan saya juga belum melihat kembali apakah Nona Tavisha sudah selesai atau belum," jawab Bibi.
"Kenapa wanita sangat lama sekali bersiap-siap. Apa yang mereka kerjakan," ucapnya yang terlihat sudah mulai kesal.
"Saya akan memeriksa kembali apakah Nona Tavisha sudah selesai atau belum," ucap Bibi.
"Tidak usah! biar saya saja yang melakukannya," sahut Kastara yang memang orangnya tidak sabaran dan langsung menaiki anak tangga buru-buru.
Ceklek.
Pintu kamar itu dibuka begitu saja yang ternyata Tavisha sudah selesai mandi yang sekarang sedang berada di cermin yang menyisir rambutnya. Melihat Tavisha pertama kali tanpa menggunakan hijab membuat Kastara yang langsung bengong. Sementara Tavisha pasti menyadari kehadiran Kastara hanya diam saja dengan melanjutkan pekerjaannya.
"Sebentar lagi aku juga akan selesai," ucapnya yang melihat suaminya dari depan cermin.
Kastara menghela nafas yang berusaha untuk setenang mungkin yang padahal terlihat dia salah tingkah.
"Kenapa lama sekali? Kau hanya memeriksa pasien dan bukan untuk kondangan," protes Kastara.
"Aku tahu itu, tetapi memeriksa pasien juga harus dalam keadaan bersih dan bukankah tadi kamu menyuruhku untuk bersih-bersih dan kenapa sekarang malah protes," sahut Tavisha sekarang sudah memakai hijabnya secara simpel saja.
"Selalu saja ada jawaban," desis Kastara.
Tavisha tidak mengatakan apa-apa yang hanya diam saja.
"Cepatlah jangan berlama-lama!" tegas Kastara yang hendak Kembali keluar dari kamar.
"Jangan membiarkan orang-orang di rumah ini masuk ke kamar sembarangan tanpa mengetuk pintu," Kastara tidak jadi pergi dari kamar itu ketika mendengar protestan dari Tavisha.
"Apa maksudmu?" tanya Kastara.
"Aku tidak suka jika orang lain harus masuk ke kamarku begitu saja," jawabnya.
"CK!" mendengar hal itu membuat Kastara tersenyum miring.
"Ini rumahku dan yang memiliki kuasa di rumah ini adalah aku. Apa-apaan kau yang tiba-tiba saja memberikan perintah dan suka-suka siapa yang ingin masuk ke kamar ini," sahut Kastara.
Tavisha menarik nafas dan membuang perlahan ke depan dan kemudian menghadap Kastara dengan posisinya yang tetap berdiri di tempat.
"Apa kamu tidak bisa menghargaiku sedikit. Jika wanita yang masuk ke dalam kamar ini, maka tidak masalah dan bagaimana jika pria. Aku seorang muslimah yang memiliki agama dan juga menjaga martabat, menjaga kehormatan dan auratku yang tidak bisa diumbar kepada siapapun. Jika aku berusaha untuk menjaganya dan pria yang sudah menikahiku malah memberikan akses untuk orang-orang di rumah ini bisa melihat auratku. Lalu kepada siapa lagi aku harus meminta dilindungi," ucap Tavisha dengan bijak memberikan alasan yang membuat Askara terdiam.
"Terserah kamu menganggap pernikahan ini main-main atau hanya sekedar agar aku tetap berada di rumah ini untuk menjadi Dokter dari temanmu. Tetapi pada kenyataannya kamu sedang mengucapkan ijab kabul yang berjanji pada Tuhan dan kamu juga sudah berjanji pada Umi untuk melindungi ku. Jadi tolong hargai aku berada di rumah ini dan jangan membuatku tidak nyaman," lanjut Tavisha yang memang harus tegas berbicara kepada suaminya itu.
"Apa aku perlu duduk dan mendengarkan lebih banyak lagi ceramah darimu?" tanya Kastara.
"Mau satu double folio atau buku setebal 5 cm ceramah kamu kepadaku itu tidak akan berguna apa-apa. Aku sangat tidak suka mendengarkan cerita orang lain. Jadi jangan menceramahiku dan segala ketentuan yang ada di rumah ini aku yang menentukan!" tegas Kastara yang seperti biasa tidak akan pernah mau mengalah.
"Cepat! Periksa temanku!" tegas Kastara yang langsung keluar dari kamar itu.
Kastara menghela nafas, "selalu menasehati seolah yang paling benar. Lagi pula siapa juga yang masuk ke kamar ini selain aku," ucapnya yang sebenarnya cukup kesal dengan Tavisha yang banyak bicara.
***
Akhirnya Tavisha kembali memeriksa Damian, dari bagian jantungnya dan juga memeriksa infus yang memberikan cairan ke dalam infus tersebut. Vanya dan Kastara yang terus berada di dalam kamar itu mengawasi bagaimana Tavisha memeriksa pasien yang sudah lebih satu minggu tidak sadarkan diri.
"Apa ada perkembangan?" tanya Vanya.
"Masih stabil," jawab Tavisha.
"Lalu kapan beliau akan siuman?" tanya Vanya.
"Jangan terus mempertanyakan hal yang belum bisa aku jawab. Kita lihat saja bagaimana perkembangannya selanjutnya," jawab Tavisha.
"Kamu seorang Dokter kenapa tidak bisa menentukan semuanya. Apa gunanya sejak awal kamu berada di rumah ini dan tidak ada perkembangan sama sekali yang terjadi pada pasien," ucap Vanya mulai protes yang pasti dia sangat kesal sekali.
"Bukankah aku sudah mengatakan jika aku bukan Tuhan. Pasien dirawat di rumah sakit saja masih mengalami banyak kekurangan. Banyak keluarga pasien yang berusaha untuk memindahkan ke Luar Negeri untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik dan sementara kalian hanya menempatkan dia di rumah ini yang sudah aku katakan berkali-kali. Di rumah ini memiliki banyak kekurangan yang tidak ada di rumah sakit!" tegas Tavisha.
"Kamu selalu saja berbicara seperti itu seolah kamu yang paling pintar. Kalau kamu tidak bisa menjadi Dokter untuk apa kamu terus menjadi Dokter untuk Damian hah!" Vanya yang mulai terpancing emosi.
"Sudahlah Vanya!" tidak ada hujan tidak ada angin yang tumben-tumbennya Kastara tidak ikut-ikutan seperti Vanya yang selalu mendesak Tavisha dan dia malah menyuruh hanya untuk diam.
"Kamu tahu bagaimana jawabannya dan jawabannya tetap saja sama. Jadi untuk apa bertanya lagi tentang kapan dia akan sadar, jadi kita tunggu saja," ucap Damian yang tumben sangat bijak berbicara.
Bersambung.....
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini