NovelToon NovelToon
Bukan Sekolah Biasa

Bukan Sekolah Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Light Novel
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vian Nara

Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.

Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.

Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.

SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 : Terkepung

"Kalian sudah terkepung!" Bos The Bear tertawa senang.

"Empat lawan Empat. Kita mungkin bisa melawannya." Ujar Nara dalam posisi siaga.

"Siapa bilang hanya ada empat?" Bos The Bear bertanya.

TIK!

Suara jentikkan jari milik Bos The Bear memberikan isyarat yang mengejutkan.

Enam orang anak buah bos The Bear tiba-tiba muncul mendobrak pintu.

"Pasti tidak mungkin mereka hanya kroco biasa, kan?" Tanya Bagas menyidik.

"Tebakanmu tepat sekali. Anak-anak tunjukkan itu!" Bos The Bear memberi perintah.

Tidak butuh waktu lama. Enam anak buahnya langsung unjuk kemampuan spesial milik mereka masing-masing. Sebut saja satu, dua, tiga empat, lima, enam.

Satu bisa mengeluarkan api panas dari tangannya. Dua mengubah tangannya menjadi kumpulan akar-akar merambat.

Tiga terbang seperti burung. Empat bisa melenturkan seluruh tubuhnya. Lima serta enam sama seperti Bagas. Penguatan Fisik.

"Wah kemampuan yang menarik!" P tersenyum senang.

WUSH! P melemparkan dua buah pisau

JLEP! Dua buah pisau tersebut tepat mengenai Satu dan Tiga.

"Hei! Kau?! Kenapa kah melakukan itu?!" Bos The Bear marah.

Darah segar mengucur deras dari bagian perut Satu dan Tiga. Dua, Empat, Lima, Enam gemetaran menyaksikan apa yang dilakukan oleh P.

"Ini sangat menyenangkan." P kegirangan.

"Monster!" Teriakku.

"OHH.. Lihat di sini! Selain si pengkhianat, orang dengan kemampuan waktu juga ada, aku sangat senang sekali!" P tertawa gila.

P berjalan perlahan menuju mayat Satu dan Tugas berada.

"Sebelum kemampuanmu menjadi milikku... " P menjeda perkataan.

CLAK!

P meminum sedikit tetesan darah Tiga dan Satu. Pemandangan yang sangat mengerikan.

"Dia psikopat gila!" Gumam Nara.

"Sepertinya, dia kuat." Bagas memperhatikan P dengan seksama.

"Dia memang sudah seperti itu sedari aku masih jadi bagian dari mereka." Wajah riang Bora menghilang dan berubah menjadi tatapan dingin serta serius.

BWARR!

Api keluar dari tangan milik P. Tidak hanya itu, dia juga bisa terbang bebas di udara.

"Apa sebenarnya kemampuannya?" Tanyaku.

"Kemampuannya adalah merampas. Dia bisa mengambil kemampuan orang lain dengan syarat membunuh serta harus meminum darah targetnya agar kemampuan milik targetnya bisa di miliki olehnya." Bora mengepalkan tangan sekuat-kuatnya.

"Mungkin aku akan membalas kekalahan anak-anak waktu itu." OB menghisap rokok lalu mengeluarkan asap dari mulutnya.

"S dan TS pasti akan sangat senang sekali menyaksikan Kau dan Si pengkhianat kalah atau mati." Tambah OB santai.

"Aku akan membuatmu tidak ada lagi di dunia ini!" Wajah B berubah jadi merah padam karena amarah sembari menunjuk kembali ke arah Nara.

"Bunuh semua yang menghalangi organisasi dan klien." Ujar Lala menatap seram kepada kami berempat.

"Aku pasti akan menyelamatkanmu, Lala!" Bagas berseru.

"Baiklah! Bagaimana kalo kita mulai pesta ini! P melemparkan api miliknya.

BWAR!

"Saatnya beraksi!" OB berlari ke arah kami berempat sembari mengisap rokoknya kembali—di susul jug oleh B, Lala, Dua, Empat, Lima, Enam.

Kali ini kami benar-benar terpojok. Hampir tidak ada jalan keluar.

...****************...

TUNGTUNG

"Tidak di angkat sama sekali." Kak Anastasia menghela nafas. Dia sedang mencoba untuk menelpon diriku.

Sekarang sudah pukul 00.00 WIB. Kos-kosan Kak Anastasia terasa sangat sunyi dan hening.

"Apa sebaiknya aku telpon Nayyara saja? Biasanya Bora bisa aku telpon untuk mengetahui keadaan Sandy, tapi tidak di angkat-angkat." Kak Anastasia semakin cemas lalu meletakkan smartphone miliknya.

TUNGTUNG

"Siapa yang menelepon? Apa itu Bora?" Kak Anastasia mengambil kembali smartphone miliknya.

"Arthur?" Kak Anastasia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ada apa Arthur? Tumben sekali kau menelponku." (Kak Anastasia)

"Aku hanya ingin mengobrol denganmu." (Kak Arthur)

Mana mungkin aku mengatakan bahwa Sandy sedang dalam bahaya. Arlo sudah memberitahukan apa yang sedang terjadi dari Bora. Ini gawat! Semoga mengirim Arlo saja sudah cukup. (Kak Arthur di dalam hati)

"Arthur?" (Kak Anastasia.)

"Aku tahu kau mengkhawatirkan adikmu. Jadi aku sempat di beri tahu Bora bahwa Sandy sudah tidur lelap dan bahkan mereka berdua menginap di rumah temannya." (Kak Arthur)

"Apa kau berbohong kepadaku Arthur?" (Kak Anastasia menyidik)

"Ti-tidak, tentu saja." (Kak Arthur gelagapan.)

"Baiklah kalau begitu." (Kak Anastasia)

"I-iya. Selamat malam!" (Kak Arthur malu-malu.)

"Malam juga. Meskipun ini sudah mau memasuki pagi." (Kak Anastasia)

Telpon keduanya kemudian di tutup.

"Aku mengucapkannya, Aku mengucapkannya. Butuh keberanian lebih untuk bisa melakukan hal tersebut." Kak Arthur kegirangan.

"Andai saja dunia ini normal. Mungkin Aku bisa menjalankan kehidupan remaja yang normal bersamamu seperti dalam novel-novel. Tapi, misi untuk membuat orang-orang berkemampuan memang harus di prioritaskan." Kak Arthur melihat jam digital di smartphone miliknya.

"Sebaiknya aku tidur." Kak Arthur meletakan smartphone miliknya di meja sebelah tempat tidur. Hari Kamis telah berganti menjadi Hari Jum'at.

"Sebaiknya aku tidur Saja. Rasa khawatirku mungkin akan hilang." Kak Anastasia beranjak dari sofa lalu mematikan lampu lantas menuju kamar tidurnya.

...****************...

BWAR!

Bola-bola api di lemparkan secara brutal oleh P ke arah kami berempat. Tapi, tidak ada satupun yang berhasil mengenai kami karena kecepatan kami berempat dalam menghindar.

"Kalian tidak bisa selamanya lari!" P berseru.

"Kita bagi menjadi satu orang melawan dua. Meskipun ini beresiko, kita tidak ada cara lain!" Nara memberi Usul.

"Aku setuju." Bagas dan Bora berkomentar.

"Aku juga." Kataku.

"Kenapa kalian malah berdiskusi, hah?!" B murka.

SUSH!

Es lancip dengan jumlah yang banyak meluncur cepat tanpa ampun mengarah kepada kami.

Kami berempat susah payah menghindari Es lancip dan juga Bola Api yang di lemparkan Oleh P.

"Baiklah kalau begitu, Bagas kau lawan OB dan Lima. Bora, kau lawan Empat dan Lala...

"Tunggu dulu! Kenapa bukan aku sendiri yang menghentikan adikku?" Bagas protes.

"Kau ingin melukai adikmu sendiri dengan kemampuanmu itu? Bora ahli dalam semua aliran bela diri. Ada gerakan yang mungkin tidak akan menyakiti Lala!"

BUK!

OB menargetkan pukulan kepada Bora, tapi meleset.

BUK!

Lantai retak. Pukulan milik OB bukanlah pukulan biasa.

"Aku akan menghadapi B dan juga Dua. Sandy kau urus P dan juga Enam. Bergegas sekarang!" Nafa memberikan perintah.

Kami berempat pun melakukan pergerakan yang membuat mereka terpisah sesuai rencana.

BWAR!

Bola api meledak tepat di dekatku hanya selisih beberapa inci saja. Aku merasakan sedikit rasa panas.

"Kemampuanmu akan menjadi milikku!" P semakin tidak waras.

BUK!

Pukulan Enam hampir saja berhasil. Beruntung Aku berhasil menangkis pukulan Enam.

Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu memfokuskan diri.

TIK!TOK!

Ini dia. Saatnya aku yang bersinar! (Kataku di dalam hati.)

TIK!TOK!

Suara detik jam selalu terdengar oleh telingaku setiap kali aku ingin menggunakan kemampuanku secara serius.

TAP! Satu langkah cepat bagi lawan, tapi untukku itu normal. Jam muncul setiap aku menginjakkan kaki di lantai.

TAP! TAP! Langkahku semakin cepat

TAP! TAP! TAP! TAP! TAP!

BUK!

Pukulan Telak dengan kombinasi kecepatan yang sulit di lihat, aku berhasil memukul Enam dan membuatnya pingsan untuk sementara waktu. Obat yang di konsumsi oleh enam belum sempurna.

Sebenarnya obat-obat yang bisa membuat orang normal menjadi punya kemampuan itu semuanya belum sempurna. Masih ada kecacatannya. Tidak sepenuhnya kemampuan itu bisa sesuai dengan penggunanya.

P bertepuk tangan lalu menunjuk ke arahku. "Kau memang menarik! Aku sangat tidak sabar untuk... "

TIK!TOK!

Aku muncul dari arah belakang P tepat terbang.

Tidak hanya berlari cepat. Aku baru tahu jika kekuatan waktuku hampir bisa melakukan segalanya.

DUK!

Tendangan kerasku menghantam sempurna wajah P hingga dia sempoyongan.

"Sebaiknya aku melarikan diri" Bos The Bear Kemudian berlari keluar ruangan.

"Tidak akan semudah itu." Kata Nara yang melihat Bos The Bear lari sembari terus menghindari es lancip milik B dan akar-akar milik Dua.

TIT!

Drone nyamuk kembali keluar dan satu lagi beberapa drone berbentuk seperti pensil–keduanya melesat cepat mengarah kepada Bos The Bear.

SUSH!

Drone nyamuk milik Nara di bekukan oleh B. Selain itu, B juga membentuk perisai es yang kokoh tepat setelah Bos The Bear keluar dari ruangan.

"Aku tidak akan membiarkan mudah beraksi seperti tadi." Kata B.

"Kau yakin?" Nara tersenyum meremehkan.

TUSH!

TUSH!

"Perisai Es.. Pecah?" B terkejut.

"Jangan pernah meremehkan ilmu pengetahuan yang luas. Droneku ini aku sendiri yang membuatnya. Aku sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan teknologi. Tapi, situasi berbahaya seperti ini memang harus di Tanggulangi jauh-jauh hari." Nara tersenyum mengejek.

WUSH!

Salah satu Drone Nara yang berbentuk seperti pensil tajam menancap di salah satu akar merambat milik Dua.

UHUGH! Dua terbatuk-batuk.

Tidak lama dirinya muntah dan akar-akar merambat yang menjadi senjatanya layu lalu mati.

Dua semakin tersiksa. Dia terus meringkih kesakitan dan batuk-batuk.

"Kau?!" B Semakin murka.

"Perlu kalian ketahui bahwa Droneku yang satu itu sangat sepesial. Kan tahu kenapa? Ujungnya yang lancip memiliki jarum suntik dengan serum apapun tergantung aku yang menentukannya." Nara mengotak-atik jam tangan miliknya.

Nara mengambil sebuah suntikan kecil dari saku jaket milik.

WUSH!

Suntikan itu tepat mengenai bahu Dua dan membuatnya tertidur. Itu adalah obat bius serta penawar racun.

"Kasihan aku melihatnya tersiksa karena racun tanaman yang sangat berpengaruh kepada dirinya. Kemampuannya lah yang membuat itu sangat berdampak karena memanipulasi akar-akar merambat. Karena aku orang yang tidak suka membunuh, aku berikan serum penawarnya sekaligus obat tidur." Jelas Nara berbicara sendiri ke arah Dua tergeletak.

SUSH!

SUSH!

Es lancip yang meleset menancap ke tembok ruangan.

"Kali ini aku akan serius!" B berseru.

Nara sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh B selanjutnya. Hal ini telah di lihat oleh Nara melalui proyeksi gambaran masa lalu milik Bagas.

"Pedang Es!" B telah membuat pedang es dengan sempurna.

Seperti yang sudah aku prediksi. Dan kalau tidak salah pedangnya itu seperti di lapisi oleh racun. (Kata Nara di dalam hati)

SING! B mengayunkan pedangnya Es miliknya dengan cepat dan akurat serta brutal.

Nara terus menghindari dan memprediksi gerakan berpedang milik B.

"Orang sepertimu pantas lenyap!" B Semakin marah.

Gerakan berpedang B semakin tajam. Dia tidak memberikan ampun kepada Nara. Nara hanya bisa menghindarinya.

Berpikir Nara. Berpikir lah. (Nara melirik ke sekitarnya.)

Mata Nara tidak berhenti melihat ke sekelilingnya mencoba mencari cara untuk bisa unggul.

Kemudian pandangan tertuju kepada tali yang mengait kepada tumpukan kotak kayu di tempat penonton bagian atas.

Ketemu!

Tunggu waktu yang tepat. (Kata Nara di dalam hati)

"Kau tahu tidak? Orang-orang keji seperti kalian lah yang seharusnya tidak ada di dunia." Nara memprovokasi B.

"Diam kau?" B menggeram.

SUSH!

SUSH!

Es lancip kembali meluncur ke arah Nara dengan sangat cepat.

"Kenapa kau bisa terus menghindari seranganku?! Apa sebenarnya kemampuan spesialmu?!" B kesal.

Nara tertawa terbahak-bahak setelah mendengar pertanyaan B.

"Kemampuan spesial? Jangan membuat sampai tertawa terbahak-bahak seperti ini. Aku tidak memiliki kemampuan spesial seperti kalian." Nara menjeda ucapannya lalu menunjuk-nunjuk ke arah kepalanya sendiri. "Aku hanya memiliki otak yang cerdas. Logika dan analisisku, semuanya selalu terkendali."

"Tidak mungkin! Kau pasti menyembunyikannya kan?!" B secara membabi buta mengayunkan pedangnya es miliknya kembali.

SING!

SING!

B terus membuat Nara mundur dan hingga sampai pada titik yang di inginkannya.

SING!

Tali yang mengaitkan pada tumpukan kotak kayu di atas terpotong hingga menjatuhkannya.

"Trik murahan!" B membuat tameng es ke arah atas dan saat kotak-kotak tersebut mengenai perisai es. Kotak-kotak tersebut ikut membeku.

WUSH!

Suntikan kecil milik Nara tepat mengenai B. Sudah dua kali termasuk sekarang, B di kalahkan oleh Nara.

B menatap Kaget ke arah Nara sembari mencabut suntikan tersebut.

"Selamat malam—tidak. Selamat pagi maksudku." Nara melambaikan tangan.

BRUK!

B terjatuh. Dirinya kembali terkena obat bius milik Nara.

"Dosis kali ini berbeda dari sebelumnya. Mungkin kau akan bangun dalam jangka waktu dua hari." Nara mengambil kembali suntikan miliknya.

BWAR!

Bola api di lemparkan semakin cepat oleh P. Aku telah membuatnya kesal. Tendangan ke arah Wajahnya, itulah penyebab utamanya.

"Aku akan segera membunuhmu!" terus mengejar-ngejarku dengan kemampuan terbangnya.

Kemampuan bergerak cepat ku dengan waktu singkat, P bisa langsung beradaptasi.

"Beruntung sekali aku berhasil lari." Bos The Bear mengelap keringat. Dirinya telah berhasil kabur dan sampai di parkiran kosong.

"Kau! Apa kau tahu dimana junior-juniorku?!" Kak Arlo mencegat Bos The Bear.

"Aku tanya sekali lagi apa kau tahu di mana junior-juniorku?!" Kak Arlo menaikan nadanya.

"Mati saja sana!" Bos The Bear berseru kencang.

DOR!

"APA YANG KAU LAKUKAN, RAJUNGAN TUA!" Kak Arlo mulai sangat kesal.

Beruntung Kak Arlo sebelum datang sudah menyerap material batu yang sangat keras sekali, bahkan peluru sekalipun butuh berpuluh atau ratusan kali untuk bisa menghancurkannya.

"KAU NYARI PERKORO, YA!?" Kak Arlo menunjuk ke arah Bos The Bear.

"Aku tidak peduli kau punya kemampuan apa, tapi lebih baik mati sekarang!" Bos The Bear mengeluarkan granat dan siap menggunakannya.

WUSH!

JLEP!

Drone milik Nara yang berhasil memecahkan perusak es B, melesat cepat, kemudian menancap sempurna punggung Bos The Bear.

BRUK!

Bos The Bear terjatuh dan menjatuhkan granat tersebut. Obat tidur dosis tinggi yang ada di drone berhasil membuat Bos The Bear tertidur. Beruntung sekali granat yang ingin digunakannya belum di nyalakan.

"Alat apa ini?" Kak Arlo bingung sembari memegang drone berbentuk pensil lancip yang menancap ke punggung Bos The Bear.

"Lupakan saja dulu!" Kak Arlo meletakan drone tersebut.

"Aku kesini untuk membantu junior-juniorku." Kak Arlo kemudian berlari menuju bar.

CING!

CTAR!

Cahaya kuning terang tiba-tiba menghancurkan atap bangunan tidak jauh darinya petir juga menyambar atap bangunan yang di tuju oleh Kak Arlo.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Kak Arlo kaget bukan main. Dia kemudian berlari sprint menuju bar.

"Aku sudah sangat serius sekarang!" Mata P bersinar kekuningan.

"Bunuh semua orang yang menghalangi Organisasi!" Kekuatan petir Lala semakin tidak terkendali.

1
Vian Nara
menarik
sang kekacauan
lanjut
sang kekacauan
kalau 80 berapa ro aku mulai aktif membaca kembali
sang kekacauan
nggak konsisten
Vian Nara: Maaf ya, karena sulit untuk konsisten bagi saya karena saya mengidap penyakit mental yang di mana lamuna sedikit saja sudah membuat cerita yang baru serta kompleks jadinya sulit /Frown/
sekali lagi mohon maaf
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!