NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Perjalanan Mudik

Mudik lebaran menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu oleh beberapa perantau yang memilih tinggal di kota besar. Seperti saat ini, Ayna dan keluarganya akan melakukan mudik lebaran untuk bisa berkumpul bersama dengan keluarga besarnya di sana.

Ia sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari. Ia dan suaminya sepakat untuk mengajak anak-anak mereka pergi ke kampung halaman. Ia akan melakukan perjalanan mudik dari Tangerang menuju Wonogiri.

Beberapa hari lagi lebaran akan tiba, siaran televisi pun sudah penuh dengan informasi mudik. Ini menjadi salah satu momen yang ia tunggu-tunggu setiap tahunnya.

Ayna menutup kopernya dengan rapat saat semua baju keluarganya telah ia masukkan. Ia menghela napas lega saat pekerjaannya telah selesai. Tinggal menunggu waktu keberangkatan dan ia akan menikmati waktu bersama keluarganya.

"Mah," panggil Lala seraya melangkah mendekat ke arah Ayna.

Ayna menoleh saat mendengar suara anak bungsunya. Ia tersenyum manis ke arah anaknya yang menghampirinya dengan membawa boneka barbie di tangan, "ada apa sayang?" tanyanya.

"Kita di rumah Nenek sampai kapan?" tanya Lala ingin tau.

"Dua minggu," jawab Ayna memberitahu.

Lala memanyunkan bibirnya karena kesal, "kok dua minggu?!"

"Loh... Emang kenapa?" Ayna mengelus rambut Lala dengan pelan.

"Lala maunya lama di sana," ucap Lala memberitahu.

"Dua minggu kan lama sayang."

Lala menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak, itu cepet. Pokoknya harus lama."

Ayna tersenyum tipis mendengar rengekan Lala. Ia mencoba memberi pengertian pada anaknya itu agar tidak ada kekesalan lagi di wajah imut Lala, "tapi kan Papa harus kerja lagi nanti, kalau misalnya di rumah Nenek kelamaan Papa gak kerja dong?"

"Ya udah, Papa gak usah kerja," ucap Lala dengan polos.

Ayna tertawa kecil mendengar perkataan Lala, "kalau gak kerja nanti Lala sama Kak Nana gak dibeliin boneka lagi gimana? Mau?"

Lala terdiam, mencoba mencerna perkataan Ayna. Lalu ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak mau, maunya dibeliin boneka."

"Nah... Jadi gapapa ya dua minggu, biar Papa kerja lagi dan beliin Lala sama Kak Nana boneka," ujar Ayna mencoba memberi pengertian pada Lala.

Lala menganggukkan kepalanya pelan, "ya udah deh, gapapa," balasnya pelan.

Ayna mengusap puncak kepala Lala dengan pelan, "nah gitu dong, sekarang Lala nonton tv dulu. Mama mau siap-siap buat nanti malam, abis ini kita makan ya," ujarnya lembut.

Lala menganggukkan kepalanya dengan cepat, "oke," balasnya seraya berlari keluar menghampiri Kakak perempuannya berada.

Ayna menghela napas pelan saat anaknya telah keluar dari kamar. Ia mengalihkan tatapannya ke arah seisi kamarnya yang melihat berantakan. Ia meringis pelan karena pekerjaannya tidak kunjung selesai, ia masih harus membersihkan kamar yang terlihat seperti kapal pecah.

"Mama."

Ayna kembali menoleh saat salah satu putrinya memanggil dirinya. Ia menatap anak pertamanya yang menghampirinya dengan wajah sedih.

"Ada apa?" tanya Ayna ingin tau.

"Aku gak mau pulang kampung," jawab Nana dengan suara bergetar menahan tangis.

"Kenapa?" tanya Ayna lagi dengan rasa penasaran tinggi.

Nana menggelengkan kepalanya dengan pelan, "aku mau di sini aja."

Ayna tersenyum tipis mendengar jawaban Nana, "iya tapi kenapa?"

"Mau lebaran di sini aja, main petasan di sini aja."

"Tapi kan lebaran sama main petasan di rumah Nenek lebih seru," ujar Ayna mencoba memberi pengertian pada anak pertamanya.

Nana terdiam seraya menatap Ayna dengan intens, "tapi dapet duit lebaran gak?" tanyanya.

Ayna tertawa kecil mendengar pertanyaan anaknya, "Kakak puasanya full?"

Nana terdiam, mencoba mengingat jadwal puasanya selama ini. Tak lama ia menganggukkan kepalanya denga cepat, "full."

Ayna tersenyum tipis mendengar nada semangat dari anak pertamanya, "mungkin dapet, kan full."

"Wah." Nana menatap Ayna dengan tatapan berbinar, "iyakah?"

Ayna menganggukkan kepalanya, "iya."

"Nanti Mama sama Papa kasih gak?" tanya Nana ingin tau.

Ayna kembali tertawa kecil, "maunya?"

"Kasih dong, kan aku udah puasa full," jawab Nana dengan semangat.

"Nanti bilang ke Papa aja ya," ucap Ayna seraya mencubit pelan pipi Nana.

Nana menganggukkan kepalanya dengan cepat, "siap Mah."

"Ya udah, temenin Adik kamu di depan. Jangan sampai sendirian.'

"Iya Mah." Nana langsung beranjak dari tempatnya dan berlari menuju adiknya berada.

Ayna menghela napas pelan saat anak pertamanya telah pergi dari kamar. Menyikapi Nana dan juga Lala yang masih terlalu dini memanglah sulit. Mereka hanya tau tentang bermain dan bersenang-senang, bukan tentang hal lainnya.

•••

Malamnya Ayna dan Arya sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam bagasi mobil. Berbeda dengan Nana dan Lala yang sibuk dengan bonekanya masing-masing.

"Sayang." Ayna menatap Nana dan Lala bergantian, "ayo berangkat."

Nana dan Lala sama-sama menganggukkan kepalanya dan langsung berlari menuju mobil. Ayna menggelengkan kepalanya seraya memeriksa rumahnya untuk ditinggal selama dua minggu dalam keadaan aman. Setelah dirasa sudah aman, ia melangkahkan kakinya menuju mobil untuk segera berangkat.

"Udah siap semua?" tanya Arya menatap kedua putrinya.

"Siap."

"Ayo Papa berangkat."

Arya tertawa kecil seraya menganggukkan kepalanya, ia mulai melajukan mobilnya menuju kampung halaman. Bertemu keluarga besar di hari lebaran.

Perjalanan bisa dikatakan lancar saat malam hari. Ini salah satu alasan Ayna dan Arya memilih untuk berangkat malam saat pergi mudik lebaran seperti ini.

"Kita kapan sampai Mah?" tanya Lala yang sudah tidak sabar untuk sampai di kampung halamannya.

Ayna menoleh ke arah Lala yang belum juga tertidur, "besok pagi sampai."

"Adek sama Kakak tidur aja, kalau udah sampai nanti Papa sama Mama bangunin," ujar Arya dengan tatapan mata yang terus fokus pada jalanan di depannya.

Lala dan Nana sama-sama menganggukkan kepalanya mengerti mendengar perkataan ayahnya. Mereka langsung mencari posisi nyaman di bagian tengah mobil untuk segera tertidur.

Ayna tersenyum tipis seraya menatap jalanan yang mereka lalui, sedangkan Arya sibuk memperhatikan jalanan di depannya. Ia berusaha untuk terus terjaga untuk menemani suaminya yang sedang fokus menyetir, karena bagaimana pun juga berpergian malam hari terlalu beresiko untuk merasakan kantuk.

•••

Pukul dua belas malam, mereka sudah memasuki daerah Jawa Barat. Karena tujuan mereka berada di Jawa Tengah, perjalanan masih bisa dibilang masih cukup jauh.

Mereka cukup cepat untuk sampai di daerah Jawa Barat, mengingat kondisi jalan yang tidak terlalu padat. Biasanya beberapa hari sebelum lebaran perjalanan untuk mudik akan terhambat karena macet.

Ayna masih setia menemani Arya yang mengemudikan mobilnya dengan tenang. Sesekali ia menawarkan untuk beristirahat terlebih dahulu agar tidak terlalu lelah.

"Mah."

Ayna tersentak kaget saat mendengar suara serak dari arah belakangnya. Ia menoleh ke bagian belakang mobil dan mendapati Lala yang menatapnya dengan tatapan sayu, "kok bangun?"

"Lala laper," ucap Lala memberitahu.

"Mau roti?" tawar Ayna pada anaknya itu.

Lala menganggukkan kepalanya dengan pelan, "Lala mau ke tempat Mama."

Ayna tersenyum tipis mendengar perkataan anaknya, "sini," ucapnya seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Lala berpindah tempat.

"Gak mau tidur lagi Dek?" Arya menoleh sekilas ke arah Lala yang sudah berada di pangkuan istrinya.

Lala menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gak Pah," balasnya seraya memakan roti yang diberikan oleh ibunya.

"Kenapa gak mau tidur lagi?" tanya Ayna seraya merapihkan rambut Lala yang berantakan.

"Ngantuknya hilang," jawab Lala masih terus memakan rotinya seraya menatap jalanan yang terlihat gelap, "Mah, di sana apa Mah?" tanyanya seraya menunjuk ke luar mobil.

Ayna menoleh ke arah luar jendela mobil. Ia menatap hamparan sawah yang tidak terlihat jelas karena hari sudah sangat malam, "sawah sayang."

"Oh." Lala menganggukkan kepalanya sok mengerti. Tatapan matanya terus menatap hamparan sawah yang terlihat gelap. "Mah," panggilnya lagi.

"Apa sayang?"

Lama Lala terdiam dengan mata yang terus menatap hamparan sawah.

"Lala? Ada apa?" tanya Ayna ingin tau.

Lala terdiam dengan masih menatap hamparan sawah. Ayna dan Arya saling tatap dengan pandangan bingung karena anaknya yang tiba-tiba terdiam.

"Lala?" panggil Ayna pelan.

"Mah."

"Iya sayang? Ada apa?"

"Itu siapa Mah?" tanya Lala dengan mata yang terus menatap keluar jendela.

"Siapa?" Ayna mengikuti arah pandang Lala, tidak ada siapa-siapa di luar. Hanya beberapa mobil yang lewat dan hamparan sawah yang terlihat gelap, "gak ada apa-apa, gelap. Itu sawah sayang."

"Ada kok Mah."

"Ada apa?" Ayna menatap Arya dengan tatapan bingung.

"Dek... Liat apa sih? Sawah?" tanya Arya mencoba membantu istrinya.

Lala menggelengkan kepalanya, "gak Pah."

"Terus Adek liat apa?" tanya Arya lagi.

"Itu... Ada yang loncat-loncat di sana."

"Di mana?" tanya Ayna ingin tau.

Lala menunjuk hamparan sawah dengan jari mungilnya, "itu... siapa? Lagi loncat-loncat"

Ayna dan Arya sama-sama terdiam mendengar perkataan Lala. Mereka saling tatap dengan perasaan tidak menentu. Apa yang dikatakan oleh Lala berhasil membuat mereka takut.

"Adek udah selesai makan?" tanya Ayna seraya mendorong tubuh Lala untuk kembali bersandar padanya.

"Udah."

"Tidur lagi ya?"

Lala menganggukkan kepalanya, "iya." Ia mulai memejamkan matanya seraya memeluk Ayna. Tak lama ia kembali membuka matanya dan menatap Ayna dengan bingung, "Mah?"

"Ya?"

"Itu tadi pocong ya? Kok ada pocong di sana sih Mah? Di sana ada kuburan ya Mah?" tanya Lala beruntun.

Ayna menelan salivanya susah payah, "udah Adek tidur ya, besok Mama kasih tau."

Lala menganggukkan kepalanya mengerti seraya menyamankan posisi untuk tertidur. Berbeda dengan Lala, Ayna dan Arya merasa jika suasana mobil menjadi lebih berbeda dari sebelumnya.

Mereka berdua saling terdiam, dalam hati Ayna terus merapalkan beberapa doa seraya memeluk Lala. Sedangkan Arya ikut berdoa dalam hati dengan mata yang fokus pada jalan di depan.

Perkataan Lala masih terngiang-ngiang di pikiran mereka. Apalagi Anak kecil selalu berkata jujur. Dan mereka yakin, apa yang dilihat oleh Lala benar adanya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!