NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Rumah Baru

"Ayo deh berangkat sekarang," ujar Jessica ketika melihat mobil Damian sudah memasuki halaman rumah mewah tersebut.

Damian keluar dari mobil dan langsung mendelik ke arah istrinya. "Lo ke mana tadi? Gue tungguin juga sampai lumutan."

"Maaf, gue tadi naik bus. Males gue kalau disuruh jal...." Damian langsung membekap mulut Gwen dengan telapak tangannya. Matanya melotot.

"Damian, kamu apain Gwen!" seru Jessica.

"Nggak kuapa-apain, Ma. Tuh dia suka ngomong sembarangan. Padahal sudah kutungguin eh dia malah naik bus."

Jessica menatap ke arah Gwen. "Benar begitu?"

"Iya, Ma. Maaf Gwen lupa kalau Damian nungguin tadi, jadi Gwen naik bus. Udah kebiasaan sih Ma." Dia mencoba berbohong. Gwen itu masih memiliki hati nurani untuk tidak membuat Jessica memarahi Damian.

Jessica mengangguk. Ia lalu menyuruh keduanya naik kembali ke dalam mobil milik Damian, sedangkan dia memakai mobilnya sendiri dengan supir pribadi.

"Nanti kalian ikutin di belakang, ya?" ujarnya sebelum masuk ke dalam mobil.

"Memang kita mau ke mana sih, Ma?" tanya Damian yang agak curiga dengan rencana ibunya. Jangan-jangan mereka mau diungsikan lagi, dan tidak boleh tinggal lagi serumah. Bisa juga, mereka disuruh mandiri karena sudah menikah dan semua fasilitasnya ditarik oleh kedua orangtuanya. Membayangkannya saja Damian sudah merinding, kalau dicabut semua fasilitasnya bagaimana dia mau hidup enak seperti biasa.

"Ikut aja deh, nggak usah banyak nanya. Gwen kamu sama Dami, ya," ujar Jessica yang langsung memasuki mobilnya.

Damian dengan menahan kesal, lalu berjalan ke arah mobilnya.

"Buka sendiri pintunya, lo bukan Tuan putri juga."

"Siapa juga yang mau nyuruh lo bukain, gue bukan cewek manja."

"Bagus deh, manja aja lo sama si cowok sok iyes itu. Nggak usaha sama gue."

Gwen tidak mau ambil pusing dan membalas ucapan Damian kali ini. Dia lelah, dan malas untuk berdebat dengan suaminya.

***

Mobil milik Jessica berhenti di depan rumah minimalis, namun terkesan elegan dengan hiasan kolam ikan di halaman rumah yang cukup luas itu.

Bangunannya bergaya modern dengan dua lantai, dan lampu taman yang berjajar di kiri kanan di sepanjang jalan, ketika memasuki gerbang menuju pintu utama. Di sisi kiri ada taman bunga, dan sisi kanannya terdapat kolam ikan.

Gwen menatap takjub rumah yang begitu elegan tersebut. Seperti rumah impiannya dulu.

"Ma, ini rumah siapa?" tanya Damian penasaran.

"Tebak ini rumah siapa?"

"Aku bukan cenayang, Ma. Mana bisa nebak." Bibirnya berdecak.

"Ini rumah kalian berdua. Mulai sekarang kalian berdua akan tinggal di sini berdua. Ini rumah yang Papa bangun buat kamu."

'Bagus sih rumahnya, jadi Papa kerja sampai lupa kalau punya anak gue demi beli rumah ini. Tapi gue nggak butuh, gue juga butuh perhatian kalian juga, 'ujar Damian dalam hati.

"Wah, rumahnya bagus banget, Ma." Kedua mata Gwen berbinar cerah.

"Kamu suka, bukan?"

Gwen mengangguk penuh semangat, dan mendapat cibiran dari Damian. "Norak."

"Biarin, emang gue pikirin."

"Ayo masuk."

Jessica mengajak keduanya masuk ke dalam. Sejak tadi Gwen tidak berhenti berdecak kagum dengan interior dan semua barang mewah yang ada di rumah ini. Rasanya ia beruntung sekali bisa tinggal di sini. Bukan berarti dia bahagia menikah dengan Damian.

"Kamar kalian ada di lantai dua, dan yang di bawah ini kamar tamu. Nanti barang-barang kalian berdua biar dibawain sama Pak Yadi."

Damian hanya bisa mengangguk malas, ya setidaknya ia bisa jauh dari ibunya. Di sini ia bebas bisa menindas Gwen.

Tanpa sadar ia sudah merencanakan sesuatu hal licik untuk menindas gadis itu.

"Ya udah, Mama tinggal pulang ya. Baik-baik kalian berdua. Oh ya, Gwen. Kalau kamu kangen sama ibu dan adik kamu. Kamu bisa ajak mereka nginep di sini"

"Terima kasih, Ma." Gwen memeluk ibu mertuanya itu, dan wanita tersebut kini berganti merentangkan tangan pada Damian.

Jessica sudah merentangkan tangannya pada sang anak, namun remaja tampan itu seolah malas untuk memeluk ibunya.

"Itu Mama mau pulang." Gwen sedikit mendorong tubuh Damian agar mau memeluk ibunya.

Jessica menepuk lembut bahu putranya, lalu mengusap kepalanya lembut. Sesuatu yang selalu Damian rindukan sejak dulu, namun ia jarang mendapatkan hal itu. Sejak ibunya menjadi seorang desainer terkenal.

Wanita itu jarang berada di rumah. Jessica sering bolak-balik luar kota. Bahkan sering terbang keluar negeri, sedangkan Arthur, lelaki itu juga sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

"Baik-baik ya kalian di sini."

"Mama nggak mau nginep?" tanya Damian, berharap ibunya menjawab iya kalo ini.

"Maafin Mama ya, Dam. Malam ini Mama langsung terbang ke Singapura. Ada kerjaan di sana."

Lagi dan lagi, wanita itu bahkan tak memiliki waktu hanya untuk sesaat.

"Ya udah."

"Maafin Mama, ya."

"Udah sering. Ya udah sana Mama balik aja, aku capek."

Gwen melihat raut sendu di wajah Jessica, dan juga tingkah aneh Damian yang kini berjalan lesu menaiki anak tangga.

"Gwen, Mama pergi dulu. Titip Damian, bimbing dia terus biar bisa naik kelas tahun ini."

"Pasti, Ma."

Selepas kepergian Jessica, Gwen kini menyusul suaminya ke kamar mereka yang ada di lantai dua.

Gwen membuka pintu yang tidak sepenuhnya tertutup, dan melihat sosok sang suami yang tengah berbaring di atas ranjang dengan kaki menjuntai menyetuh lantai.

"Dam."

"Apaan."

"Lo nggak mandi?"

"Entar aja lah, capek gue." Ia menutup kedua matanya dengan lengan tangan, dan Gwen kemudian melangkah masuk ke dalam, membuat Damian melirik ke arahnya.

"Jorok lo."

"Bodo amat." Ia menutup kedua matanya kembali, namun hanya beberapa detik, ketika mendengar gerakan di sisinya, dan Damian kembali membuka matanya yang sipit.

"Ngapain lo ke sini. Tidur di kamar samping deh. Gue ogah sekamar sama lo."

Gwen mendengus, ia sebenarnya juga tidak mau tidur sekamar dengan Damian. Tetapi di rumah baru mereka, hanya ada dia dan Damian di sini. Sejujurnya Gwen takut tidur sendirian di tempat baru, dan rumah luas seperti ini.

"Dam, biarin gue tidur di sini, ya. Malam ini aja. Gue janji besok gue pindah ke kamar sebelah." Gwen mengiba.

"Nggak usah pasang muka sok imut lo itu. Gue nggak tertarik," ujarnya. Lain di bibir lain di hati. Padahal dengan wajah Gwen yang seperti itu, hati Damian sudah jedag jedug seperti di tempat clubing.

"Please, Dam. Ya ya ya."

"Nggak, gue nggak mau berbagi kamar sama lo.

Jangan-jangan lo mau bikin hal aneh-aneh ke gue. Lo mau perkosa gue yang tampan rupawan ini, ya."

Dukk

Gwen memukul kepala belakang Damian dengan tangannya, hingga si empunya meringis.

"Sakit tau."

"Mulut lo kalau ngomong nggak difilter."

"Ya kali aja. Soalnya nggak ada tuh cewek yang bisa nolak pesona gue."

"Kecuali gue, gue nggak tertarik sama lo. Gue mau tidur di sini karena gue takut. Rumah sebesar ini gue belum terbiasa tidur sendirian, Dam."

"Emang gue pikirin. Udah sono keluar dari kamar gue, males gue sekamar sama lo. Tidur lo nggak highclass banget."

Bibir pink itu mencebil imut, sungguh Damian tak kuat iman. Namun ia harus bisa menahannya.

"Please, Dam. Malam ini aja. Biarin gue tidur di sini. Sumpah beneran takut gue, ntar kalau ada Nenek gayung gimana, terus genderuwo renang, atau suster keramas."

Damian tak jadi terpesona dengan bibir tipis itu, justru sekarang dia kesal. "Nggak usah ngadi - ngadi lo. Ini di rumah, bukannya di kali. Nggak ada Nenek gayung, genderuwo kecemplung atau suster keramas pakai sabun colek."

"Ayolah, Dam. Malam ini aja, ya ya ya."

Damian yang memang sudah lelah, dan malas berdebat akhirnya mengangguk saja. "Ya udah malam ini aja. Tapi inget jaga jarak. Awas lo lalau berani-beraninya macem-macem, Dan nglewatin batas, gue lempar lo keluar kamar. Biar aja lo diajakin tuh suster sampoan di kali."

"Nggak akan."

Damian meliriknya tajam, kemudian dia melemparkan tubuhnya sendiri ke atas ranjang.

Sementara Gwen masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka.

Sepuluh menit berlalu, ketika Gwen keluar dari kamar, posisi Damian sudah terlelap dengan tubuh memeluk guling menghadap ke arahnya.

"Dasar kebo, baru juga gue tinggal bentar udah molor aja." Gwen berdecak.

Ia kemudian naik ke atas ranjang besar itu, Damian menyekatnya dengan guling yang dirinya peluk sekarang.

Gwen tertawa lirih memperhatikan wajah Damian yang sangat tampan saat tidur. "Lumayan ganteng juga kalau dia tidur," kikik Gwen.

Ia membaringkan tubuhnya di sana agak menjaga jarak dengan Damian. Ia juga tak mau dekat-dekat dengan suaminya yang katanya alergi orang miskin itu.

Perlahan kedua manik Gwen mulai tertutup. Rasa lelah menggerogoti tubuhnya, meskipun hari sore. Kegiatan sekolah menguras tenaganya. Lagipula di atas kasur empuk seperti ini, matanya jadi ingin terpejam.

Detik berikutnya, mata Gwen benar-benar tertutup, sampai keduanya tak sadar jika jarak yang mereka ciptakan kini terkikis. Hingga senja telah merangkak berganti malam, Gwen berbalik tanpa sadar. Hingga wajah keduanya begitu dekat, sampai detik selanjutnya, Damian tanpa sadar merengkuh tubuh Gwen, dan si empunya justru merapatkan tubuh mencari kehangatan.

Entah apa yang akan terjadi nanti, jika keduanya terbangun dan mendapati tubuh mereka saling menempel erat.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thorrr
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!