Setahun Untuk Mencintaimu

Kendaraan itu sudah melaju beberapa ratus meter meninggalkan kediaman keluarga William, dan Yubie serta Cakra sama-sama masih terdiam.

Keduanya tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Yubie, masih dalam usahanya meredam kekesalan yang terpancing karena keputusan ayahnya yang menempatkan Kanny di perusahaan William.

Sementara Cakra, pria itu memang terlihat tenang. Namun, dalam dirinya berkecamuk berbagai perkiraan. Sejak awal ia merasa ada yang aneh dengan hubungan Yubie dengan keluarganya, dan juga... Kanny, sang adik ipar.

Cakra tidak bodoh, mereka sama-sama pria, dan dari tatapan Kanny kepada Yubie, Cakra begitu paham bahwa pria itu menyimpan perasaan lain pada istrinya, lebih dari sekedar ipar.

"Berhenti di lampu merah, dan turun dari mobilku."

Cakra yang menyetir menoleh, memperhatikan Yubie. Istrinya itu cemberut dan meminta dirinya turun di depan sana, tepat di lampu merah. Sepertinya mereka batal untuk sarapan bersama.

Bukannya marah, Cakra malah terkekeh atas usiran istrinya itu.

"Kenapa tertawa? Apanya yang lucu? Kau paham, kan dengan perkataanku?!"

Cakra mengangguk kecil saat Yubie menoleh padanya dengan mata melotot. Garang sekali istrinya ini. "Paham," jawab Cakra singkat.

"Baguslah kalau kau paham. Turun di sana!" Tunjuk Yubie agar Cakra segera menepi ke sisi jalan di saat lampu merah menyala.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Cakra menghentikan mobil. Lampu merah tengah menyala. Dan sebelum Yubie mengeluarkan suara petasannya, Cakra kembali melanjutkan ucapannya. "Lihat!" Cakra mengedikkan kepala pada kaca spion mobil.

Di belakang mereka, sebuah mobil hitam sedari tadi sudah mengikuti. Dan itu adalah kendaraan milik Kanny, Cakra sudah menyadarinya semenjak mobil mereka keluar dari kediaman keluarga William.

Yubie yang melihat itu seketika mendengus. Tapi, ia mangatakan pada Cakra bahwa pria itu hanya ingin pergi ke perusahaan William, bukan sedang mengikuti mereka.

"Kenapa malah berhenti di sini?" tanya Yubie dengan heran sekaligus kesal saat Cakra tiba-tiba berhenti di salah satu restoran.

"Aku ingin sarapan." Cakra membuka pintu mobil. Ia meninggalkan Yubie begitu saja tanpa mengajaknya. Cakra sempat melirik mobil Kanny yang juga ikut berhenti, ia hanya tersenyum miring akan hal itu.

Baru Cakra menarik kursi untuknya duduk, angin halus menerpanya dan Yubie sudah duduk di hadapannya. Wanita itu ternyata ikut menyusul Cakra masuk ke dalam restoran.

Yubie duduk di hadapan Cakra dan ikut memesan sarapan seraya sudut matanya yang melirik ke arah luar, memperhatikan mobil Kanny yang berhenti di depan restoran.

"Makan sarapanmu," kata Cakra sambil meletakkan alat makan Yubie di atas piringnya.

Kanny di dalam mobil memperhatikan pasangan suami istri yang tengah sarapan bersama itu. Tangannya mengepal saat melihat sikap Cakra yang begitu peduli pada Yubie. Pria itu mempersiapkan alat makan Yubie, membuka botol minum dan menuangkan air mineral di gelas Yubie.

Kanny di sana sampai Yubie dan Cakra selesai sarapan. Ia terus mengikuti mobil Yubie hingga memasuki area parkir perusahaan William.

Cakra menghentikan mobil di area parkir khusus. Yubie sudah bersiap ingin keluar tanpa mengatakan apapun pada Cakra. Terserah mau bagaimana caranya Cakra pergi ke tempat pria itu bekerja. Toh, ia tidak pernah peduli pada suaminya itu.

Namun, siapa sangka, Yubie ternyata kesulitan membuka pintu mobil yang terkunci. Cakra lah pelakunya.

"Kau menguncinya?!" Yubie menatap nyalang Cakra.

"Hm."

Apa-apaan suaminya ini?!

"Entah mengapa, aku belum mau kau keluar," kata Cakra yang membuat Yubie melotot tajam bercampur heran.

"Jangan macam-macam, Cakra! Aku bisa saja menghajarmu di mobil ini!"

"Hajar saja," terima Cakra atas ancaman istrinya itu. "Kau ingin aku memberikan perlawanan, atau pasrah?" Cakra menatap manik yang begitu berani itu dengan sangat lekat.

Membuat Yubie seketika menegang. Netra biru itu selalu saja mengarah kepadanya dengan sebuah bidikkan tajam sekaligus menikam hingga ke dalam hatinya.

Yubie lekas membuang wajah, menghindari tatapan Cakra yang entah mengapa terasa begitu membara untuknya. "Jangan main-main denganku. Aku benar-benar bisa membuatmu menyesal!"

"Aku tidak sedang ingin mempermainkan istriku."

Jawaban Cakra kembali membuat Yubie menatap pria itu. Ia menyipit dan menyoriti kalimat Cakra barusan. Istriku?

Yubie tersenyum sinis. Netranya kembali menyala dan berkata, "Aku bukan istrimu! Kita menikah hanya di atas kertas. Dan satu tahun lagi, aku akan segera menceraikanmu!"

Tampaknya Cakra lupa dengan apa yang sudah Yubie katakan di awal pernikahan mereka. Cakra hanya suami pajangan, mereka bukan suami istri pada umumnya dan akan berpisah setelah satu tahun menikah.

"Bagaimana kalau setelah satu tahun ternyata kau mencintaiku? Apa kau masih akan menceraikanku?" tanya Cakra serius.

"Aku tidak akan jatuh cinta padamu," jawab Yubie langsung, suaranya begitu tegas. Seakan-akan ia memastikan bahwa dirinya tidak akan pernah jatuh pada pesona seorang Cakra Atlas.

"Tapi, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku."

Deg!

Yubie terhenyak mendengar suara yang penuh dengan keyakinan itu. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang, tapi Yubie berusaha menutupinya.

"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, Yubie. Aku akan membuatmu tidak bisa hidup tanpaku."

Belum sempat Yubie menalar semuanya, Cakra sudah lebih dulu menariknya masuk ke dalam pelukan yang kuat.

Yubie merasa tubuhnya membeku, darahnya berdesir hebat ketika Cakra berbisik lembut di telinganya, "Satu tahun bukan untuk perpisahan, tapi untuk saling mempertahankan."

Setelahnya, semuanya terjadi begitu saja. Yubie yang seperti terhipnotis atas serangan Cakra yang bertubi-tubi masih diam membeku, bahkan saat Cakra menyatukan bibir mereka.

Alaram berbahaya dalam dirinya menyala, tapi Yubie seakan tidak cukup mampu untuk mendorong tubuh Cakra. Kekuatan dan ledakan yang biasa terlihat dalam sosoknya kini lenyap begitu saja.

Dalam dekapan Cakra, ia seperti anak itik yang kehilangan induknya. Bukan sebagai singa garang yang bisa melakukan apa saja seorang diri.

"Apa sebenarnya yang mereka lakukan di dalam sana?" Netra Kanny memicing, ia penasaran dan semakin memperhatikan mobil Yubie yang dari tadi sudah terparkir, tapi pemiliknya tak jua kunjung keluar.