Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.
Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.
Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Tubuh Zema sedikit limbung setelah berhasil berbicara dengan orang tuanya. Kini langkahnya mantap untuk menuntut keadilan pada orang-orang yang telah menyakiti dan menghancurkan keluarganya.
Kamila dan Latif juga khawatir karena Atta pernah mengancam untuk tak memberitahu tentang hal ini pada Zema atau mereka akan menuntut Dery dan membuat Dery membusuk di penjara.
"Kalian tenang saja, aku ngga akan mengatakan hal yang pasti akan membahayakan keluarga kita. Tapi tolong, setelah ini bicaralah jujur padaku, jangan tutupi apa pun," pintanya pada kedua orang tuanya.
Latif hanya mampu mengangguk pasrah. "Apa kamu akan berpisah dengan Atta?"
"Pastinya, tapi setelah aku membalas perbuatan mereka."
"Nak, lebih baik kita pergi saja dari sini, lepaskan saja mereka, kita ngga mungkin melawan mereka," bujuk Kamila yang khawatir perasaan ingin balas dendam Zema hanya akan menghancurkan keluarga mereka makin dalam.
"Ibu tenang saja, aku tidak akan gegabah."
"Bu, kita harus percaya pada Zema. Nyatanya entah dari mana dia tahu, kalau Tuhan berencana, masalah yang berusaha kita tutupi ini ternyata terkuak juga bukan?"
"Kita doakan saja langkah Zema. Maafkan kami yang pasti mungkin tak bisa membantu banyak Zema."
"Iya, doakan saja Zema dan tolong beritahu apa pun yang kalian tahu tentang mereka."
"Jadi kamu tahu Luthfi juga terlibat?"
Zema hanya mengangguk, setelahnya dia berpamitan pada orang tuanya sebab dia harus kembali ke rumah suaminya. Jika tidak, ia khawatir Atta akan membuat masalah.
Zema menarik napas, dia akan mengunjungi sang kakak setelah kembali ke rumah nanti.
Setelah menjemput Leora, Zema pulang ke apartemennya. Matanya sedikit melebar saat melihat dua sosok yang membuat amarahnya kembali membuncah.
Sekuat tenaga Zema berusaha menenangkan diri dan bersikap tenang untuk menghadapi keduanya.
Benar saja, saat Atta melihat keberadaan Zema dan Leora yang tertidur dalam gendongannya. Lelaki itu bergegas mendekat.
"Kenapa kamu menyembunyikan Ara!" pekiknya.
Leora yang sedang tertidur kaget bukan main mendengar teriakan.
Bocah lima tahun itu sontak menangis dan menggapai Atta.
Zema menyerahkannya tanpa bantahan, di sisi lain Luthfi terlihat kikuk.
"Kau berteriak seolah aku seorang penculik. Dengar aku Atta, aku ibunya, kenapa juga kau harus sepanik ini? Apa yang kau sembunyikan?" cecar Zema tajam.
Atta lantas menyerahkan Leora pada Luthfi dan menarik tangan Zema menjauh.
Lelaki itu lupa kalau istrinya adalah pemegang sabuk hitam taekwondo, hingga Zema bisa melepaskan cengkraman Atta dan justru menundukkannya.
"Zema! Apa-apaan kau Hah!" pekiknya kesal.
"Kau yang seharusnya tenang, aku bahkan bisa berteriak dan kau tahu, kau bisa kupidanakan dengan kasus KDRT. Tak bisakah kau berbicara dengan tenang? Atau kau mau mencoba ancamanku?" tantang Zema.
"Ok-ok maafkan aku, bisa lepaskan aku?"
Zema melepaskannya. Wajah Atta merah padam. Antara malu bercampur kesal. Dia bahkan melihat sekitar dan melihat beberapa gelintir orang yang mungkin menatapnya.
Setelah berhasil berdiri, Atta melihat sosok Zema yang telah banyak berubah.
Tatapan mata penuh cinta dan pendambaan sudah tak ada lagi. Yang ada tatapan datar dan kelam yang Atta tak tahu kenapa.
Benarkah kau sudah tahu? Atau hanya cemburu Zem?
Atta dengan lembut kembali menggandeng tangan Zema mamasuki mobilnya. Di sana Luthfi tengah menenangkan Leora.
Luthfi membuang wajah saat pandangan mereka saling beradu.
Ada rasa bersalah yang tak bisa dia sembunyikan.
Zema duduk dibelakang bersama dengan Leora, sedangkan Atta di depan disupiri oleh Luthfi.
"Ara sayang sudah makan?" tanya Atta lembut.
Leora hanya menggeleng malas, gadis kecil itu terlihat sekali masih mengantuk. Tak lama kepala Leora bersandar dipangkuan Zema.
Atta dan Luthfi yang melihat dari depan, terlihat sedikit panik.
Baru seminggu bersama, secara alamiah Leora terlihat nyaman dengan ibunya.
Mereka sampai di sebuah restoran yang Zema tahu itu adalah tempat mereka sering bertemu dengan kenzie.
Dia tangah menyiapkan diri untuk menahan perasaan getirnya.
Langkahnya terhenti kala melihat sosok yang tak ingin dia temui saat ini, sebab khawatir dia tak bisa menahan amarahnya.
Namun, lihatlah sosok Kenzie langusng tersenyum lebar dan mendekatinya. Bukan, melainkan mendekati Leora sebab begitu dekat, Kenzie langsung mensejajarkan dirinya dengan Leora dan memeluk anak itu.
"Ara, Bun— eh tante Kenzie kangen banget. Kamu baik-baik aja 'kan?" cecar Kenzie membuat Zema mendengus sebal.
Saat mendengar dengusan Zema, barulah Kenzie merasa kikuk dan bangkit berdiri.
Rambut bergelombangnya bergoyang. Jika di sandingkan, mereka seperti malaikat dan iblis. Kenzie terlihat anggun mengenakan gaun putihnya, sedangkan Zema sendiri memakai setelah celana serba hitam.
"Eh Zem, apa kabar?" tanya Kenzie kikuk lalu mengulurkan tangan.
Meski sebal, Zema menerima uluran tangan wanita iblis berkedok malaikat didepannya ini.
"Seperti yang kamu lihat. Agak aneh memang, kau sering bertemu dengan anak dan suamiku tapi tak pernah sekali pun bertemu denganku," sindir Zema telak.
Kenzie merasa gugup lalu melirik dua orang lelaki di sampingnya.
"Ayo kita duduk dulu!" ajak Luthfi.
Saat duduk, Luthfi kembali bersikap layaknya pengasuh dengan mengajak Leora main di area bermain.
"Aku minta maaf, kalau sekarang kamu tahu aku sering bertemu dengan Atta dan Ara, Zem. Sungguh aku hanya tak ingin membuatmu kepikiran. Mau bagaimana pun aku ini mantan kekasih suamimu. Kamu pasti akan berpikiran yang macam-macam," jelas Kenzie yang terlihat sendu.
Zema melihat sikap Atta yang terlihat mengepalkan tangannya. Ia yakin suaminya tengah menahan diri untuk tak mengusap air mata Kenzie dan menenangkannya.
"Kau benar, aku memang mencurigaimu dan makin mencurigaimu—"
"Zem! Kenzie sudah menjelaskan, kenapa kau—"
Zema tersenyum sinis, "menjelaskan setelah ketahuan itu justru membuat makin curiga. Jangan pura-pura bodoh Ta. Lagi pula, apa kau tak mendengar ucapannya tadi?"
Atta mengernyit bingung. "Dia bertanya sama Ara apa anak kita baik-baik saja? Apa maksudnya? Dia anakku, aku ibunya, apa dia berpikir aku menyakitinya?"
Kenzie langsung menyela, dia tahu telah salah bicara dan membuat Zema makin mencurigainya. Ia memang sengaja dan berpikir mungkin Zema masih seperti dulu, terlihat bodoh karena tak enakkan. Nyatanya ...
"Maaf bukan begitu, harusnya aku bertanya apa kabar. Kamu tahu Zem, aku telah menganggap Ara seperti anakku sendiri, karena aku tak bisa memiliki anak," lirihnya hingga air matanya berderai.
Basi. Gerutu Zema.
"Iya, kau bahkan membuat anakku harus memanggilmu Bunda."
Atta dan Kenzie sontak terkejut. Mereka berusaha bersikap tenang di tengah cecaran Zema yang terlihat dingin.
"Maaf, aku hanya ingin dipanggil—"
"Apa kamu belum menikah?" potong Zema langsung dan seketika membuat Kenzie gelagapan.
"Zema," tegur Atta frustasi.
"Apa? Kenapa? Apa pertanyaanku aneh? Aku hanya bertanya apa dia sudah menikah atau belum, jawabannya sederhana bukan?"
Kenzie menarik napas panjang. "Tak mungkin ada lelaki yang mau denganku. Kamu tak tahu betapa menyedihkannya hidupku Zem. Aku hancur, tubuhku rusak—"
Kenzie benar-benar menangis. Atta yang sudah tak tahan segera mendekati mantan kekasihnya dan mengusap punggung wanita itu lembut. Hal yang selama hampir enam tahun pernikahan mereka tak pernah sekali pun Atta bersikap manis seperti itu padanya.
Setelah sadar Atta kembali duduk di sebelah Zema, sebab khawatir tidakkan impulsifnya tadi semakin membuat Zema curiga.
Atta lantas menatap istrinya yang terlihat tak peduli.
Wanita kejam, rutuknya dalam hati. Gara-gara kau Kenzie harus mengingat kejadian buruk itu!
"Kenapa?" tanya Zema saat melihat Atta menatapnya dengan pandangan tajam.
"Sebagai seorang wanita apa kamu tak merasakan empati sedikit pun?"
"Aku belum mendengar ceritanya. Sedari tadi dia cerita putus-putus lalu menangis, aku tak menangkap maksudnya," jawaban Zema membuat Atta semakin syok.
"Maaf, intinya aku malu untuk menikah sebab aku sudah kotor. Aku sadar diri Zema."
"Kau kotor karema pacaran diluar batas, atau karena diperkosa?" cecar Zema tak berempati.
Atta mengeram frustasi, Zema benar-benar ingin menyudutkan kekasihnya.
"Aku ... Di perkosa," lirihnya.
"Apa kau sudah melapor?" cecar Zema lagi.
"Sudah, jangan ungkit hal menyakitkan itu lagi. Sebaiknya kita makan dulu," sergah Atta menghentikan percakapan yang membuat dadanya bergemuruh kesal.
"Lalu tujuanmu mendekati keluargaku untuk apa?" tembak Zema langsung.
"Apa maksudmu?" jawab Kenzie gugup. Mereka tak menyangka jika Zema akan bertanya hal terus terang seperti ini.
"Maaf, kalau kamu enggak menyukai keberadaanku, aku akan pergi—"
"Jangan!" pekik Atta panik. Dia lantas menatap Zema yang justru membuang muka.
Sial, dia bahkan terlihat tak peduli, gerutu Kenzie dalam hati.
Wanita itu memilih berlalu dari sana seperti adegan drama menurut Zema.
"Zem!" tegur Atta frustrasi.
"Kenapa? Kejarlah mantan pacarmu, maka kupastikan kau tak akan melihat Leora lagi," ancamnya.
.
.
.
Lanjut
jgn lma* up nya y k
terimakasih Thor ...
makin seru dan bikin penasaran ceritanya.
semangat buat up lagi ya Thor ...💪