Eclipse, organisasi dunia bawah yang bergerak di bidang farmasi gelap. Sering kali melakukan uji coba demi mendapatkan obat atau vaksin terbaik versi mereka.
Pada awal tahun 2025, pimpinan Eclipse mulai menggila. Dia menargetkan vaksin yang bisa menolak penuaan dan kematian. Sialnya, vaksin yang ditargetkan justru gagal dan menjadi virus mematikan. Sedikit saja bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap.
Hubungan internal Eclipse pun makin memanas. Sebagian anggota serakah dan berniat menjual virus tersebut. Sebagian lain memilih melumpuhkan dengan alasan kemanusiaan. Waktu mereka hanya lima puluh hari sebelum virus itu berevolusi.
Reyver Brox, salah satu anggota Eclipse yang melawan keserakahan tim. Rela bertaruh nyawa demi keselamatan banyak manusia. Namun, di titik akhir perjuangan, ia justru dikhianati oleh orang yang paling dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Halo, Rey? Kenapa? Apa ada masalah dengan penelitianmu?"
Pertanyaan pertama yang Martha lontarkan ketika ada kesempatan untuk menelepon Reyver. Nada suaranya syarat akan kekhawatiran, seolah takut terjadi masalah besar terkait rencana perlawanan mereka terhadap Carlo Leonardo.
"Virus yang kita bawa tadi malam adalah virus palsu. Martha, sepertinya Tuan Carlo sudah bisa membaca langkah apa yang akan kuambil, makanya sengaja menukar virus kemarin dengan virus lain yang sangat mirip. Martha, kita telah masuk jebakannya."
"Rey ... ini sulit dipercaya. Aku sendiri yang mengambil virus itu dari laboratorium. Tempatnya tidak berubah dari terakhir kali kau pegang. Rey ... kau serius tidak salah menelitinya?"
Keraguan begitu ketara tersirat dari jawaban Martha. Mungkin, bentuk kekecewaan atas kerja keras yang telah dia lakukan. Kerja keras yang tak hanya menguras tenaga, tetapi juga mempertaruhkan nyawa.
"Aku sudah memastikannya berkali-kali, dan fakta yang kutemukan tetap sama, RNA virus ini jauh lebih lemah dari virus yang kemarin. Ini tidak mungkin karena mutasi. Karena dari penelitian yang sudah kulakukan di Eclipse, mutasi virus ini menjadi lebih kuat, bukan lebih lemah." Reyver menarik napas panjang satu kali, sembari menjeda ucapannya, yang ia yakini masih sulit dipercaya.
"Sebelum kau berhasil mencuri virus itu, apa kau sempat melewatkan pekerjaan penting di laboratorium?" lanjut Reyver.
Dalam beberapa detik, hanya hening yang menyambut ucapan Reyver. Martha sedang mengingat-ingat hari demi hari sebelum dia ada kesempatan mengambil virus tersebut.
"Ah iya, Rey. Sehari sebelumnya, Tuan Carlo memintaku memeriksa bahan-bahan yang datang. Bersamaan dengan itu, ada jadwal pengembangan obat di laboratorium. Kalau tidak salah ... Francesco yang bertanggung jawab akan hal ini."
Reyver men-desah kasar. Jelas sudah, Francesco yang membuat virus itu. Rupanya dia sangat totalitas dalam memihak Carlo. Sialan.
"Lalu bagaimana ini, Rey? Jika virus itu palsu, bukankah sia-sia usaha kita semalam?" lanjut Martha.
"Tidak ada yang sia-sia. Sekarang kita jadi tahu selicik apa Tuan Carlo," sahut Reyver dengan cepat. "Martha ... bantu aku mencari tahu di mana kira-kira virus yang asli. Dengan cara apa pun aku harus mendapatkan itu sebelum disalahgunakan."
"Baik. Tapi, sepertinya tidak hari ini, Rey. Suasana hati Tuan Carlo masih buruk dan dia memperketat keamanan di Eclipse. Jika bertindak gegabah, aku khawatir nanti Tuan Carlo malah curiga. Aku harus memikirkannya lagi dengan matang daripada gagal total."
"Aku mengerti. Kamu bertindaklah dengan hati-hati, jangan sampai Tuan Carlo mendapatkan bukti kalau kau ada di pihakku. Nanti, ada petunjuk sekecil apa pun, katakan. Kita diskusikan bersama," jawab Reyver.
"Aku paham, Rey."
Tak berselang lama, sambungan telepon pun berakhir. Reyver menarik napas panjang sekali lagi, sembari berpikir keras bagaimana caranya melawan kelicikan Carlo. Kemampuan saja tak cukup, harus ada trik yang sama liciknya dengan Carlo sendiri.
Di tengah pikirannya yang masih terus bekerja, Reyver mencoba mengotak-atik ponsel di tangannya. Maksud hati ingin menyelidiki tentang seluk beluk Negara X dan Y, guna memastikan negara mana yang akan membeli virus itu, dan sudah bagaimana kemajuan rencana mereka sekarang.
Namun sungguh di luar dugaan, alih-alih menemukan informasi yang dia inginkan, Reyver malah menemukan sesuatu yang lain.
Ponsel tersebut, yang kini ada dalam genggaman, tampaknya sudah disadap oleh pihak lain. Reyver yakin bukan Martha pelakunya, melainkan ... Carlo Leonardo.
"Ini artinya ... Tuan Carlo sudah tahu tentang pengkhianatan Martha," batin Reyver dengan perasaan yang campur aduk. Antara khawatir, takut, kesal, dan marah.
Bersambung...