Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghinaan yang menyakitkan
Ucapan Victor yang menggelegar baru saja menciptakan keheningan yang mematikan.Namun, keheningan itu segera pecah oleh suara-suara tajam dari para wanita berpengaruh di lingkaran sosial.Mereka pun kini melihat ini sebagai kesempatan untuk menegaskan hierarki dan menyerang pendatang baru.
Sekitar enam wanita,dengan perhiasan berlian yang berkilauan dan tatapan menghakimi, melangkah maju, membentuk setengah lingkaran intimidasi.
"Jelas sekali dia seorang perebut," desis seorang wanita dengan kalung mutiara yang berlebihan, yang dikenal sebagai Istri dari Ketua Komite Dagang.
"Tuan Artama tidak akan pernah membawa barang murahan ke hadapan kita kecuali dia sedang putus asa.Jelas sekali dia yang mengemis perhatian."
"Benar sekali. Lihat gaunnya," sambung wanita lain, seorang fashion mogul dengan rambut disanggul sempurna.
"Pilihan warnanya saja sudah berteriak ingin perhatian. Tunangan sejati tidak perlu berusaha sekeras itu.Dia hanya sampah yang mencoba menanjak menggunakan nama besar."
Wanita ketiga, yang merupakan seorang pengacara terkenal, berbicara dengan nada dingin. "Dia tidak hanya merebut.Dia bahkan menghancurkan reputasi.Tuan Artama,apa kau tahu betapa merusak skandal murahan seperti ini bagi citra perusahaanmu? Singkirkan dia, atau kami akan pastikan nama wanita ini masuk ke daftar hitam dari semua acara penting."
"Lihat wanita itu,bukankah dia hanya mainan Tuan Artama?tapi mengapa ia berada di jangkauan Victor dan bukan Tuannya?Itu sudah terlihat ingin perhatian kan?".Ucap wanita lainnya.Dan mereka sibuk menertawakan Kanaya.
Cacian itu pun datang bertubi-tubi, menusuk, dan merendahkan.
Kanaya, yang masih berada di balik punggung Victor, hanya bisa terdiam.Ia menundukkan kepala, memejamkan mata erat-erat.
Setiap kata pun terasa seperti cambukan,menghantam harga dirinya yang rapuh.Tenggorokannya pun ikut tercekat, dan ia merasa matanya panas karena air mata yang mendesak minta tumpah.Ia pun mengepalkan tangan sehingga kuku-kuku jarinya menusuk telapak tangannya.
Ia tidak bisa menangis.Tidak di depan mereka.Ia merasa saat ini ia hanya ingin meledak,menghancurkan segalanya.
Victor merasakan tubuh Kanaya gemetar. Ia hendak membalikkan badan dan menariknya keluar, menjauhi lingkaran setan itu.
"Kita pergi, Kanaya.Jangan dengarkan mereka," bisik Victor, tangannya mulai menarik lengan Kanaya.
"Ayo..Nona Kanaya..Tunjukkan dirimu pada mereka..".Gumam Sofia yang berada di kejauhan sedang menyilangkan kedua tangannya sambil tersenyum.
Tiba-tiba,Kanaya lalu menarik lengannya dari genggaman Victor. Ia menegakkan tubuhnya,matanya yang tadi meredup kini berkilat dengan amarah yang membakar.Air mata itu masih ada, tetapi bercampur dengan kobaran ego dan kesakitan yang tak tertahankan.
Ia pun lalu melangkah maju, melewati Victor, dan berdiri tegak di tengah kerumunan yang kini menatapnya dengan rasa ingin tahu yang lebih besar.
"Aku bukan perebut!" teriak Kanaya, suaranya pecah, tetapi cukup keras untuk mengalahkan gemerisik musik dan bisikan para tamu.
"Aku bukan wanita murahan yang mengemis perhatian!Kalian benar!" Ia tertawa hampa, air mata pertamanya akhirnya pun lolos dan membasahi pipi.
"Aku memang hanya mainan di sisi Artama! Mainan yang dia beli, yang dia suruh pakai gaun ini, yang dia suruh berdiri di sisinya!" Ia menunjuk Artama dengan tangan gemetar.
"Lalu nanti aku akan dibuang! Dia akan membuangku setelah dia mendapatkan apa yang dia mau! Dan kalian semua tahu itu! Karena begitulah cara Artama bermain!".
Kanaya pun menarik napas tajam, lalu berbalik, tatapan matanya yang tajam menancap pada Valencia yang kini tampak terkejut.
"Dan kau, Valencia!" teriak Kanaya, penuh kebencian. "Jangan berani sebut aku wanita murahan! Kau tunangan sah-nya, tapi dia memilihku! Dia memilihku di kamar hotelnya!Dia yang bahkan menciumku!Dia memelukku! Lalu dia memaksaku datang ke sini, hanya untuk membuatmu cemburu!".
Kanaya pun lalu melangkah mendekat lagi, nyaris tak terkendali. "Kau seharusnya malu! Kau tunangan sah-nya, tapi kau datang ke sini seperti j4lang merah yang putus asa untuk mendapatkan kembali tali kendali! Siapa sebenarnya di sini yang lebih murahan?".
Para tamu pun terdiam. Artama, Valencia, dan Victor, semuanya terkejut oleh ledakan tak terduga ini.
Kanaya menarik napas terakhir,membalikkan badannya lagi. Ia menoleh sekali lagi, hanya ke arah Artama yang masih berdiri mematung, ekspresinya sulit dibaca, tetapi ada bayangan terkejut di matanya yang tajam.
"Dan kau, Artama!" teriaknya untuk terakhir kali, suaranya tercekat oleh kesedihan dan amarah.
"Kau lebih dari monster! Kau sangat pengecut! Kau yang menculikku, kau mempermainkan emosiku,kau lah yang menjebakku dengan gaun ini,memaksa ku menemanimu disini dan kau yang bahkan membiarkanku dipermalukan di depan sampah-sampah ini!Aku menyesal!!aku membencimu! Aku harap kau busuk dan hancur!karena kau pengecut dan monster!!".
Dan Kanaya pun kini kembali menatap tajam Valencia.
"Dan kau,j4lang merah!aku bahkan tidak pernah menaruh perasaan suka pada tunanganmu!dan jika kau takut aku akan merebutnya,kenapa kau tidak bisa mengontrol Artama?!Apa kau benar-benar tunangannya?!".
Semua orang yang mendengarnya langsung menimbang nimbang ucapan Kanaya.Setelah meluapkan semua kata itu,Kanaya pun tidak menunggu reaksi.Ia mengangkat gaunnya, berbalik dengan tergesa-gesa, dan berlari menembus kerumunan.Ia pun berlari kencang menuju pintu keluar, meninggalkan cahaya gemerlap,mata terkejut, dan bau parfum mahal di belakangnya.
Victor terhuyung sejenak, terkejut melihat Kanaya yang meledak. Ia melihat Kanaya berlari keluar, lalu beralih menatap Artama dengan cibiran penuh penghinaan.
"Kau mendengarnya, Artama," kata Victor tajam. "Dia membencimu.Kau memang pengecut!Dan aku tidak akan membiarkanmu menangkapnya lagi.".
Victor pun tidak membuang waktu.Ia lalu berlari menyusul Kanaya, menembus kerumunan yang kini mulai berbisik-bisik heboh.
Sementara itu, Artama hanya berdiri mematung,diapit oleh Valencia yang kini terlihat kebingungan dan amarah yang ingin meledak-ledak pada saat yang sama. Ruangan itu terasa seperti baru saja dilanda gempa.
Artama masih tidak bergerak.Tangan Artama, yang tadi digandeng Valencia, kini mengepal.Matanya, yang selalu datar, kini memancarkan badai yang sangat dingin.Kata-kata Kanaya, terutama pengakuannya sebagai mainan dan tuduhan penculikan, telah menghancurkan permainan yang ia atur.
"Artama, Sayang, dia sudah pergi. Sekarang kita...." Valencia berusaha merangkul lengannya lagi.
Artama pun lalu menarik lengannya dengan kasar, tatapannya kini sedingin kematian.
"Kau merusak semuanya,Valencia," desis Artama, suaranya berbahaya. Ia tidak peduli dengan para investor atau kolega yang sedang mengawasi.
"Artama aku hanya...."
"Tutup mulutmu," potong Artama, lalu melangkah cepat ke arah pintu keluar.
"Sofia!" panggil Artama dengan suara berwibawa yang membuat Sofia, yang berdiri di sudut, terkejut."Siapkan mobilnya! Sekarang!"
Artama pun melangkah keluar, meninggalkan Valencia sendirian di tengah ruangan, sementara bisikan kaget para tamu perlahan berubah menjadi desas-desus liar.