Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Semua rencananya hancur begitu saja saat ia melihat pengamanan kediaman Zandic. Bagaimana ia bisa kabur kalau seluruh sudut berisi bodyguard yang menjaga. Pria itu benar-benar mengurungnya di dalam sangkar emasnya. Tidak memberikannya celah untuk kabur darinya. Tidak sampai itu saja, pria itu sengaja menempatkan dua orang untuk terus mengikutinnya kemanapun selain di dalam kamar.
"Pria gila itu benar-benar membuatku frustasi kalau seperti ini bagaimana aku untuk kabur." umpatnya saat meratapi nasibnya.
"Jangan berpikir untuk kabur dariku Rei." ucap seseorang yang sudah masuk ke dalam kamarnya. Perasaan hari masih siang, kenapa pria itu terus berkeliaran di sekitarnya.
"Aku baru tahu CEO dari perusahaan terbesar di negara ini ternyata sangat luang." sindir Reina yang tidak berniat membalikkan tubuhnya. Dia memilih menatap taman dari balkon kamarnya di kediaman ini. Dibandingkan menatap wajah menyebalkan pria itu yang sayangnya sangat tampan. Sebuah tangan tiba-tiba melingkar di perutnya. Reina mencoba melepaskannya tapi tenaga tidak sekuat tenaga pria itu. Bahkan dengan beraninya pria itu meletakkan dagunnya di celuk lehernnya. Hembus nafasnnya membuat bulu kuduk Reina berdiri.
"Lepaskan."
"Biarkan seperti ini sebentar saja." ucap pria itu dengan lirih, entah berapa kali pria itu mengecupi lehernnya.
"Aku suka aromamu, sangat menenangkan."
"Kamu sangat mesum."
"Tak masalah, kita bisa nikah besok kalau perlu."
"Hey kamu gila, aku tidak ingin menikah denganmu." penolakan Reina yang membuat pria itu tertawa. Dia tidak mempedulikan penolakan wanita itu padannya.
"Semakin kamu menolakku, aku semakin tertarik padamu." ucap pria itu bersamaan tubuh reina berputar. Sekarang keduannya saling bertatapan.
"Kalau begitu aku akan menjadi Reina yang dulu. Bukankah hal itu yang kamu mau." ucap Reina yang menyentuh dagu pria itu dengan jarinnya. Nico tersenyum tipis melihat wanita di depannya.
"Aku menantinnya."
"Sepertinya, tuan nico tertarik dengan wanita yang nakal bukan." ucap reina yang sengaja tepat ditelinga pria itu. Entah keberaniannya muncul dari mana hingga dia melakukan hal yang mengancam nyawanya.
"Reina, jangan memancingku kalau kamu tidak ingin hal buruk terjadi padamu." ucap pria itu dengan tatapan tajam. Bukan Reina kalau begitu saja takut. Ia seakan lupa kalau pria di depannya bukan manusia normal seperti biasa. Ia hanya terus memancing obsesif gila pria itu.
"Siapa takut Tuan Nico ." ucap wanita itu dengan kedipan mata. Pancingan Reina berhasil membuat pria itu menggelam.
"ah." teriak Reina saat tubuhnya sudah diangkut seperti koal di tubuh pria itu." Nico turunkan aku."
"Kamu sudah memancing singa tidur Reina." ucap pria itu yang diakhiri sebuah kecupan. Pria itu tidak membiarkan Reina lepas dari rengkuhannya. Tanpa sadar keduannya saling menikmati waktu singkat itu. Reina kehabisan oksigen, ia langsung memukukl punggung pria itu.
"Aku tidak bisa menahan lagi, kita harus segera menikah." ucap pria itu yang membuat kedua mata Reina melebar. Dia benar-benar sudah mengambil langkah. Tapi apa daya, pesona pria itu terlalu menggodannya.
Beberapa hari kedepan, Reina sangat bahagia karena pria menyebalkan itu harus melakukan bussiness trip. Pria itu tidak akan mengikutinnya seperti anak bebek. Tapi harapannya tapi sepenuhnya sesuai keinginnan. Saat tahu kegilaan pria itu tidak pernah berhenti begitu saja. Bagaimana tidak, pria itu akan menghubunginnya setiap satu jam sekali.
"Sayang."
"Berhenti menghubungiku setiap satu jam sekali. kamu harus selesaikan pekerjaanmu jangan menyusahkan Vino." ucap Reina yang malah dibalaskan tatapan tajam padannya. Dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?"
"Kamu suka dengan vino?" tanya pria gila itu. Rasannya Reina ingin memukul kepala pria gila itu. Bukankah ia tidak menyatakan suka pada tangan kanan pria itu.
"Kamu gila."
"aku memang tergila-gila padamu." ucap pria itu yang menjadi akhir panggilan. Reina sudah muak dengan panggilan dari pria itu. Tapi ia juga tidak berani bila tidak mengangkatnya.
"ya walaupun Vino tidak kalah tampan dibandingkan Nico. Setidaknya pria itu tenang seperti air bukan." gumam Reina yang tidak sadar setiap perkataanya di dengar oleh seseorang. Ia tidak sadar nyawa seseorang sedang di pertaruhkan akibat perkataanya.
Sedangkan Vino yang tidak tahu alasan tuannya menatap tajam padannya. Hanya bisa membuang nafas kasar. Ia tahu tuannya sedang cemburu. Apalagi beberapa hari ini, pria itu seperti bocah tantrum karena berjauhan dari induknya. Sepertinya ia harus mengajak wanita itu terus agar Nico tidak mengamuk.
Berjauhan dengan Nico, bukan berarti hidupnya akan tenang dan tentram. Faktannya hilang Nico datanglah pria dari masa lalu tubuh ini. Pria itu tidak kalah gila dengan tunangannya. Bedannya pria itu tidak pemaksa seperti Nico. Mike bertindak seperti playboy kelas kakap. Bahkan pria itu setiap hari mengirim bunga di kediamannya. Karena itu juga Nico uring-uringan beberapa akhirnnya. Hal itu juga yang membuat Reina pusing.
"Reina maafkan aku."
"Pergi dari sini Mike, Jangan tambah masalah di hidupku." usir Reina saat melihat pria itu berdiri di depan rumahnya dengan satu bouqet bunga. Sesungguhnya ia suka dnegan rangkaian bukan. Tapi ia tahu menerima benda itu akan membangunkan singa gila yang selalu mengintainnya dari jauh.
"Reina, bila belum bisa memaafkanku. Tak apa. Tapi aku mohon untuk terima bunga ini." ucap pria itu yang membuat Reina jengah.
"Apakah kamu tidak lelah mengirimi ku berbagai hadiah? berhentilah aku tidak ingin membuat tunanganku marah." jelas Reina yang memilih mutar balikkan badannya. Tapi pria itu dengan berani menahan Reina.
"Reina, pria itu tidak baik untukmu."
"Jadi kamu pikir dirimu lebih baik darinnya?" tanya Reina yang membuat pria itu melepaskan tangannya.
"Enyahlah dari tatapanku." ucap Reina yang langsung menutup pintu sangat kencang. Perlakuan itu membuat seorang pria tersenyum lebar.
Vino menatap atasannya aneh, Ekspresinnya terlalu mudah berubah akhir-akhir ini dan ia tahu penyebab itu. Siapa lagi kalau bukan Reina. Wanita yang selalu membuat tuannya kesal.
"Lihatlah sikap galak kekasihku." ucap Nico yang membuat teman-temannya hanya menatap aneh pada sahabatnya itu.
Sebuah pesan masuk ke dalam HP Nico. Pria itu tersenyum lebar melihat pengirim pesannya. Tawannya lepas begitu saja saat melihat pesan dari tunangannya. Sedangkan 2 pria lain yang ada di dalam ruangan, menatap aneh tingkah kawannya yang terkenal dingin.
"Berhenti menjadi pengunti." begitu kata-kata yang dikirim Reina pada Nico. Hal itu juga yang membuatnnya tertawa keras. Karena wanita itu dengan mudah menyadari setiap kamera yang terpasang di beberapa titik di kediamannya.
"Bukankah Nico sudah gila ?" tanya rekan Nico pada tangan kanan sahabatnya.
"Ia sedang jatuh cinta." ucap vino dengan santai yang membuat orang-orang di dalam ruangan itu terkejut.