Hidupnya tak mudah, bahagia seperti enggan menghampirinya. Sejak kecil hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang hancur berantakan.
Ayahnya seorang pemabuk berat dan penjudi.
Ibunya berselingkuh dan wanita simpanan seorang pengusaha. Bahkan kakaknya pun kurang lebih sama seperti orang tuanya.
Gita tetap bertahan dalam keluarga itu demi dua adiknya yang masih kecil.
Hingga malam itu menghancurkan semuanya. Keluarganya tercerai berai, Gita terpaksa berpisah dengan dua adik kesayangannya.
Usianya baru lima belas tahun, tapi harus menanggung akibat dari kesalahan yang tak dilakukannya.
Gita diusir dari kota itu dengan cacian dan hinaan dari warga. Arga, putra selingkuhan ibunya bahkan membakar rumah gubuknya.
Hingga dua belas tahun kemudian dia kembali dengan tujuan mencari kebenaran tentang kematian ibu dan selingkuhannya.
Apa benar ayahnya itu benar seorang pembunuh ataukah dia difitnah oleh seseorang yang berkuasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First
Arga mengunyah potongan roti yang masuk ke dalam mulutnya dengan gerakan pelan. Sudah hampir setengah jam, tapi sarapannya tak habis-habis.
Dia memang sengaja.
Menghabiskan waktu lebih lama bersama wanita di depannya ini adalah tujuannya yang sebenarnya.
Arga tak pernah sarapan, dia hanya meminum jus sayurnya setiap habis lari pagi.
Tapi hari ini dia melanggar kebiasaannya itu agar bisa bersama dengan penyihir kecilnya yang kini tak kecil lagi.
Gita tumbuh dengan baik dan berisi pada bagian tertentu. Dan jujur saja Arga tergoda untuk menyentuh bagian-bagian itu.
Arga mengetahui jika Gita terlihat risih dan enggan bersamanya. Maka dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menahan wanita itu.
"Saya baru tau anda punya kebiasaan makan seperti lansia yang sudah tak memiliki gigi." sindir Gita
Pada akhirnya wanita itu menyerah untuk bersikap baik dan sopan. Gita tak lagi menyembunyikan rasa kesalnya pada Arga.
"Saya juga tidak tau kalau nona Gita memiliki kebiasaan seperti tikus yang kelaparan." Arga melirik piring Gita yang sudah bersih tanpa sisa.
Mata bulat Gita menatap tajam Arga yang terlihat nyaman dengan situasi ini.
Gita menyadari jika dia tak pernah menolak makanan. Wanita itu selalu menikmati makanannya dengan lahap tanpa sisa
"Kalau anda mengalami situasi mengerikan seperti yang saya alami, mungkin anda juga akan seperti saya. Kelaparan, saya pernah merasakan hal itu. Jadi wajar saja jika saya menghabiskan semua tanpa sisa. "
Tangan Arga yang tadinya hendak memasukkan potongan roti terakhir seketika berhenti. Dia tau jika Gita mengalami hidup sulit sebelum dia bertemu Dewangga.
Wanita itu pernah bekerja mencuci piring di sebuah restoran dan juga membersihkan toilet umum di stasiun kereta api. Semuanya Gita kerjakan demi menyambung hidup.
Padahal jika gadis itu mau, bisa saja dia memanfaatkan kebaikan wanita bernama Lia. Tapi Gita tak melakukan hal itu.
Gita bertemu dengan Dewangga di sebuah klub malam. Saat itu Gita bekerja di sana sebagai cleaning service.
Tapi ternyata banyak lelaki yang jatuh hati dan menyatakan cinta pada Gita. Semuanya dia tolak. Dan itu membuat para lelaki itu tak terima dan berencana melecehkan Gita.
Dewangga yang menyaksikan para lelaki itu ingin berbuat kurang ajar pada Gita pun langsung menghajar mereka.
Dan begitulah, Dewangga yang jatuh hati pada kecantikan Gita pun mengejar nya mati-matian hingga mereka menikah.
Dewangga begitu mengistimewakan Gita. Bahkan di setiap wawancara dia selalu menyelipkan kata I love you, my wife.
Sayangnya Dewangga meninggal terlalu cepat. Di usia dua puluh tiga tahun, Gita pun berstatus janda muda yang banyak diminati oleh para pria single di kotanya.
Begitulah informasi yang Arga dapat dari Robert, seseorang yang dia bayar untuk mencari tau semua hal tentang Gita.
Arga menatap Gita yang memalingkan wajahnya ke arah jendela. Sepertinya Saka salah memilih tempat. Gita lebih menyukai pemandangan di luar jendela daripada menatapnya.
Sepertinya bonus Saka bulan ini harus dia potong karena kesalahannya ini.
"Aaa...."
Gita mengernyit bingung saat melihat Arga yang menyodorkan potong roti ke arahnya.
"Aku sudah kenyang. Dan katamu tadi, kamu tak bisa membuang makanan. Habiskan..." kata Arga sambil menyodorkan potong roti itu.
Gita merasa kesal tapi karena malas ribut, akhirnya memilih mengalah. Dia memakan roti yang disodorkan Arga dan membuat lelaki itu tersenyum senang.
"Jadi setelah ini anda bisa langsung teken kontraknya, kan?" tanya Gita tak mau bertele-, tele.
"Heemm... " begitulah jawaban Arga lalu memasukkan ujung garpu bekas roti yang dimakan Gita tadi ke dalam mulutnya.
Sontak saja Gita melotot saat melihat kelakuan absurd Arga yang mengulum benda itu.
Tindakan Arga sungguh di luar nalar Gita. Tapi dia tak mau berkomentar apa-apa. Lebih baik diam, biarkan saja agar cepat selesai.
Dan akhirnya, setelah Gita bersabar menghadapi tingkah menyebalkan si direktur. Mereka menyepakati kontrak tersebut. Kendaraan yang dipesan oleh Arga jumlahnya tak main-main.
Ternyata mobil-mobil mahal itu akan Arga siapkan di cabang hotelnya di daerah lain. Dan Sagara Corp yang menyiapkan semuanya.
Mau tak mau Gita akan selalu berkomunikasi dengan Arga yang banyak maunya.
"Baiklah, tuan Arga. Karena semua sudah di tandatangani, jadi saya pamit dulu." kata Gita sambil tersenyum.
Lega akhirnya berakhir juga setelah tiga jam bersama lelaki ini.
Arga tak mengucapkan apapun saat Gita berpamitan. Lelaki itu hanya memandanginya dengan begitu lekat.
"Saya permisi, tuan. Dan semoga hari anda menyenangkan." ucap Gita basa basi padahal sebenarnya isi hatinya bertolak belakang dengan ucapannya.
"Tunggu!!". Arga menghentikan Gita yang hendak keluar dari ruangan lelaki itu.
"Saya akan mengantar anda, nona Gita." Arga pun segera bangkit dari kursinya dan segera berjalan mendekati Gita.
"Ayo, nona Gita." ucapan Arga membuat Gita jengah. Dari tadi sepertinya Arga sengaja memanggilnya dengan nona.
"Nyonya... Saya adalah nyonya Sagara jika anda lupa. Jadi mohon ubah panggilan nona itu, tuan."
"Mantan nyonya Sagara. Dia sudah meninggal dan kau sudah tak bersuami."
" Hah... Hahaha...." Gita tertawa jengkel.
Ternyata memang lelaki ini tak pernah bisa diajak bicara baik-baik.
"Tapi saya tetap istrinya, walaupun suami saya sudah meninggal. Itu tak mengubah kenyataan."
"Aku tak masalah." kata Arga ambigu.
Gita tak paham maksud perkataan Arga. Tapi ketika dia ingin bertanya kembali, ponselnya berdering.
Gita mengambil ponselnya dan melihat nama si penelpon.
Ternyata Bara.
Dia hampir saja lupa, siang ini dia punya janji dengan Bara untuk pergi ke suatu tempat.
Karena Arga yang menjengkelkan itu, dia hampir saja melupakan rencananya.
"Maaf, saya harus menjawab panggilan penting dulu." kata Gita yang kemudian keluar dari ruangan Arga untuk menjawab panggilan telepon tersebut.
"Ya... Hallo mas Bara."
(Halo, Ta... Kamu dimana? Jadi hari ini kamu mau ke lapas?) tanya Bara di ujung telepon sana.
"Jadilah, mas. Cuma tadi aku harus nyelesain satu kerjaan dulu." pekerjaannya hanya satu, tapi rasanya seperti menyelesaikan sepuluh pekerjaan.
"Kalau mas Bara sibuk, aku bisa pergi sendiri kok." lanjut Gita
(Eh,.. Nggak kok aku nggak sibuk. Lagi santai banget ini. Ya udah kalau kamu udah mau berangkat kabari aku, ya.)
"Hemm... Oke mas."
Gita hendak kembali ke ruangan untuk mengambil salinan kontrak dan juga tas nya yang masih berada di dalam ruangan Arga. Namun berapa terkejutnya dia, saat melihat Arga berdiri di depannya.
Tubuh tinggi menjulang itu menghadangnya dan membuat Gita mundur beberapa langkah ke belakang.
"Ternyata begitu....," suara Arga terdengar aneh.
"Apa sekarang Bara yang akan jadi korban mu selanjutnya, hem?"
Tatapan Arga terasa begitu membahayakan. Gita merasa jika dia tak bisa lagi berlama-lama di tempat ini.
"Mmm... Maaf tuan, itu ranah pribadi saya. Saya memang memiliki urusan dengan Bara setelah pertemuan ini." kata Gita yang langsung menghindari Arga dan langsung masuk ke kantornya untuk mengambil barang-barangnya.
Di dalam sana Saka tak lagi terlihat. Sepertinya lelaki itu sudah pergi.
Blam!!!
Gita tersentak saat mendengar suara pintu yang di tutup.
Wanita itu berusaha tetap tenang. Jangan sampai dia terintimidasi karena itulah yang diinginkan lelaki itu.
"Kemana?" tanya Arga sambil menatap Gita tajam.
"Apanya?" Gita berbalik bertanya karena tak mengerti.
"Kau dan dia mau ke mana?" Arga terlihat emosi, lelaki itu marah. Dan Gita merasa heran kenapa Arga terlalu dalam mencampuri urusan pribadinya.
"Bukankah sudah saya katakan, itu bukan urusan anda."
"Urusanku!!! Itu juga jadi urusanku. Karena Bara adalah temanku." sahut Arga
"Ahh... Begitu ya. Kalau begitu anda tanya saja ke teman anda. Dan saya harus segera pergi. Permisi..." ucap Gita yang lalu berjalan melewati Arga begitu saja.
"Aaah..." Gita berteriak kaget karena tubuhnya ditarik dan didorong hingga punggungnya menempel ke dinding.
"Kau sengaja berpakaian seperti ini untuk menggodanya? Apa kau begitu kesepian setelah suami mu meninggal? Apa kau menginginkannya untuk memenuhi hasratmu?"
Tatapan Arga berubah, kali ini terlihat sangat berbahaya.Gita berusaha mendorong tubuh besar Arga.
"Tuan .. Anda jangan kurang ajar!! Saya tak suka dengan perlakuan anda seperti ini." kata Gita
"Jadi apa yang kau sukai???"
"Ahh...Mungkin kau suka yang seperti ini...."
Arga mengakhiri ucapannya dengan menarik wajah Gita dan melabuhkan ciuman di bibirnya.
Gita yang sempat terkejut, terdiam sesaat dan membiarkan Arga mengeksplor bibirnya. Tapi setelah itu Gita berusaha melepaskan diri dari lelaki itu.
Sayangnya tenaga Gita kalah... Dia tak bisa menghindar dan hanya diam membiarkan Arga melumat habis bibirnya.
Bukannya lepas, lelaki itu malah semakin memperdalam ciumannya. Tubuhnya pun dikunci dalam pelukan lelaki itu.
Gita yang awalnya hanya diam pun akhirnya ikut membalas. Bukan karena dia menyukai Arga, hanya saja seperti naluri. Dia sudah lama merindukan sentuhan seperti ini.
Tak munafik, tubuhnya merespon setiap sentuhan yang diberikan oleh Arga. Seolah dia kini sedang memuaskan dahaganya yang sudah lama kekeringan.
Dan untuk pertama kalinya, Gita melepaskan sisi rasional nya dan menyambut ciuman dari lelaki yang bukan suaminya.
Ciuman lelaki itu begitu membara, menuntut dan penuh emosi. Arga seolah-olah sedang mengklaim jika Gita adalah miliknya dan hanya menjadi miliknya.
Arga atau Bara?
😘😙😙❤❤❤
siapa sih yg bakar ibu gita sebenarnya..
😘😍😙😗❤❤❤
❤❤❤😍😍😙😙
bisakah Gita benaekan Gilang..
❤❤❤❤😍😙😙
bunuh Arga jga fosa besar...
❤❤❤😘😍😙😙
😀😀😀
❤❤❤❤❤
❤❤❤😍😙😙😙
❤❤❤😘😙😗
Arga penolongnyaaa...
❤❤❤❤😘😍😙
lanjuttt torrr, sehatt, semangatttt, suksessss🙏🙏💪💪💪💪💪👍👍😍😍
❤❤❤😍😙😙
gilang tetap hidup..
❤❤❤😍😙😙
masih hidup..
kok gak hubungi tante lia..
bikin kuatir aja.
❤❤❤❤
bapaknya garong tau aja kw amna Gita pergi..
😀😀😀❤❤😘😙😗
jga takut ancaman Arga ya nurut2 aja ..
❤❤❤😘😍😙
❤❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😙
❤❤❤😘😍😙🤦♂️
❤❤❤😘😍😙😙