Apa jadinya jika hidup di jaman para pendekar tidak bisa berlatih tenaga dalam?
." apakah kamu ingin menjadi kuat dan membalas dendam wira?"
"'iya tentu saja kek.."
" jika aku bilang kamu tidak bisa membalas dendam kamu percaya?"
" Wira kenapa kakek?"
Begini Wira,, 3 jari dibawah pusar ada satu titik vital sebagai pusat tenaga dalam pada manusia.
titik vital yang ada di dalam tubuh mu akibat pukulan Sura Keling,entah dia sengaja atau tidak , telah terluka sangat parah.
menurut perhitungan ku, kemungkinan besar telah hancur, semoga saja itu salah.
aku tak tau apakah di masa depan kamu bisa sembuh atau tidak, yang jelas untuk saat ini kamu tidak mungkin bisa membangkitkan tenaga dalam mu... entah sampai kapan..
maaf Wira..tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolong mu, aku sangat berharap hitungan ku salah.
benarkah demikian? di dunia ini segala nya tak pasti, hanya satu yang pasti , yaitu mati !
cerita ini masih tersambung dengan cerita "tahta berdarah sang pangeran"!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lintang88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pendekar berambut perak
Semenjak pagi langit mendung, matahari seperti malas keluar, bulan ini memang telah memasuki musim penghujan,
Setelah musim hujan , Para petani akan kembali mengolah ladang nya , hujan memang telah ditunggu tunggu untuk membasahi tanah ladang yang mengering.
Tidak seperti siang kemarin, siang ini hujan turun begitu lebat nya, curahan hujan disertai dentuman guntur menggelegar dan cahaya kilat yang menyambar.
Ditengah lebat nya hujan dan kerlipan kilat ,Wira Sena berlari basah kuyup, sambil memaki.
" sial...hujan kok tidak permisi..tau tau turun."
Wira yang menggunakan aji titian Bayu berlari bagai setan di siang bolong, dia semakin mempercepat lari nya ketika melihat tak jauh didepan ada sebuah perkampungan.Begitu dekat gerbang kampung, Wira berlari seperti orang biasa, dia tidak mau menimbulkan kehebohan, matanya jelalatan mencari tempat berlindung, jika ada sebuah kedai makan, tapi setelah berlari masuk tengah kampung, tak satupun kedai makan dia temui, rumah rumah penduduk nya pun tertutup rapat, membuat nya agak heran,
" sialan..kampung kok seperti kuburan pada kemana orang orang, ahh..mana hujan makin lebat saja..,tak nyaman sekali rasanya basah kuyup begini."
Wira sudah berhenti berlari, dia seperti bocah kecil bermain hujanan terus berjalan menyusuri jalan kampung yang benar benar sepi.Hingga sampai ujung kampung langkah Wira terhenti,dia tertegun, dua tangan nya terkepal, giginya gemeretak ,
" biadab...!!!"
Wira melihat pemandangan yang menyayat hati, empat tubuh bergelimpangan di jalan dengan luka sayatan di sekujur tubuh, sudah tidak ada darah yang keluar, mungkin telah habis, terbawa air hujan .
dua orang dewasa ,satu orang tua dan satu anak kecil kemungkinan mereka satu keluarga, tewas mengenaskan.
Wira tidak tau apa yang terjadi, kenapa tidak ada satupun orang kampung sini yang keluar untuk mengurus mayat mereka? Apa salah keluarga ini??
Wira ingin pergi saja, tapi hati nuraninya tak terima, dia tidak tega.
dia berjongkok ingin memindahkan mayat mayat ini dari jalan ke bawah pohon besar yang ada di pinggiran.
" berani menyentuh mereka , mati..!!"
tiba tiba suara membentak terdengar lalu empat orang berpakaian ala pendekar keluar dari sebuah rumah.
mereka tidak menghampiri Wira , mereka hanya berdiri di terasan rumah.
" tuan .walau mereka melakukan kesalahan, mereka juga manusia, tak layak diperlakukan seperti ini ."
" hahaha...hei curut..mereka layak diperlakukan seperti itu, siapa saja yang berani menentang juragan waslih pantas di perlakukan lebih buruk dari binatang!!"
lagi lagi tiran lokal...ada apa dengan negri ini, Wira bergumam, dia setengah paham masalah nya,
dari lereng gunung welirang hingga sampai di bawah nya sudah berapa kampung yang dia temui dengan masalah yang hampir sama, kini sudah jauh jauh berjalan, masih saja dia bertemu urusan seperti ini.
"seperti nya tugas pendekar mesum harus di lanjutkan nih"
Wira telah memutuskan, dia tidak peduli apa masalah keluarga yang dibantai ini, yang dia tau dia harus bertindak, percuma mengharap bantuan penduduk sekitar yang sudah ketakutan dan tak berdaya menghadapi kekuatan juragan disini,
mayat mayat ini mungkin akan dibiarkan hingga membusuk..sungguh keterlaluan!
" persetan dengan kalian !!"
Wira memaki, dia tetap mengangkat salah satu mayat , dia sengaja membawa mayat ini menuju rumah dimana empat orang yang berteriak tadi, dia sengaja mencari masalah!
" curut tengik cari mati..."
orang yang memaki menerjang Wira dengan. Sabetan golok, Wira menyambut nya dengan sebuah tendangan kilat,berkekuatan penuh
" ..heekkk..gedebug..."
tendangan Wira telak menyambar pelipis , menghempaskan orang yang menyerang, orang itu tidak sempat bersuara dia terbanting dengan keras di lantai batu,darah mengalir deras dari kepala nya.
Wira meletakkan mayat yang dibawa ketika dia melihat ketiga rekan orang yang ditendang nya maju berbarengan menyerang
" blesh...blesh..blesh."
Wira tidak pernah memberi hati pada manusia model mereka, dia bergerak cepat merebut golok dari tangan orang yang paling dekat, tidak berkedip dia langsung menikam perut lawan lawan nya.
tiga orang kelojotan meregang nyawa, Wira tak peduli, seolah tidak terjadi apa apa dia terus melanjutkan pekerjaan nya memindahkan mayat mayat di jalanan .
seorang wanita renta keluar dari dalam rumah, dia berlutut dihadapan Wira
" terima kasih Raden... terima kasih, mereka semua anak dan cucu saya.."
tak lama orang orang juga berdatangan , mereka juga sama mengucapkan terimakasih tapi disertai tambahan Kalimat
" aden harus segera pergi dari sini, mereka bukan saja anak buah juragan waslih, mereka juga orang orang istana sendang biru !"
" istana sendang biru? Tempat apa itu paman
" hahaha pantas berani menantang, rupanya tak tahu dalam nya sungai batang...hahaha"
' ah.. celaka, terlambat den, teman teman mereka sudah datang ."
" tenang paman bagus kalau mereka datang, tapi maaf paman, mungkin paman paman sekalian terpaksa sibuk nanti .'
sambil berkata Wira memungut golok ditanah, tangan satunya memotes anyaman dinding yang terbuat dari bambu tipis.
hujan telah reda ketika sepuluh orang datang,Tampang mereka ganas dengan golok ditangan , datang datang langsung mengepung Wira seolah takut Wira kabur
" curut tengik.... berani beraninya kau ..aghhh"
Wira tak berkompromi, langsung melemparkan golok yang dia pungut tadi,
golok meluncur deras menembus leher orang yang memaki ,
tubuh orang yang tertembus golok belum jatuh, teman temannya juga masih terbengong, Wira telah berkelabat sangat cepat dengan menggunakan jurus layang kumintir nya.
" sat . set ..." Wira bagai malaikat maut pencabut nyawa, sepuluh orang bergelimpangan bersimbah darah, urat leher mereka putus di sayat Wira dengan sepotong bambu tipis yang tadi di patahkan nya.
Semua dilakukan Wira bagai sulap, ringkas ,cepat dan tepat,
Penduduk terkesiap, tak sadar bergidik ngeri, sambil memegangi leher mereka.
" maaf paman hari ini terpaksa sibuk.."
" ahhhh den...aden..siapa aden ini . apakah aden dewa kematian??"
" hahaha .aku manusia paman,hanya saja hatiku telah mati jika berhadapan dengan manusia model mereka.."
kampung kecil langsung geger, sesiangan ini 18 orang meninggal
Ditengah rintik hujan penduduk keluar, bergotong royong mengurus pemakaman, 14 orang cecunguk juragan waslih dibuatkan 2 lubang besar , mereka dipendam disana.
Saat semua selesai ,Wira sudah tidak ada , dia kembali melanjutkan perjalanan.
Tadi dia sempat bertanya tentang istana sendang biru, darahnya langsung mendidih ketika dia tahu, istana sendang biru ada di Tambakrejo, desa tempat nya dibesarkan! dia juga teringat peristiwa tahun tahun lalu, dimana ke empat kakak nya tewas di bantai, terutama nyai Ratna yang meregang nyawa di tangan nya., saat nya membuat perhitungan!!
" siapa nama anak muda tadi ? Apa ada yang sempat menanyakan nya??"
" ahh...aku lupa, tapi aku pasti ingat tampang nya jika bertemu lagi.."
" iya aku juga pasti ingat . tampangnya keren, yang terpenting rambut nya itu loh..rambut nya berwarna perak!"
" ohhh dia pendekar berambut perak!!"