NovelToon NovelToon
Madu CEO Koma

Madu CEO Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Pihak Ketiga / Pernikahan rahasia
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

"Jika memang kamu menginginkan anak dari rahim ku, maka harganya bukan cuma uang. Tapi juga nama belakang suami mu."
.... Hania Ghaishani .....


Ketika hadirnya seorang anak menjadi sebuah tuntutan dalam rumah tangga. Apakah mengambil seorang "madu" bisa menjadi jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapuh

Hujan masih mengguyur lembut di luar. Rintiknya memukul kaca jendela kamar dengan irama sendu, seolah memahami beratnya hati yang diam di dalam. Jejak air di kaca seolah menegaskan rasa sakit yang nyata, dingin dari luka yang ia buat sendiri. Egois, mungkin? Apa yang ia lakukan terdengar dan terlihat egois di mata dunia. Tapi tidak ada yang tahu betapa lara ini juga menyiksanya.

Audy duduk di tepi ranjang, tubuhnya bersandar pada sandaran bantal empuk. Rambut panjangnya tergerai, sedikit berantakan namun tetap anggun, seperti wanita yang terlalu lelah untuk peduli penampilan. Sorot mata yang biasanya tegas, kini terlihat sendu. Selimut satin berwarna krem menutupi kakinya hingga paha, sementara punggungnya lurus dan wajahnya menghadap ke luar jendela besar di sisi kiri kamar.

Ia menatap kosong pada kelabu langit, matanya menyimpan ribuan duka… dan tangis yang belum sempat tumpah. Selama ini ia diam, menahan semua sendiri.

Pintu diketuk pelan. Audy menoleh, belum sempat ia menyahut, Ivana sudah masuk, langkahnya tergesa namun lembut. Perempuan paruh baya itu, datang dengan senyum lebar. Dan langsung duduk di sisi ranjang, di tepi tempat tidur. Ivana memang sudah sangat dekat dengan Audy, dia adalah orang yang mengasuh Audy sejak kecil. Ivana bukanlah pekerja asli di mansion Maheswara. Tapi dia adalah orang yang datang bersama Audy. Setelah Brivan menikahi Audy, namun seiring berjalannya waktu. Ivana mulai menggeser kepala pelayan yang dulu dan menjadi yang pelayan utama.

Ivana memang ada untuk melindungi Audy, memastikan sang Nyonya tidak terluka dari apapun. Dia ada sebagai tameng, sebagai penjaga, sebagai pendamping untuk Audy.

"Ada apa, Ivana?" tanya Audy pelan, suaranya lemah… tapi tetap dingin. Khas wanita kuat yang menyimpan badai.

Ivana menarik napas dalam. Perlahan tangannya meraih dan menggenggam tangan kanan Audy dengan penuh kehati-hatian.

"Nyonya sepertinya kita berhasil." Ivana menatap Audy penuh arti.

Audy menoleh cepat. Pandangannya tajam seketika, tapi hanya sebentar. Tatapannya kemudian meredup.

"Apa maksudmu?"

"Saya memergoki wanita itu memakan apel di dapur."

Audy menggeleng pelan dengan helaan nafas panjang.

"Semua orang di mansion ini bisa makan apel Ivana. Aku tidak paham dengan apa yang kau katakan," ketus Audy.

"... dia bilang mual saat mencium aroma makanan.” Audy terdiam, irama detak jantungnya berpacu tambah cepat.

"Kau yakin?" bisik Audy.

Ivana mengangguk pasti.

"Saya rasa, prosesnya berhasil."

Seketika itu juga, tubuh Audy menegang. Tangan wanita meremas tangan Ivana dengan kuat, mulutnya ingin bicara tapi tidak bisa bergerak. Bibirnya terbuka, namun tak ada suara yang keluar.

Hening.

Lalu matanya mulai berkaca-kaca.

Setelah berminggu-minggu bersikap seperti batu… hari ini hatinya goyah. Ada rasa sesak yang tiba-tiba menyeruak, membuat Audy sesak.

Ia menunduk, menutupi wajah dengan tangan kirinya yang bebas. Bahunya berguncang pelan, tapi tak ada suara isakan. Hanya tubuhnya yang bergetar, sesekali bibirnya menggigit jemari tangannya sendiri.

Ivana menggenggam tangannya lebih erat. Tapi tak berkata apa-apa. Ia tahu, Audy tak butuh kalimat penguat apapun. Wanita itu hanya butuh ruang, untuk dirinya bisa menerima kenyataan.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hanya suara hujan, dan napas tertahan dari wanita yang kini patah dalam diam. Audy mengusap sudut mata yang sedikit basah. Wanita anggung itu mulai bersuara. Suara itu lirih, pecah… dan terdengar seperti pecahan kaca yang menyayat hati.

"Sebentar lagi… akan ada bayi di rumah ini. Akan ada tangis yang menggema, tawanya pasti akan terdengar sangat manis, Ivana. Aku akan menggantikan dia popok, menggendongnya, a-aku akan begadang malam bersamanya ... Mansion ini tidak akan sepi lagi."

Ivana hanya bisa mengangguk, melihat Audy yang berkata dengan menggebu. Bibirnya tersenyum, tapi tak bisa menutup luka di sorot matanya.

"Tuhan .... Akhirnya semua akan terjadi ... Semua mimpi itu akan jadi nyata."

Ia berhenti, menutup mata. Air matanya menetes diam-diam, jatuh membasahi pipi putihnya yang pucat.

“Tapi bayi itu, bukan dari rahimku…”

Ia menatap Ivana, lemah. “Aku... wanita seperti apa, Ivana? Gagal jadi istri. Gagal jadi ibu. Bahkan untuk punya anak pun aku harus menyuruh perempuan lain mengandung.”

Ivana menggeleng cepat. Tapi Audy melanjutkan, senyumnya miris. Semua ini mengoyak kewarasannya, tapi dia harus tetap bertahan.

“Rencana kita berhasil. Tapi kenapa rasanya seperti aku kehilangan semuanya?”

Air matanya makin deras.

“Aku bahkan tak tahu... nanti kalau bayi itu lahir, apa aku bisa menatap matanya dan berkata ‘Aku ibumu.’ Tanpa merasa seperti pencuri. Aku harus bagaimana .. Ivana ... Bagaimana?"

Ivana memeluk sang nyonya dengan hati-hati. Audy tak membalas pelukan itu. Audy akhirnya runtuh juga, tembok yang ia buat dengan kokoh untuk menutupi diri yang rapuh, luluh lanta sudah. Audy nyaris tak bisa bernafas dengan baik, semua ini begitu sakit, rasanya seperti dipaksa mati berkali-kali.

“Brivan belum sadar. Bagaimana jika dia sadar sebelum anak itu lahir … dan ....dia akan tahu anak itu bukan dari aku. Lalu apa yang tersisa dariku, Ivana?”

Ivana tak bisa mengatakan apapun, hanya tepukan lembut yang konsisten pada punggung Audy. Tapi Ivana berjanji, dia akan melakukan apapun untuk Audy. Apapun, agar nyonya kecilnya itu mendapatkan bahagia nya.

Audy merenggangkan pelukan mereka, perlahan mengusap air matanya sendiri. Lalu menatap ke jendela yang mulai cerah, hujan mulai reda. Audy mungkin selalu terlihat tegas. Dia memang bukan wanita lemah, dia cuma terlalu kuat menahan luka yang tidak terlihat. Kadang yang terlihat dingin, justru yang paling berdarah.

Seulas senyum sang nyonya sempat terbit, tipis… lebih ke arah lega daripada bahagia , menutupi sakit yang ia coba telan dalam dirinya.

"Nyonya... Anda terlihat pucat sekali. Apa Anda sudah—"

Pertanyaan Ivana terhenti saat tiba-tiba Audy limbung, ia pun dengan sigap menahannya.

"Aku hanya... sedikit pusing,Vana, kau tidak perlu khawatir," potong Audy, memaksakan senyum.

Tapi jawaban Audy sama sekali tidak membuat Ivana tenang, dia tahu Audy berbohong.

"Bisa bantu aku ke kamar mandi."

Ivana mengangguk. Ia pun mulai membantu Audy turun dari ranjang perlahan. Dengan satu tangan menggenggam lengan Ivana, mereka berjalan perlahan menuju kamar mandi pribadi di dalam kamar megah itu. Lantai marmer putih mengilap, wastafel dengan hiasan ukiran emas, dan cermin besar tinggi menjulang. Semuanya tampak mewah, tapi itu semua tidak bisa menjamin bahagianya.

Sesampainya di dalam, Audy melepaskan genggaman Ivana dan mencoba berdiri sendiri. Tapi saat dia baru setengah langkah menuju wastafel, tubuhnya mendadak membungkuk, satu tangan mencengkeram perut bagian bawah.

"A-akh—!"

"Nyonya?!" Pekik Ivana, ia buru-buru menopang tubuh wanita itu.

Tangan Audy gemetar, wajahnya seputih kapas. Napasnya terengah, matanya terpejam menahan nyeri hebat. Ia mengigit bibir merasakan nyeri hebat di perut bagian bawah.

"Sssshh ... Sepertinya ada .....aku ...." Audy terbata, hampir seperti bisikan lirih.Karena nyeri yang begitu hebat.

Ivana menunduk dan melihat noda merah tua mengalir perlahan di paha Audy. Seketika tubuhnya menegang, panik.

"Astaga, Nyonya! Anda pendarahan lagi!"

Tanpa pikir panjang, Ivana mendudukkan Audy di pinggir bathtub, lalu segera mengeluarkan ponselnya.

"Hallo, Mario? Cepat ke kamar Nyonya! Sekarang! Dia pendarahan!"

Audy terduduk lemah, tubuhnya gemetar. Mata basahnya menatap lantai.

“Aku kira aku sudah cukup kuat… Aku pikir aku bisa bertahan, paling tidak sampai bayi itu lahir…”

Ivana menggenggam tangannya erat.

“Sudah… tolong jangan bicara seperti itu. Nyonya pasti bisa, pasti kuat. Saya akan selau di sini, Nyonya. Sebentar lagi impian Nyonya menjadi Ibu akan terwujud… Nyonya harus bertahan."

Tetes air hujan di luar jendela turun lagi, kali ini lebih deras. Suara alam seperti ikut menangis.

Tak lama kemudian, suara langkah tergesa terdengar di koridor. Dokter Mario datang dengan mantel putihnya, wajahnya serius.

“Audy…” panggilnya, segera berlutut memegang tangan Audy.

“Aku akan bantu. Tapi kamu harus jujur padaku. Sejak kapan nyerinya muncul lagi?”

Audy menggigit bibir. Suaranya tercekat.

"Beberapa hari… sejak Hania kau bawa ke rumah sakit…"

Mario menggeleng pelan, sorot matanya menyimpan kekhawatiran. Berarti sudah hampir dua minggu

Audy menahan sakitnya.

“Kamu nggak bisa terus begini, Audy. Tubuhmu belum pulih. Rahimmu terlalu lemah. Ini bisa membahayakan hidupmu…”

Tanpa mengatakan apapun lagi, Mario mengendong tubuh Audy. Dengan langkah lebar ia berjalan ke arah ranjang. Ivana segera mengikuti dengan membawa tas milik Mario. Dengan perlahan ia membaringkan tubuh Audy di ranjang. Ia segera membuka tas, dan mengeluarkan alat medis untuk memeriksa keadaan Audy.

"Jangan pikirkan apapun, semua akan terjadi sesuai dengan keinginanmu. Kau haya harus istirahat, nurut sama aku. Kali ini tolong dengarkan temanmu ini." Mario mengusap lembut pipi Audy.

Mario tidak bisa menutupi rasa kesalnya. Bagaimana wanita ini menahan sakitnya sendirian, dan tidak memberi tahu dia. Audy menderita, Asherman's syndrom. Akibat kuret pasca keguguran, dinding r4him Audy jadi rapuh. Itu tidak hanya membuatnya tak bisa hamil lagi, tapi juga menyebabkan nyeri kronis dan kelelahan parah. Kondisi r@him Audy yang memang sudah lemah, kini semakin parah karena kecelakaan itu.

Audy mengangguk , air matanya jatuh diam-diam. Untuk pertama kalinya, dia merasa benar-benar kalah. Bukan oleh Hania, bukan oleh keadaan, tapi oleh tubuhnya sendiri.

1
Zii
kenapa vira berubah fikiran
Nina Ananda
oalahh kira² apa yg udah terjadi sama suster Fira kemarin² aja dia ngotot gak mau bantuin Hania sekarang malah datang sendiri langsung bilang mau bantuin Hania, jadi penasaran apakah udah terjadi sesuatu sama suster Fira 🤔
Desi Sari
ibunya brivan jd blm tau apa2 kondisi brivan dan audy yg udh gk hamil lg
Desi Sari
kepo alasan ap yg membuat fira tiba2 berubah pikiran
Tulip's 🌷
jadi penasaran, kenapa suster Fira tiba-tiba ingin membantu Hania
Tulip's 🌷
bener2 munafik banget si Mario, padahal dia yang bikin brivan tidur.
Putri Nurril
wowwwwww
emak nya brivan bakalan pulang. dan si nenek tapasya pasti gak bisa bergerak sesuka hati nya setelah ini
Sweet Mango
Ga sabar nunggu kejutan dari ayah dan ibu nya brivan. apa yang mau di perbuat Mario, Audy dan ivana di depan mereka ? suruh Audy pura² hamil atau gimana
N.M.Q
Sebentar lagi apa yang perbuat mario pasti akan tercium oleh ayah dan ibu nya brivan
Novi Manggala Qirani
Kayak nya Fira tahu sesuatu sampai akhirnya mau mambantu Hania, mungkin dia mendengar Mario dan ivana bicara
Sweet Mango
Mario pengen nguasain kekayaan Brivan, lewat Audy ?
Oh nggak bisa, yang mengandung anak brivan itu hania, jadi Audy gak ada hak emm
N.M.Q
Kalo kesadaran brivan bukan kuasa mu, berati kesehatan brivan juga bukan kuasamu Mario !!
kapan aja,, Brivan pasti bisa bangun melawan bius yang kau ciptakan !!
Novi Manggala Qirani
tu kan, hmm tapi Mario melakukan ini pasti tidak semata² demi Audy, dia juga punya tujuan tersendiri
Anita♥️♥️
ada apa dengan Fira??kenapa tiba" dia mau membantu Hania??
Kenara 💜
jeng jeng Audy kamu tidak bisa berbohong lagi. tolong ibunya brivan. jangan bilang²
Sahidah Sari
ada apa dengan suster Fira ya? apa yg sdh terjadi sama dia.trs knp dia tiba tiba mau bantu Hania tp syukur lah dia berubah pikiran.

apa ibunya Brivan ga tau ya klu Audy sdh keguguran dan anaknya lagi terbaring sakit.
Afiq Ditya
Kenapa tiba² Suster Fira mau membantu Hania untuk membuat Brivan bangun??tapi keadaannya yg kacau justru bikin penasaran,, hal apa yg buat Suster Fira berubah,,
Ibunya Brivan akan datang,, berharap bgt dia akan bisa membawa Brivan pergi bersamanya,jika Brivan menjauh dr Mario,itu artinya Brivan akan bisa segera sadar,,,
Yanti99
Fira kenapa tiba" berubah pikiran,,apakah dia punya rencana lain?
nah loh ibunya brivan mau ke indo jenguk brivan gimana ya nanti reaksinya kalau tau Audy udah ga mengandung lagi
Yanti99
andai kamu tau Audy,brivan ga sadar karna ada campur tangan sahabatmu Mario yg kamu anggap selalu ada buat kamu,padahal dia yg mengendalikan semuanya
Em Bun
hania kamu ga mimpi kan ?


dan untuk mu ibu briv semoga segera menengok ya. putra mu tidak berdaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!