After Returning

Pagi datang lebih cepat di musim panas London. Cahaya matahari sudah masuk melalui celah bangunan sejak awal hari. Udara masih sejuk, tapi langit cerah menjanjikan hari yang hangat.

“Hoam…” Sera yang baru tidur ketika hampir pagi menguap lebar, matanya menyipit terkena cahaya matahari pagi yang menembus tirai jendela.

“Masih belum dibaca,” gumam Sera menatap layar ponselnya khawatir, pesan yang dikirim tadi malam masih belum dibaca Damien.

“Astaga! Minuman Mama…” Sera melompat turun dari tempat tidur, hampir jatuh terpeleset jika tidak cepat menyeimbangkan badannya. “Minuman itu telah dicampur dengan sesuatu, aku harus menyingkirkan sebelum mama meminumnya.”

Sera berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan panik. Ia melompati beberapa anak tangga sekaligus. Pikirannya tertuju pada satu hal, membuatnya tidak memperhatikan sekitar. Saat Damien yang pagi itu datang ke rumah mamanya muncul dari arah berlawanan di pertengahan anak tangga, semuanya terjadi terlalu cepat. Ia mencoba berhenti, tapi tubuhnya sudah terlanjur melaju, membuat jarak di antara mereka lenyap dalam hitungan detik.

“DAMIE, AWASSS!!!” Teriak Sera, namun jarak mereka sudah terlalu dekat.

Melihat tubuh Sera meluncur ke arahnya, Damien langsung bergerak tanpa berpikir. Damien memutar tubuhnya sedikit, menjadikan dadanya penahan. Sera hampir menabraknya, tapi tangannya sudah lebih dulu melingkar, menahan tubuhnya agar tidak jatuh lebih jauh. Tangga kembali sunyi setelah detik menegangkan itu.

“Kenapa berlarian di tangga?” Tanya Damien heran, suaranya serak dan rambutnya berantakan karena kurang tidur.

“Aku buru-buru, permisi.” Merasa sudah aman, Sera menarik badannya yang menempel di badan Damien. Tersenyum kaku pada pria itu, pipinya memerah, tetapi tidak punya waktu untuk salah tingkah atau memikirkan perasaannya yang berdebar.

Sera segera melompati beberapa anak tangga lagi, ia harus ke dapur secepat mungkin. Damien melihat wajah panik Sera tidak jadi naik keatas, dia menyusul Sera turun.

Di dapur serta ruang makan para pelayan sudah datang dan sibuk melakukan pekerjaan mereka. Adelina sedang berdiri di dapur sambil memotong sayuran.

“Sera, kamu sudah bangun? Oh iya, Damien baru saja datang. Dia udah nemuin kamu?” Tanya Adelina tersenyum pada menantunya yang muncul di pintu dapur dengan nafas tersengal.

“Udah, Ma.” Jawab Sera, berjalan cepat ke kulkas di sudut. Ia membukanya, lalu mengambil minuman sehat Adelina. Isinya sudah berkurang, jangan bilang Adelina sudah meminumnya?

Tak lama kemudian Damien datang, sebelah alisnya terangkat melihat Sera lagi-lagi bertingkah aneh.

“Kamu nggak jadi mandi, Damie?” Tanya Adelina melirik putranya yang masih kusut.

“Aku—”

“MAMA UDAH MINUM?” Suara keras Sera memotong kalimat Damien yang belum selesai. Sera mengangkat minuman sehat itu. Adelina pun ikut tersentak kaget.

“Iya, Sera. Mama kan selalu minum minuman itu setiap pagi,”

Sera merasakan ada yang retak dalam dirinya, ia menunduk memperhatikan minuman itu. Ia merasa gagal, dan perasaan gagal itu membuatnya merasa tidak berguna.

“Ada apa? Kamu panik banget,” Adelina meletakkan sayur yang baru dipotong, lalu mendekati Sera. Damien juga merasakan ada yang aneh dari sikap Sera, menatapnya tajam tanpa berkedip.

Damien tahu Sera sering bersikap egois, tetapi dia benar-benar menyayangi Adelina seperti menyayangi ibu kandungnya. Kepanikan Sera kali ini begitu nyata dan jelas.

Lebih dari itu, perasaan Damien menjadi tidak nyaman sejak semalam. Sejak datang berkunjung ke rumah Ezra, sejak menghabiskan malam di klub bersama sahabatnya itu. Tetapi saat klub sedang sangat ramai Ezra menghilang begitu saja, dan belum memberi kabar sampai sekarang. Sikap aneh Sera menambah kegelisahan Damien.

“Tadi malam aku nggak bisa tidur, aku turun buat minum terus melihat kulkasnya tidak tertutup sempurna. Ketika aku mau nutup, aku lihat ada bubuk aneh di pinggir tutup botol minuman ini, Ma.” Sera meremas ujung piyamanya. “Aku curiga orang itu memasukkan sesuatu ke dalam minuman Mama.”

“Bubuk? Seseorang? Apa maksudmu?” Tanya Damien menatap Sera, lalu pindah ke Mamanya yang agak pucat. Damien baru menyadarinya.

“Tadi malam seseorang yang sangat mirip kamu masuk ke rumah ini, Damie. Aku nggak tahu apa tujuannya, tapi aku yakin apapun itu bukanlah hal baik.”

Damien membeku. Percakapan Ezra, Luna dan Aurel tadi malam terngiang dalam kepalanya.

“Siapa, Ma?” Damien pindah menarik tangan ibunya untuk duduk.

Adelina menggeleng. “Mama juga nggak tahu, mama pikir itu kamu. Untung mama nelpon Sera dan bilang sama mama kalau kamu baru aja pergi. Jadi nggak mungkin kamu ada di rumah mama.”

Damien mengepalkan tangannya, matanya menatap sekeliling rumah. Berani sekali orang itu masuk ke rumah ini dan mengincar ibunya.

“Aku udah ajak mama untuk tinggal di rumah kita. Rumah ini udah nggak aman, Damie. Mama nggak bisa tinggal sendirian disini.” Kata Sera.

“Ya, aku setuju.” Damien mengangguk. “Kamu kenal orang itu?”

“Nggak, tapi…” Sera menautkan jemarinya, ketakutan saat tangan orang itu mengusap punggung tangannya kembali datang. “D-dia mengerikan.” Gumam Sera pelan tapi Damien mendengarnya.

“Baiklah. Aku akan selidiki siapa orang itu. Sekarang kita sarapan, setelah itu membantu mama pindahan.” Kata Damien tenang. Ia tidak bisa ikut panik juga, karena kalau ia panik tidak akan ada yang menenangkan mama dan istrinya.

Damien buru-buru menggeleng, sejak kapan ia mengakui Sera sebagai istri?

Pelayan menyajikan sarapan, lalu mereka mulai sarapan dalam diam. Sera sesekali melirik Damien, bagian bawah matanya sedikit gelap. Damien juga kesulitan tidur tadi malam.

Setelah sarapan Sera dan Damien membantu Adelina memindahkan barang-barangnya ke rumah mereka. Mulai hari ini, Damien akan menyewa orang untuk menjaga rumah itu dan mengunci rapat beberapa ruangan penting. Selebihnya dibiarkan kosong.

Selesai Adelina pindah, Sera pamit pergi ke The royal Finch. Masih banyak dokumen yang harus diperiksa, masih banyak kinerja lama yang harus di evaluasi secepatnya.

Damien juga pamit ke kantor, dia lebih sibuk lagi mengelola dan mengembangkan perusahaan yang ditinggalkan oleh Papanya. Damien jauh lebih sibuk dari Sera, sepanjang hari ia melakukan banyak meeting. Meski begitu, Damien dan Sera sepakat untuk bertemu sepulang bekerja untuk membicarakan tentang orang misterius yang masuk ke rumah besar Knox.

“Apa ini?” Tanya Laura di depan police station. Sera sengaja menemuinya sebelum pergi ke The Royal Finch. Ia menyerahkan plastik berisik bubuk aneh itu pada Laura agar bisa diperiksa.

“Aku butuh bantuanmu untuk memeriksa kandungan dalam bubuk itu,” kata Sera.

“Kenapa? Ini bubuk berbahaya?”

Sera memperhatikan sekitarnya, saat tidak ada orang yang memperhatikan Sera pun menceritakan kejadian tadi malam di rumah mama mertuanya.

“Serius? Kamu beneran melihat pria yang mirip Damien itu datang ke rumah Knox?” Tanya Laura dengan suara rendah.

Sera mengajak Laura ke dalam mobilnya. “Iya, kamu benar dia posturnya mirip Damien. Bahkan suaranya.”

“I–ini kenapa jadi horor?” Laura mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding.

“Jangan mikir dia hantu, ya.” Tegur Sera melihat gelagat Laura yang bersiap untuk mengeluarkan tebakan aneh dari dalam kepalanya, dari wajahnya Sera tahu kalau apa yang akan dikatakan Laura pasti tidak jauh-jauh dari hal mistis. Bersahabat sejak sekolah menengah pertama dengannya, Sera hafal betul kebiasaan Laura. Fanatik akan hal-hal ghaib.

“Ya, terus kalau dia bukan hantu kenapa dia bisa meniru Damien?”

“Ya ampun… ini udah abad dua puluh satu, Lau. Zaman udah canggih, ada banyak teknologi untuk melakukan peniruan.” Dengus Sera menarik lembut ujung rambut pirang Laura.

“Oke. Dia bukan hantu, mungkin hanya seseorang yang terobsesi dengan Damien.” Laura memutar matanya keatas, melepaskan tangan Sera dari rambutnya. “Jangan sentuh rambutku.”

“Aku belum bisa pastikan itu tapi aku minta hasil secepatnya, ya.”

“Baiklah. Aku kabarin kalau hasilnya sudah keluar.” Laura keluar dari mobil Sera, masuk kembali ke dalam police station.

Sera menghembuskan nafas lega, satu masalah sedang diselidiki. Ia mengendarai mobilnya menuju restoran dengan perasaan sedikit lebih lega.

...✯✯✯...

...like, komen dan vote 💗...