Lin Zheng seorang pemuda dari bumi secara misterius jatuh ke sebuah retakan ruang yang muncul secara tiba-tiba.
Saat sadar dirinya sudah berada di suatu tempat asing.
Namun saat dirinya putus asa, system fusi datang sebagai Cheat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lonely Tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melewati kekosongan
Lin Zheng memimpin jalan keluar dari celah tebing, kembali ke tanah tandus di luarnya. Ranselnya yang berat terasa menekan punggungnya, dan [Pistol Pemakan Dao] yang dingin bergesekan dengan ransel itu. Di belakangnya, Xue Ling mengikuti tanpa suara, langkahnya ringan, pedang esnya berkilau di bawah cahaya ungu Xuantian yang sakit-sakitan.
Keheningan di antara mereka terasa berat. Lin Zheng adalah seorang pembohong yang panik, dan pendampingnya adalah entitas kuno berkekuatan dewa yang mengira dia adalah istrinya. Ini bukanlah situasi yang kondusif untuk obrolan ringan.
Tapi Lin Zheng membutuhkan informasi. Dia melirik ke belakang, ke cara Xue Ling memegang pedang yang dia ciptakan dari ketiadaan.
"Xue Ling," katanya, suaranya sedikit ragu saat menggunakan nama itu lagi.
"Ya, Suami."
Lin Zheng tersentak mendengar panggilan itu tetapi memaksakan dirinya untuk terus maju. "Kekuatan yang kau gunakan tadi... untuk membuat pedang dari... yah, dari peti matimu. Itu adalah kultivasi, kan?"
"Itu adalah manipulasi energi," jawab Xue Ling, suaranya datar, seolah menyatakan fakta yang jelas.
"Benar, manipulasi energi," kata Lin Zheng, mencoba bersabar. "Jadi... seberapa kuat kau? Maksudku, apa tingkat kultivasimu saat ini?"
Xue Ling memiringkan kepalanya, mata peraknya tampak menelusuri ingatan faktual yang tidak memiliki konteks pribadi. "Tingkatanku saat ini," katanya setelah jeda singkat, "berada di ranah Void Breaker (Pemecah Kekosongan)."
Lin Zheng berhenti berjalan. "Pemecah... Kekosongan?"
Nama itu terdengar sangat berlebihan. Itu bukan salah satu istilah tingkat rendah yang dia ingat dari novel-novel web, seperti 'Pengumpulan Qi' atau 'Pendirian Dasar'.
"Aku tidak tahu apa itu Void Breaker," aku Lin Zheng, merasa bodoh. "Bisakah kau... menjelaskan pembagian tingkat kultivasi?"
Xue Ling menatapnya, ekspresi bingung yang samar melintas di wajahnya yang sempurna. "Kau tidak tahu?"
"Ingatanku... agak kabur," Lin Zheng berbohong dengan cepat. "Sudah lama sekali."
Logika sederhana Xue Ling menerima ini. Jika dia bisa kehilangan ingatannya, tentu suaminya juga bisa. Dia mengangguk dan mulai menjelaskan, suaranya seperti seorang guru yang membacakan buku teks.
"Jalur kultivasi dimulai dari Manusia Fana (Mortal)," katanya, menunjuk sedikit ke arah Lin Zheng.
Lin Zheng mengabaikan sindiran yang tidak disengaja itu.
"Setelah mengumpulkan energi yang cukup, seorang fana akan menembus ke Spirit Foundation (Dasar Rohani)."
Itu dia! pikir Lin Zheng. Itu yang dia butuhkan untuk pistolnya.
Xue Ling melanjutkan, "Di atasnya adalah Core Formation (Pembentukan Inti), lalu Nascent Soul (Jiwa Baru Lahir), diikuti oleh Dao Manifestation (Manifestasi Dao)."
Setiap tingkat yang dia sebutkan membuat hati Lin Zheng tenggelam sedikit lebih dalam. Kedengarannya sangat rumit.
"Mereka yang memahami Dao mereka sendiri dapat mencoba melangkah ke Saint Realm (Ranah Suci)," lanjutnya. "Dan mereka yang dapat menghancurkan belenggu dunia... adalah Void Breaker (Pemecah Kekosongan)."
Dia berhenti sejenak, menunjuk dirinya sendiri dengan satu jari ramping.
"Hanya... ada satu tingkat lagi di atas itu," katanya pelan, "yaitu Emperor (Kaisar). Penguasa Dao Agung."
Lin Zheng menelan ludah. Dia telah melakukan perhitungan cepat. Manusia Fana. Dasar Rohani. Pembentukan Inti. Jiwa Baru Lahir. Manifestasi Dao. Ranah Suci. Pemecah Kekosongan.
Dia berada di Tingkat 1. Xue Ling berada di Tingkat 7. Satu tingkat di bawah puncak absolut dari seluruh dunia ini.
Dia bukan hanya kuat. Dia adalah salah satu makhluk terkuat yang ada. Dan dia mengira Lin Zheng adalah suaminya.
"Jadi... kita," Lin Zheng menunjuk ke tanah berbatu di depan mereka, "harus... terus berjalan? Mencari jalan keluar dari tempat ini?"
Xue Ling menatap jalan berbatu yang membentang di depan mereka. Dia melihat ke arah Lin Zheng yang fana, yang sudah tampak sedikit lelah karena membawa ransel beratnya.
"Berjalan," katanya, "terlalu lambat."
"Lalu apa yang kita—"
Sebelum Lin Zheng bisa menyelesaikan kalimatnya, Xue Ling telah bergerak. Dia berdiri tepat di depannya dan meletakkan satu tangan di bahunya. "Pegang aku."
"Ap—"
"Pegang," ulangnya, nadanya tetap datar.
Dengan ragu, Lin Zheng meletakkan tangannya di lengan Xue Ling. Kulitnya terasa dingin, tetapi tidak lagi membekukan seperti sebelumnya; kekuatannya terkendali sepenuhnya.
"Tutup matamu," Xue Ling menasihati. "Kau mungkin akan mual."
"Mual kenapa?"
Dia tidak menjawab dengan kata-kata. Dia menjawab dengan tindakan.
Sebagai seorang Void Breaker, Xue Ling tidak perlu berjalan melewati dunia. Dia merobeknya.
Lin Zheng merasakan tarikan yang mengerikan. Dunia di depannya retak. Realitas terbelah seperti kain hitam, memperlihatkan kekosongan di baliknya—bukan kegelapan, melainkan pusaran warna-warna yang mustahil dan geometri yang menyakitkan.
Xue Ling melangkah santai ke dalam robekan itu, menyeret Lin Zheng bersamanya.
Selama sepersekian detik, Lin Zheng ada di antara ruang. Dia merasakan tubuhnya ditarik ke sejuta arah sekaligus. Itu adalah sensasi perjalanan instan yang paling brutal.
Lalu, KRAK.
Mereka melangkah keluar dari robekan spasial yang langsung menutup di belakang mereka.
Kaki Lin Zheng menghantam tanah... yang lembut.
Pergeseran yang instan itu terlalu berat bagi tubuh fananya. Merasakan pergerakan Ruang yang tiba-tiba, dunia Lin Zheng berputar hebat. Rasa pusing yang luar biasa dan gelombang mual yang hebat menyerangnya.
Dia tersandung menjauh dari Xue Ling, jatuh berlutut di atas... rumput? Rumput hijau yang lembut?
"BLLRGHH!"
Dia muntah dengan hebat, isi perutnya yang kosong (selain sisa biskuit energi) keluar ke tanah yang subur. Dia terbatuk-batuk, matanya berair.
XANXue Ling berdiri di sampingnya, jubah birunya tidak kusut, ekspresinya tenang seperti biasa. Dia menatap "suaminya" yang sedang muntah di rumput dengan rasa ingin tahu yang samar.
"Aku sudah bilang kau akan mual," katanya.
Lin Zheng tidak bisa menjawab. Dia hanya terengah-engah, mencoba menstabilkan dunia yang berputar. Dia perlahan mengangkat kepalanya.
Langit. Langit di atasnya bukan lagi pusaran ungu yang sakit-sakitan.
Itu... biru. Biru cerah yang cemerlang dengan awan putih bersih.
Dia menatap sekeliling. Mereka berada di padang rumput yang subur, dikelilingi oleh pepohonan berdaun hijau. Udara berbau bunga dan tanah yang lembap.
Tanpa disadari, Xue Ling telah membawa mereka ribuan mil dalam sekejap, sepenuhnya keluar dari Sektor Terlantar yang terisolasi.
"Di... mana... kita?" desah Lin Zheng.
Xue Ling menunjuk ke kejauhan. Di kaki lembah hijau itu, beberapa mil jauhnya, terlihat kepulan asap tipis membubung ke langit. Asap yang berasal dari cerobong asap.
"Kau bilang kita perlu pergi," jawab Xue Ling dengan logikanya yang sempurna. "Di sana ada peradaban."