Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pernikahan
Malam kedua berada di kota. Suasananya masih sama. Jalanan yang ramai, lampu jalan yang sangat terang, ditambah lagi aktivitas orang-orang yang tiada hentinya.
Khalisa di antar oleh supir suruhan Edward menuju apartemennya. Di tangannya masih tersimpan dokumen tentang susunan acara akad nikah. "Ribet banget menikah dengan orang kaya!" gerutunya
Khalisa mulai menghafal satu persatu nama tamu acara akad nikah mereka. "Ishh!! Kenapa namanya susah sekali dibaca!" gerutu Khalisa.
"Rimerio Fabrioscheva apa ini.." gerutunya.
Sopir Edward yang mendengarnya pun sedikit menahan tawanya. "Bukan begitu Nona, Rimairo Febrioscheiva." celetuk sopir pribadi Edward.
"Lah dari mana bapak tau?" tanya Khalisa yang kebingungan.
Sopir pribadi Edward yang dikenal dengan nama Pak Antok ini tersenyum kecil. "Tuan Muda selalu mewajibkan kami para pekerjanya untuk menghafal rekan bisnisnya, Nona. Yang seperti ini sudah ada sejak mendiang kakeknya masih memimpin perusahaan, Nona." tutur Pak Antok.
Khalisa manggut-manggut mengerti. Tradisi menghafal rekan bisnis ini ternyata sudah lama.
"Tapi buat apa ya, Pak?" tanya Khalisa lagi.
"Untuk menghargai saja, Nona. Kami sering kali mendapat tugas untuk melayani rekan bisnis perusahaan yang saat ini dipimpin oleh Tuan Muda." jawab Pak Antok.
"Oh jadi begitu. Baiklah,Pak. Terima kasih infonya." balas Khalisa.
Tak terasa, Khalisa sudah sampai di depan Apartemennya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Khalisa segera berjalan ke kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya. Sebelum ia mandi, bel pintu apartemennya berbunyi. Seorang pelayan mengantarkan beberapa makanan untuk Khalisa.
"Selamat makan malam, Nona." ucap pelayan itu dengan memberi sedikit hormat kepada Khalisa.
"Terima kasih, Mbak." Balas Khalisa.
*****
Keesokan harinya, Khalisa sudah terbangun dari subuh untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Ia tak bisa tidur lagi, akhirnya ia memutuskan untuk melihat televisi saja.
Di apartemen Edward, tidak ada yang bisa dikerjakan selain menonton televisi. Saat sedang menonton kartun Barbie The Princess and the Pauper , nek pintu apartemennya berbunyi.
"Ish! padahal lagi seru-serunya." gerutu Khalisa.
Sekertaris Fian kembali datang mengunjunginya.
"Maaf Nona, Anda diminta tuan Edward untuk mengikuti pelatihan khusus." ucap Sekertaris Fian.
"Pelatihan khusus? haduh ada ada saja." jawab Khalisa.
"Mari, Nona." ucap Sekertaris Fian sedikit memaksa.
Khalisa pun mengikuti saja apa yang dikatakan oleh sekertaris Fian. Mobil pun melaju kencang menuju sebuah hotel mewah. Mereka pun memasuki hotel tersebut dan bertemu dengan salah satu pengurus hotel. Sekertaris Fian pun menjelaskan maksud kedatangannya. Pengurus hotel pun mengerti dan mengajak Khalisa untuk menemui seorang profesional khusus.
Khalisa memasuki ruangan khusus yang di dalamnya sudah terdapat berbagai menu , berbagai peralatan makan dan beberapa heels dari berbagai model. Tak berapa lama, seorang perempuan yang memakai jas hitam dan high heels yang tinggi memasuki ruangan itu.
"Maaf sudah membuatmu menunggu. Saya Dona. Saya profesional yang akan mengajarkan anda mengenai etika perjamuan makanan atau minuman. Serta mengajari anda bagaimana menggunakan high heels yang benar." Tutur Dona yang membuat Khalisa sedikit melongo.
"Baru saja aku melihat Barbie, sekarang aku mau di sulap menjadi Barbie," batin Khalisa.
Dona menjelaskan berbagai alat makan dan fungsinya. Tak butuh waktu lama, Khalisa yang memang memiliki otak cerdas bisa menguasai semua ilmu yang telah diberikan oleh Dona. Termasuk berjalan dengan menggunakan high heels yang memiliki ketinggian lebih dari 10cm.
"Bravo!! Bagus nona. Anda sudah menguasai ilmu yang saya berikan." Puji Dona.
"Terima kasih." Balas Khalisa.
Dona pun keluar dan melaporkan hasilnya kepada sekertaris Fian. Setelah selesai , Khalisa masih penasaran dengan apa yang dilakukan sekertaris Fian kepadanya. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada sekertaris dingin itu.
"Sekertaris Fian, sebenarnya ada apa? Kenapa saya .." tanya Khalisa yang terpotong.
"Apa nona tidak membaca dokumen perjanjian secara lengkap?" Tanya sekertaris Fian.
"Saa..saya membacanya kok." Ucap bohong Khalisa
"Anda akan menikah besok pagi nona!" Ungkap sekertaris Fian.
"Apaaaa?!! Besokk??!!" Teriak Khalisa kaget.
"Hei, Apa kau sedang bercanda sekertaris Fian?" lanjutnya.
Sekertaris Fian tak menghiraukan cecaran pertanyaan Khalisa. Wajahnya datar dan dingin. Membuat Khalisa sadar bahwa ia harus berhenti melontarkan banyak pertanyaan pada sekertaris Fian.
"Oh ya Nona, malam ini anda akan tidur di hotel ini." ujar Sekertaris Fian.
Sekertaris Fian memberikan sebuah Card Key kepada Khalisa. Ia juga mengantarkannya ke kamar hotel yang sudah di pesan. Saat masuk kedalam kamarnya, Kamar Khalisa benar benar luas. Tak kalah luas dengan apartemen yang sebelumnya. Ia berjalan mengitari kamar itu dan berhenti di depan jendela kaca besar yang langsung menghadap ke pemandangan kota.
Khalisa memandangi pemandangan kota itu sambil membayangkan bahwa ia sedang bersama dua orang yang ia sayangi yaitu mendiang kakek dan neneknya.
"Andaikan Simbah bersamaku saat pernikahanku nanti. Aku sungguh rindu kalian Mbah." ungkap Khalisa yang secara tak sadar meneteskan air matanya.
"Hmmm.. memikirkannya aku jadi mengantuk. Aku tidur dulu saja." imbuhnya.
Khalisa pun berbaring menuju tempat tidurnya. Ia pun berbaring terlentang menikmati empuknya kasur kamar hotelnya.
"Nyaman sekali tidur disini, rasanya aku juga akan betah tidur selama seminggu disini." Pungkasnya dengan menggoyangkan kedua tangannya seperti sayap.
Tanpa ia sadari, kamar hotel itu telah terpasang cctv yang terhubung ke dalam ponsel Edward.
"Ciih! Dia belum merasakan kasur mewahku. Baru begitu saja dia sudah seperti menemukan kasur ternyaman." Ucap Edward yang melihat video cctv.
"Fian, pastikan pernikahanku besok tidak di ketahui media." Titah Edward.
"Baik tuan." Jawab sekertaris Fian tegas.
"Sudah kau siapkan semua apa yang ku minta?" Tanya Edward lagi.
"Sedang ada dalam perjalanan tuan." Jawab sekertaris Fian lagi.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Mobil Edward pun telah sampai di pelataran rumahnya. Ia pun disambut oleh beberapa pelayan termasuk Pak Yahya.
"Panggil Mama, dan kedua Adik saya. Suruh mereka ke ruang tamu sekarang." Ucap Edward kepada kepala pelayan, Pak Yahya.
"Iya Tuan." Balas pak Yahya.
Edward pun duduk di ruang tamu dengan didampingi sekretaris Fian. Tak lama sang mama dan kedua adiknya pun muncul dan duduk berhadapan dengan Edward.
"Besok aku akan menikah! Jadi bersiaplah!" Ucap singkat Edward yang sukses membuat tiga penghuni rumah itu kaget.
"Apa?! Jadi kamu mau yakin akan menikahi gadis kampungan itu,Ed?" Tanya Vony yang kaget.
"Iya. Aku akan melaksanakan pernikahan itu dengan tertutup. Jadi aku harap kalian bisa merahasiakannya." Ucap Edward yang kemudian pergi tanpa pamit.
"Oh ya Ma, berhenti memanggilnya gadis kampungan! Dia adalah calon istriku." imbuh Edward.
Megan dan Radit pun tak berani bertanya meskipun di pikiran Mereka tersimpan seribu pertanyaan.
Tak berapa lama, datanglah beberapa pelayan membawa sebuah kebaya berwarna biru dengan ukuran yang sesuai postur tubuh mamanya dan adiknya Megan. Sedangkan untuk Radit, Edward memberikan sebuah jas hitam dengan kemeja putih dan dasi kupu kupu.
Sejujurnya saat itu Vony benar benar marah dengan keputusan Edward. Menurutnya ia bisa saja membantu Edward untuk mengambil harta Kakek tanpa harus menikahi Khalisa.
Di ruang kerja Edward, ia terduduk diatas kursi kerjanya dengan bersandar. Wajahnya terlihat lelah. Edward memejamkan matanya dan sesekali menghembuskan nafas kasar.
"Pulanglah!" Titah Edward kepada sekertaris Fian.
"Baik tuan!" Ucap sekertaris Fian yang saat itu hanya bisa menuruti keinginan Edward. Walaupun sebenarnya ia tak tega untuk meninggalkan teman yang sekaligus adalah bosnya sendiri.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣