Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hatinya Mulai Berbunga???
Setelah lima menit berjalan melewati taman yang harum bunga musim gugur, mereka tiba di kebun belakang, lahan hijau luas dengan tanaman sayur segar, aroma tanah basah dan pupuk organik memenuhi udara.
Pangeran Gustav sedang asyik menanam tomat, sarung tangan kotor, ditemani istrinya Natascha yang cantik dengan senyum hangat, dan sejumlah staf yang sibuk menyiram tanaman.
"Pagi, Bibi Natascha," sapa Daniella, suaranya ceria meski hati suntuk.
"Pagi juga, Deedee. Mau bicara sama Pamanmu ya?" tanya Natascha, wajahnya yang awet muda di usia 40-an berbinar.
"Iya bi, mau minta izin pergi memancing," kata Daniella tersenyum.
"Pergi memancing di mana?" tanya Natascha penasaran.
Begitu melihat Daniella dan Erik, Gustav melepaskan sarung tangan, mencuci tangannya di keran dekat, lalu mengajak mereka. "Ayo bicara di kursi taman sana," katanya, suaranya tegas tapi penuh kasih paman.
Ketiganya duduk di bangku kayu di bawah pohon ek besar, angin sejuk menyapu daun-daun kuning yang berguguran.
"Ngapain mau ikut mancing? Kamu itu gak pernah ke sungai di kawasan hutan terpencil. Gak takut ada binatang buas atau ular?" kata Gustav, suaranya penuh kekhawatiran, matanya menatap Daniella seperti ayah pada anaknya.
"Kan ada dia," tunjuk Daniella pada Erik, suaranya manja.
"Kalau mau mancing ke kolam ikan di istana musim panas di Gerdrak saja bersama sejumlah pengawal," sebut Gustav.
"Gak mau, aku maunya di sungai di hutan luar kota itu. Dan aku gak mau dikawal," kata Daniella bersikeras, suaranya tegas, hatinya tak ingin dikungkung aturan saat ini.
"Dasar keras kepala. Memangnya kamu bisa memancing?" kata pamannya, tersenyum kecil meski khawatir.
"Gak perlu harus atau bisa memancing kalau hanya untuk ke sungai. Aku cuma menemani dia, duduk di bebatuan, mau foto, videoin sungai, alam, hutan dan selfie. Lalu metik berry," jelas Daniella, suaranya penuh semangat, mata hijaunya berbinar.
"Tetap ngotot mau pergi? Ya sudah. Kamu tolong jaga keponakanku baik-baik. Awas saja kalau sampai dia celaka atau kenapa-napa. Ngerti!" tegas Gustav pada Erik, matanya menyipit.
"Siap, Yang Mulia Pangeran. Saya akan jaga Tuan Putri sebaik-baiknya," kata Erik, suaranya mantap, hatinya berdegup, senang bisa bersama Daniella, tapi khawatir resiko.
"Ok kalau gitu, bawa bekal yang banyak. Jangan makan buah berry beracun yang lagi berbuah. Jangan pergi tanpa kasih tau sopirmu itu," kata Gustav, sebelum kembali ke kebun bersama Natascha.
Daniella kembali ke kamarnya, hatinya mulai ringan, petualangan ini terasa seperti pelarian dari luka Felix.
Dia mempersiapkan, mantel bulu tebal untuk dingin, keranjang anyaman untuk berry, kaos lengan pendek putih, celana pendek denim, sepatu kets nyaman, dan topi lebar untuk matahari.
Outfit itu membuatnya merasa bebas, seperti gadis biasa, bukan putri kerajaan.
Di garasi, Erik menunggu dengan Land Rover Defender yang tangguh, mesinnya sudah menyala, aroma bensin samar tercium.
"Maaf, Tuan Putri, mau pergi dengan outfit seperti itu?" tanya Erik, suaranya hati-hati, matanya melirik sekilas, kaos pendek yang memperlihatkan bahu mulus Daniella, celana pendek yang menonjolkan kaki panjangnya, membuat hatinya berdegup tak karuan.
"Kenapa emangnya, kamu mau ngatur cara aku berpakaian juga? Kita mau ke sungai kan, ke hutan. Gak ada orang di sana. Gak ada yang lihat aku pakai pakaian begini kan?" kata Daniella dengan intonasi keras, suaranya naik, hatinya kesal karena merasa dikontrol.
"Bukan mau mengatur cara Tuan Putri berpakaian. Bukan seperti itu maksud saya. Tapi di hutan itu cukup dingin meski siang hari. Belum lagi mungkin banyak nyamuk, ada ulat, dan serangga juga, banyak ilalang, tanaman berduri nanti Putr...." kata-kata Erik terpotong, hatinya khawatir sungguh-sungguh, tapi juga ada godaan yang tak ingin diakui.
"Stop, aku tahu yang aku lakukan. Ayo cepatan pergi! Males banget berdebat dan dengar ocehan kamu," kata Daniella berang, suaranya tajam, matanya menyala.
"Kamu tahu Putri, aku yang lihat kamu. Aku yang akan di sampingmu sepanjang hari. Bagaimana kalau aku khilaf dan tidak bisa menahan diriku nanti?" batin Erik, hatinya perang antara tugas dan perasaan yang tumbuh, tapi dia diam saja, membuka pintu depan karena Daniella memilih duduk di sampingnya.
"Ngapain masih berdiri di situ. Ayo cepatan masuk, hari makin siang," teriak Daniella, sudah duduk di jok depan.
Erik masuk, melirik Daniella sekilas, hatinya berdegup, petualangan ini terasa seperti mimpi, tapi juga bahaya.
Mobil melaju keluar istana, menuju luar kota, ke sungai di tengah hutan, debu jalan setapak menari di belakang, meninggalkan istana yang megah untuk kebebasan alam yang liar.
Daniella menatap keluar jendela, hatinya mulai berbunga, lupa sejenak luka Felix, sementara Erik fokus mengemudi, tapi pikirannya penuh dengan gadis di sampingnya.
******
