Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.
Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Pagi berikutnya, lembah Phoenix terasa lebih sunyi dari biasanya. Kabut belum sepenuhnya sirna saat Li Feng berdiri di halaman, memandangi sungai kecil yang mengalir di tepi paviliun. Ia tampak tenang, tapi dari posisi berdirinya, Han Sunyi tahu pria itu gelisah.
“Sudah waktunya kau pergi,” kata Han Sunyi dari belakang. Suaranya lembut tapi tegas.
Li Feng menoleh. “Kau mendengarnya juga, bukan? Mereka akan datang lagi.”
Han Sunyi mengangguk. “Karena itu kau harus pergi sebelum lembah ini terlibat lebih jauh.”
Chen Lu yang kini sudah bisa berdiri datang menghampiri. “Tuanku, mungkin kita bisa pergi ke arah barat, menyusuri gunung. Mereka tidak akan mengikuti jalur itu.”
“Tuanku,” ulang Han Sunyi pelan. “Jadi benar dugaan Bai Ren.”
Li Feng terdiam sesaat, lalu menatapnya dengan pandangan yang tidak lagi bisa disembunyikan. “Aku tidak bermaksud menyeret kalian ke dalam urusanku. Tapi ya… aku adalah putra mahkota yang baru saja naik takhta jadi kaisar dari Kekaisaran Qing. Dan mereka yang menyerang kami adalah pasukan dari dalam istana sendiri.”
Yuyi yang kebetulan lewat hampir menjatuhkan keranjang buah di tangannya. “A-Apa? Putra… mahkota, kaisar muda?!”
Bai Ren muncul dari belakang Yuyi, matanya berbinar. “Aku tahu! Aku tahu dari gelangnya!”
Han Sunyi menatap Li Feng lama, lalu berkata tenang, “Kalau begitu, semakin cepat kau pergi, semakin baik.”
Li Feng mengangguk. “Aku akan pergi saat matahari meninggi. Tapi sebelum itu…” Ia melangkah mendekat dan menunduk sopan. “Terima kasih. Untuk semuanya.”
Han Sunyi tidak menjawab. Ia hanya menatap sungai yang mengalir lembut, pikirannya bercampur antara tenang dan waspada. Ia tahu, meski Li Feng pergi, masalah yang dibawanya mungkin tidak akan hilang begitu saja.
Saat matahari mulai naik, dua ekor kuda hitam sudah disiapkan di tepi jalan kecil lembah. Chen Lu naik lebih dulu, sementara Li Feng menatap sekeliling untuk terakhir kalinya.
“Lembah ini indah,” katanya pelan. “Tempat yang seharusnya tidak ternodai oleh urusan kerajaan.”
“Pastikan tetap begitu,” balas Han Sunyi. “Jangan bawa balik perang ke sini.”
Li Feng tersenyum samar. “Kalau takdir mengizinkan, mungkin suatu hari aku bisa membalas kebaikanmu.”
“Kau bisa mulai dengan tidak membawa pasukan ke lembahku,” sahut Han Sunyi ringan.
Bai Ren tertawa. “Itu baru Nona Han yang kukenal!”
Sedangkan Zhi Dao, Jin Yue dan Feng Yu hanya menggeleng pelan, sementara Yuyi dan Yuyu serta Nuan melambai dari jauh.
Li Feng menunduk hormat sebelum menaiki kudanya. “Selamat tinggal, Nona Han. Semoga kita bertemu lagi di waktu yang lebih damai.”
Han Sunyi mengangguk. “Semoga perjalananmu selamat, Pangeran dari Utara.”
Kuda mereka berlari perlahan menuruni jalan lembah, meninggalkan jejak debu tipis di udara. Han Sunyi berdiri lama di sana, hingga suara derap kuda itu menghilang di balik pepohonan.
Zhi Dao menatapnya. “Nona yakin membiarkan mereka pergi begitu saja?”
Han Sunyi tersenyum kecil. “Aku tidak bisa menghentikan orang yang dikejar oleh takdirnya sendiri.”
Feng Yu memegangi pinggangnya, lalu bergumam, “Tapi aku yakin ini belum berakhir. Orang seperti dia… selalu meninggalkan badai di belakangnya.”
Han Sunyi menatap jauh ke arah utara. “Mungkin. Tapi untuk saat ini, lembah Phoenix masih damai. Itu sudah cukup.”
"Kita juga bisa membuat nya tak terlihat sampai benar benar aman, selama itu kita keluar menuju restoran yang sudah aku beli. Kita bisa menyamar disana, kita buat restoran itu menjadi tempat informasi" ujar Han Sunyi
"Maksudnya tidak terlihat bagaimana?" tanya mereka
"Ini bukan kue yang bisa kita kantongi nona" ujar Jin Yue
"Tanpa bicara Han Sunyi menggerakkan tangannya dan dalam sekejap lembah cahaya Phoenix menghilang. Tanpa jejak.
Semua terpaku hampir pingsan, "Nona... Nona.. bagaimana bisa?" tanya mereka
"Sudah jangan di pikirkan, bersiaplah kita keluar lembah saat ini juga kita menuju restoran milik kita" ujar Han Sunyi lalu berjalan duluan di ikuti yang lain.
Angin berhembus lembut, membawa aroma bunga liar dari hutan. Kabut yang menari di atas sungai perlahan sirna, dan sinar matahari pagi kembali menyelimuti lembah yang tenang.
Untuk sesaat, dunia seolah lupa akan bahaya yang mengintai di luar sana.
Bersambung…