Secret Wedding

Pria itu terkejut karena kedua orang tuanya menatap horor kepadanya, Nathan terlihat begitu gugup. Sedangkan tidak lama kemudian Zara keluar dari kamar. “Paman, awas aku mau ke dapur.”

“Zara,” kata Nathan lirih.

Zara yang masih mengantuk tidak menyadari kalau sedang diperhatikan oleh kedua orang tua suaminya.

“Paman ada apa, kenapa wajahmu tegang begitu, tenang saja aku akan bantu. Eh, kayak novel yang aku baca saja. Istri membujuk kekasih suaminya untuk mau menikah,” ucap Zara.

Niah dan suaminya terkejut, sedangkan Nathan panik. Pria itu memberikan kode kepada istrinya yang ceroboh itu. Niah beranjak dari duduknya. Wanita itu kini berdiri di belakang Zara. Siapa istri Sahnya?”

Zara diam mematung, gadis itu memejamkan matanya. Kedua tangannya mengepal. Ingin sekali rasanya mencakar suaminya itu.

“Zara, Nathan! Apa yang kalian lakukan siapa yang istri sah membujuk kekasih suaminya?” Niah menatap kedua mata putranya itu.

Zara perlahan memutar tubuhnya, wanita itu bingung mau jawab apa. Sedangkan Nathan dari tadi hanya diam saja.

“Mama, ini hanya novel yang aku baca saja,” ujar Zara.

“Nathan, kamu kenapa keluar dari kamar Zara?” Niah ingin sekali mendengar jika keduanya sedang menjalin hubungan.

“Aku-.” Nathan langsung menghentikan ucapannya saat Meli datang.

“Tuan, di luar ada tuan Jhon ingin bertemu,” ucap Meli.

Nathan tidak menunggu lama, segera meninggalkan mama dan istrinya. Niah hanya menarik napas dalam. Kini ditatapnya Zara. Ada yang bisa kamu jelaskan, Zara. Tidak seharusnya seorang wanita memasukan pria ke kamarnya.”

Niah setelah mengatakan itu langsung membalikkan tubuhnya, Sedangkan Zara dadanya begitu sesak. Seakan dirinya seperti wanita murahan. Pada hal kalau Nathan mau berbuat lebih pun itu halal.

“Maaf, saya sore ini juga akan pindah.” Zara mengatakan itu karena tidak ingin membuat wanita paruh baya itu menilainya buruk sebagai seorang wanita.

Niah mendengar apa kata Zara, wanita itu membalikkan tubuhnya. “Harusnya orang tuamu tidak menitipkan kepada putraku.”

Zara diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Namun, setidaknya ia merasa tertolong oleh mama Niah karena dengan ia pindah ke apartemennya lebih aman. Namun, bukan dengan cara seperti ini.

Zara tidak menunggu lama masuk kamarnya, wanita itu mulai membereskan barang-barangnya.

Beruntung Zara belum membawa semua barangnya ke mansion suaminya, Kini semua sudah selesai. Ia segera menarik kopernya keluar kamar.

“Nona mau kemana?” tanya Meli saat melihat Zara.

“Aku akan tinggal di apartemen, Meli. Kamu jaga diri baik-baik,” pesan Zara.

Niah sebenarnya tidak tega, tapi demi kebaikan putranya, terpaksa dilakukannya.

"Mama, Zara pamit. Maaf sudah merepotkan,” pamit Zara.

“Iya, hati-hati,” kata Niah.

Meli serba salah, kalau ia menahan istri Tuanya. Pasti akan menjadi pertanyaan oleh orang tua majikannya itu.

Meli ikut mengantarkan Zara sampai depan, gadis itu juga membantu memasukan barang-barang milik istri tuannya itu ke dalam mobil.

Setelah Zara pamit, mobil yang dikemudikannya mulai menjauh dari mansion Nathan Ia segera menepikan mobilnya, air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya menganak sungai membasahi wajah cantiknya.

Dadanya sesak, bagaimana tidak untuk membela diri saja. Wanita itu tidak mampu karena mengingat pernikahannya dengan Nathan dirahasiakan dari keluarga pria itu.

Setelah lebih tenang, Zara kembali mengemudikan mobilnya menuju apartemennya yang sudah lama tidak ditempati.

Setelah menempuh empat puluh lima menit, Zara sudah sampai bangunan mewah. Di sinilah ia akan memulai hidupnya lagi. Wanita itu melihat handphonenya sama sekali tidak ada telepon atau pesan dari suaminya.

Zara segera meminta pihak keamanan untuk membantunya membawa barang-barangnya.

“Pak sampai di sini saja,” kata Zara setelah sampai di unit apartemennya.

Setelah memberikan tips, wanita itu mendorong kopernya masuk. Senyum mengembang di bibirnya saat melihat ruangannya sudah rapi karena Rehan selalu meminta orang untuk membersihkannya. Zara segera menuju ke kamarnya.

Wanita itu menatap meja nakasnya, ditatapnya foto Mike yang sedang memeluknya itu. Selama sudah menikah, Zara belum ada ke apartemennya karena saat belum menikah gadis itu lebih sering tinggal di tempat Rehan.

Zara menatap Nathan, wanita itu menarik napas panjang lalu menjawab." Pernikahan kita terjadi bukan karena saling mencintai. Paman sudah ada kekasih. Lebih baik kita berpisah saja, karena aku tidak ingin jadi pihak ketiga untuk hubungan Paman nanti."

Nathan terdiam, pria itu merasa dari menerima permintaan tuan Tama sudah mengkhianatinya Maryam. Namun, wanita itu sama sekali tidak tahu.

Nathan tidak tahu harus jawab apa, pria itu kini menghentikan mobilnya. Namun, sebelum turun ia melihat ke Zara.

Pria itu meletakkan tangannya di kening Zara, Nathan mendengus karena istrinya itu suhu tubuhnya panas.

"Kamu itu bukan anak kecil Zara, sudah tahu sakit pergi juga."

Zara mendengar itu mengedipkan matanya, ia tidak menyangka jika suaminya akan marah padanya

Zara segera membongkar kopernya, ia menyusun barang-barangnya.

Setelah selesai Zara segera menuju ke kamar mandi. Hanya butuh lima belas menit, gadis itu sudah keluar. Saat seperti ini ia hanya mengenakan kaos oversize dan hot pant saja.

Di mana wanita itu memiliki kebebasan, Zara segera mengganti password apartemen. Agar Rehan tidak masuk.

Wanita itu menggunakan tanggal pernikahannya dengan Nathan. Setelah merasa aman, Zara menuju ke dapur. Ia akan membuat makanan hanya untuk dirinya sendiri.

Dari dulu wanita itu lebih suka masakan rumahan, tak heran jika pergi kerja akan membawa bekal. Bukan karena pelit, tapi baginya lebih bersih jika semua diolahnya sendiri.

Zara menatap handphonenya, wanita itu tersenyum saat melihat nomor yang tertera di benda pipihnya.

Rehan menghubunginya, tapi wanita itu sedang tidak ingin di ganggu. Tidak lama Rehan akhirnya menyerah menghubunginya.

Zara menatap langit-langit untuk apartemennya Entah sampai kapan ia akan berbohong bundanya. Namun, jika berkata jujur. Maka habislah Nathan dibuat ayahnya.

Zara karena merasa suntuk, wanita itu segera mengganti bajunya. Ia akan belanja kebutuhannya untuk di apartemennya. Tidak menunggu lama Zara segera keluar dari unit apartemennya.

Saat membuka pintu lift, Zara dibuat terkejut karena melihat Nathan bersama wanitanya. Nathan hanya diam, Begitu juga dengan Zara. Keduanya sama-sama tidak saling mengenal.

Setelah dua orang itu keluar, Zara segera masuk lift. Namun, wanita itu beruntung karena tidak butuh waktu hanya untuk menangisi keadaan. Hanya satu yang diminta. Melupakan cintanya.

Zara sudah cukup merasa ditinggalkan dan tidak dianggap sama sekali oleh suaminya. Rasanya dadanya tidak sanggup menahan semuanya. Dilihatnya ada pesan masuk di mana Suaminya bertanya sedangkan ada di apartemen.

Zara tidak membalas pesan dari suaminya. Wanita itu yakin, Nathan tidak tahu. karena apartemen atas nama sepupunya. Gadis itu memilih berjalan hingga ia menabrak seseorang yang membuat belanjaannya jatuh.”Kamu.”