NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Budi Rempong

Arjuna melangkah gontai menyusuri lorong Kos Berkah. Malam sudah sepenuhnya turun, dan lampu-lampu neon di sepanjang lorong memantulkan bayangan panjangnya di lantai. Pikirannya masih terasa penuh, sebuah film berisi adegan-adegan kontras yang diputar ulang tanpa henti: tatapan merendahkan para mahasiswa UNG, jeritan kesakitan para preman di gang sempit, dan pertanyaan besar tentang takdir yang kini membebani pundaknya.

Saat ia mendekati area depan, suara tawa dan petikan gitar yang sumbang namun ceria menyambutnya. Di atas sebuah bale-bale bambu di depan kamar Budi, keempat teman barunya sedang berkumpul. Budi memegang gitar, Gofar menggambar sesuatu di buku sketsanya, sementara Ucup dan Toni asyik bermain catur di atas sebuah kardus.

Melihat kedatangan Arjuna, Budi langsung berhenti memetik gitarnya.

"Wih, pengelana kita sudah kembali!" serunya dengan nada riang. "Akhirnya pulang juga lo, Jun! Kita pikir lo nyasar sampai Monas terus diangkat jadi tugu gantinya."

Toni dan Ucup mendongak dari papan catur mereka, sementara Gofar tersenyum dari balik buku sketsanya. Kehadiran mereka yang hangat terasa seperti oase setelah seharian penuh badai.

"Gimana, Jun? Seharian keliling kota?" tanya Toni, suaranya terdengar lebih ramah dari biasanya. "Kaget nggak lihat Jakarta?"

Arjuna berhenti di depan mereka. Ia mencoba tersenyum, meski rasanya sedikit kaku. Matanya menatap satu per satu teman-temannya, orang-orang baik yang tidak tahu apa-apa tentang hari yang baru saja ia lalui. Mereka bertanya tentang perjalanannya keliling kota, sebuah pertanyaan yang begitu sederhana. Namun bagi Arjuna, hari ini adalah perjalanan melintasi dua dunia.

Ia menarik napas pelan, semua pengalaman—rasa sakit, takut, kebingungan, kekuatan, dan kesadaran baru—berkumpul menjadi satu.

"Luar biasa," jawab Arjuna.

Hanya dua kata itu yang keluar dari mulutnya. Suaranya tidak keras, cenderung pelan, namun mengandung bobot yang aneh. Matanya menatap lurus ke depan, seolah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh teman-temannya.

Budi tertawa keras, tidak menangkap kedalaman di balik kata itu. "Hahaha, kan, apa gue bilang! Jakarta itu emang luar biasa! Bikin pusing, bikin takjub, semuanya campur aduk!"

Ucup membetulkan letak kacamatanya. "Luar biasa pusingnya kali lihat ongkos angkot sama harga makanan," timpalnya dengan gaya datarnya yang khas.

Hanya Gofar, si seniman, yang sedikit menyipitkan matanya. Ia menangkap getaran yang berbeda dari nada suara Arjuna. "Luar biasanya kayak gimana nih, Jun?" tanyanya sambil berhenti menggoreskan pensil. "Luar biasa yang bikin lo pengen cepat kaya, atau luar biasa yang bikin lo pengen cepat pulang kampung?"

Arjuna hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Gofar. Sebuah senyum yang sulit diartikan. "Dua-duanya, mungkin, Mas," jawabnya mengambang. "Maaf, saya capek sekali hari ini. Mau istirahat dulu."

Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Arjuna mengangguk pada teman-temannya dan melanjutkan langkah menuju kamarnya di ujung lorong.

Keempat temannya menatap punggung Arjuna yang menjauh dengan sedikit kebingungan.

"Aneh," gumam Toni. "Kayak bukan habis jalan-jalan biasa."

"Mungkin dia syok budaya," kata Ucup. "Wajar."

"Bukan," kata Gofar pelan, matanya masih menatap ke arah pintu kamar nomor 13 yang baru saja tertutup. "Itu bukan tatapan orang yang syok budaya. Itu tatapan orang yang baru saja melihat dunia yang benar-benar berbeda."

Di dalam kamarnya, Arjuna menyandarkan punggungnya di pintu yang tertutup. Ia mendengar suara tawa teman-temannya dari kejauhan. Mereka begitu dekat, namun terasa begitu jauh. Hari ini ia memang melihat dunia yang luar biasa.

Dua hari berlalu begitu cepat. Bagi Arjuna, waktu terasa berjalan dengan kecepatan yang berbeda. Siang hari ia habiskan untuk bekerja serabutan apa saja yang bisa ia temukan—membantu di warung makan, mengangkat barang di toko kelontong—demi menambah pundi-pundi rupiahnya yang menipis. Malam hari, seluruh energinya tercurah pada tumpukan materi dan contoh-contoh soal yang berhasil ia unduh dari warnet. Ujian saringan masuk beasiswa Universitas Nusantara Global tinggal menunggu hitungan jam.

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Arjuna duduk di bale-bale bambu bersama teman-teman barunya. Namun, ia tidak ikut dalam obrolan mereka. Di pangkuannya, tergeletak beberapa lembar kertas berisi rangkuman rumus matematika dan kosakata bahasa Inggris yang rumit. Cahaya dari lampu neon lorong menjadi penerang seadanya.

"Sumpah, gue kira tadi dosennya bakal sadar kalau gue tidur sambil mangap," cerita Budi, mengundang tawa dari yang lain. "Untung posisi duduk gue strategis, ketutupan badannya si Toni."

"Enak aja lo! Pantesan pundak gue pegel sebelah!" sahut Toni sambil melempar kulit kacang ke arah Budi.

Arjuna hanya tersenyum tipis tanpa mengangkat kepala. Pikirannya tenggelam dalam barisan angka dan huruf di hadapannya. Berkat kekuatan cincinnya, materi yang seharusnya butuh waktu seminggu untuk dipelajari seolah meresap ke otaknya dalam hitungan jam. Konsep-konsep sulit menjadi mudah dipahami, dan ia bisa menghafal puluhan kata baru hanya dengan membacanya beberapa kali. Ini adalah keajaiban lain yang ia syukuri dalam diam.

Suasana riuh rendah itu tiba-tiba sedikit berubah. Dari tangga yang menghubungkan ke lantai dua—area khusus wanita—turun dua orang mahasiswi yang hendak keluar.

"Wih, wangi melati, nih!" celetuk Budi, matanya langsung berbinar.

Salah satu dari mahasiswi itu, yang mengenali Budi, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Swiiit-swiiiuuu!

Budi bersiul jahil. "Makin cantik aja, Kak Ranti! Mau kemana nih, malam mingguan?"

"Ada aja kamu, Bud! Mau cari makan, laper!" jawab gadis bernama Ranti itu sambil tertawa.

"Sama abang aja atuh makannya, neng!" timpal Budi lagi, yang hanya dibalas dengan lambaian tangan saat kedua gadis itu menghilang di ujung lorong.

Kejadian seperti itu terus berulang. Lantai dua memang cukup ramai, dan para penghuni wanita seringkali harus melewati mereka saat hendak naik atau turun. Budi, sebagai "ketua panitia penyambutan," tak pernah absen melontarkan sapaan atau siulan jenaka setiap kali ada gadis yang ia kenal lewat. Gofar sesekali menimpali dengan gombalan puitisnya, sementara Toni dan Ucup lebih sering menjadi penonton yang tersenyum geli.

Di tengah semua gangguan itu, Arjuna tetap tak bergeming. Dunianya seolah tereduksi menjadi selembar kertas di pangkuannya. Ia begitu terhanyut dalam pelajarannya hingga suara riuh di sekitarnya terdengar seperti dengungan latar yang jauh.

"Gila si Arjuna," bisik Toni pada Ucup, cukup pelan agar tak terdengar oleh Arjuna. "Fokusnya kayak biksu lagi meditasi. Cewek secantik Ranti lewat aja dia nggak noleh."

Ucup membetulkan kacamatanya. "Ambisiusnya tinggi. Jarang ada anak sekarang yang kayak gitu. Dia tahu persis apa yang dia mau."

Tiba-tiba, Budi terdiam. Siulannya berhenti. Teman-temannya yang lain ikut terdiam, menatap ke arah tangga. Seorang gadis turun dari lantai dua. Dia berbeda dari yang lain. Rambutnya panjang tergerai, langkahnya anggun, dan wajahnya memancarkan aura dingin yang membuatnya tampak sulit didekati. Dia adalah tipe gadis yang bahkan seorang Budi pun segan untuk menggodanya.

Gadis itu melirik sekilas ke arah kerumunan mereka dengan tatapan datar sebelum melanjutkan langkahnya.

"Ciyee... bidadari kos turun gunung," bisik Gofar, lebih pada dirinya sendiri.

Bahkan di tengah keheningan yang tak biasa itu, Arjuna tetap menunduk. Jarinya menelusuri sebuah rumus kalkulus, pikirannya bekerja keras memecahkan sebuah soal latihan. Baginya saat ini, hanya ada satu hal yang penting: ujian dua hari lagi. Itu adalah gerbang menuju takdirnya, dan ia tidak akan membiarkan apa pun, bahkan seorang bidadari sekalipun, mengalihkan fokusnya.

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!