NovelToon NovelToon
Cinta Atau Obsesi??

Cinta Atau Obsesi??

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: nhaya

Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
​Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api cemburu yang mereda

Aku pun dengan berani berspekulasi.

"Dan jika Nona ingin tahu siapa yang paling kesal karena panggilan 'tunangan' tadi, itu bukan Nona.Itu Tuan Artama. Dia benci Valencia muncul tiba-tiba di hadapannya saat sedang bersama wanita lain.".

​Kanaya menoleh cepat, matanya membulat.

"Maksudmu... dia sudah tidak menyukai Valencia?".

​Aku menggeleng. "Aku tidak tahu soal perasaan Tuan. Yang aku tahu, dia tidak mau bersama Valencia malam ini. Dia memilih Nona." Aku pun lalu menunjuk kotak itu.

"Gaun ini mahal sekali. Itu gaun yang Tuan Artama belikan khusus untuk Anda.Bahkan Tuan tidak pernah sekalipun membeli gaun untuk Valencia.".

​Aku yakin itu akan memancingnya. Aku tahu bagaimana membujuk Kanaya,sentuh titik sensitifnya.

​"Nona Kanaya," bisikku, melangkah lebih dekat lagi.

"Jika Nona benar-benar ingin menaklukkan 'monster' itu, Nona tidak bisa menghindar.Nona harus muncul.Tampilkan diri Nona di sampingnya. Biarkan dunia melihat Nona Kanaya, bukan Valencia. Karena begitulah cara Tuan Artama memperlihatkan kepemilikannya.".

​Aku pun tersenyum.Tentu saja dia cemburu.Dan itu bagus. Itu adalah awal dari sebuah kekacauan yang akan sangat menarik untuk kulihat.Hahaha.

​"Saya akan siapkan air hangat. Lima menit lagi, saya akan bantu Nona bersiap," kataku tegas, lalu berbalik menuju kamar mandi.

​Saat aku melangkah, aku pun mendengar Kanaya bergumam,

 "Baik. Aku akan pergi. Aku akan tunjukkan pada monster itu dan si j4lang merah itu, siapa yang pantas berada di sisinya.".

Rencana Artama berjalan dengan lancar.Tapi, Artama terlalu lambat.Biarkan aku yang mempercepat sedikit.

Kanaya akhirnya mengenakan gaun biru safir itu.Gaun itu sangat pas di tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya dengan elegan tanpa berlebihan, dan warnanya membuat matanya tampak lebih tajam.

Setelah itu,aku pun dengan lihai menata rambutnya dan memberi wajahnya riasan.Terlihat tipis namun sangat mempesona karena wajah Kanaya memang sudah cantik dan manis dari sananya.Ia hanya butuh sedikit polesan untuk memperjelas struktur wajahnya.

...----------------...

​Aku pun lalu menatap pantulanku di cermin.Aku memang terlihat cantik. Jauh lebih baik dari Valencia dengan gaun merah menyalanya yang mencolok tadi.

​"Sempurna, Nona," Ujar Sofia sambil merapikan sedikit kerah gaunku.

"Tuan Artama sudah menunggu.Kita harus segera pergi.".

​Aku pun menarik napas dalam-dalam,.Namun tiba-tiba, semua keberanian yang ku kumpulkan menguap begitu saja.Rasa malu, kesal, dan cemburu yang coba kutinggalkan pun tiba-tiba kembali meluap.Seperti punya firasat buruk akan acara ini.

​"Tunggu, Sofia," kataku, suaraku kembali gemetar.Aku berbalik, menatapnya dengan panik.

"Aku tidak bisa. Aku... aku tidak ingin pergi.".

Aku melihat ​Sofia yang menghela napas sabar.

"Nona, kita sudah membicarakan ini.Ini adalah kesempatan Anda.".

​"Kesempatan apa?!" teriakku, tidak bisa menahan ledakan emosi.

"Kesempatan untuk diperkenalkan sebagai boneka Artama yaa? Kesempatan untuk bertemu tunangan aslinya lagi di sana?!Aku peduli apa dengan bisnisnya?aku tidak peduli! Aku tidak mau menjadi perhiasan murahan yang dia banggakan, hanya untuk dibuang saat Valencia datang!".

​Aku lalu melangkah mundur. Air mataku kembali mendesak. "Dia menciumku!Dan itu ciuman pertama ku! Dia bahkan memelukku! Lalu dia membiarkan wanita itu memanggilnya 'Sayang'! Aku benci ini, Sofia! Aku benci perasaan ini! Aku benci... aku benci monster itu!aku benci Artama!".

​Sofia pun hanya menggelengkan kepalanya perlahan, seolah melihat anak kecil yang sedang merajuk.

​"Tuan Artama memang keras kepala," gumamnya,sepertinya lebih kepada dirinya sendiri."Dan Nona Kanaya ternyata sama persis.".Dan gumaman itu aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

​"Aku tidak keras kepala! Aku hanya tidak mau dipermainkan!".

​Saat aku sedang meluapkan kekesalanku, tiba-tiba pintu kamar terbuka tanpa diketuk.Artama pun berdiri di ambang pintu, tampak sudah siap dengan setelan tuksedo hitam yang mewah dan sangat pas.Kenapa sih dia harus selalu tampan??Argh!lupakan!.

​Artama pun lalu melangkah masuk.Dan kemudian gerakannya terhenti.

​Dia terlihat membeku.

​Mata Artama yang tajam menyapu seluruh penampilanku.Mulai dari gaun safir itu, tatanan rambutku, dan wajahku yang meskipun sedikit kacau karena emosi,terlihat mempesona dimata nya.Tapi entahlah.

Ada jeda panjang yang sunyi, di mana Artama hanya menatapku, tatapannya sedikit melunak,seperti es yang mulai mencair,dan aku bisa melihat sedikit keterkejutan di matanya yang selalu datar itu.

​Artama berdeham pelan, memecah keheningan yang canggung.

​"Ada apa ribut-ribut ini?" tanyanya, suaranya sedikit serak, setelah berhasil menguasai diri,mungkin.Ia lalu merapikan manset tangannya,seolah tidak terjadi apa-apa.

​Sebelum Sofia sempat menjawab, aku langsung membalasnya dengan ketus.

​"Tidak ada apa-apa," sahutku dingin, menyilangkan tangan di dada.

"Aku hanya sedang memberi tahu asisten mu, bahwa aku tidak akan pergi ke mana-mana denganmu. Pergi saja dengan tunanganmu yang sah itu,pengecut!.".

Artama pun melangkah lebih dekat, mengabaikan nada ketus ku. Ekspresinya sudah kembali datar dan sulit dibaca, namun ada kilatan aneh di matanya yang menantang.

​"Oh, jadi ini masalahnya," katanya, suaranya rendah.Ia kemudian berhenti beberapa langkah di depanku, memancarkan aura dominasi yang membuat lututku terasa sedikit lemas.

"Kau marah karena aku tidak menendang Valencia keluar dengan sekali sentak?".

​"Aku tidak marah!" bantahku cepat.

"Aku hanya... logis! Aku tidak mau menjadi pengganti tunanganmu! Carilah perhiasan lain!".

​Artama tersenyum tipis, senyum yang nyaris tak terlihat,tapi sukses membuat jantungku berdetak tak karuan.Itu bukan senyum mengejek,melainkan senyum puas.

​"Kau bukan perhiasan, Kanaya," balasnya, lalu mencondongkan tubuh sedikit.Jarak di antara kami pun menipis, dan aroma maskulin yang kuat itu langsung menyeruak.

"Kau terlalu keras kepala untuk menjadi perhiasan.Dan jika aku ingin perhiasan, aku bisa membeli yang asli di toko."

​Ia mendekatiku satu langkah lagi, memaksa aku untuk mendongak sedikit karena perbedaan tinggi kami.Huh!kenapa setiap pria tampan harus setinggi itu??

​"Dan mengenai tunangan sahku," bisiknya, suaranya menjadi godaan yang nakal.

"Aku memilih siapa yang aku inginkan untuk malam ini. Dan malam ini, aku memilihmu.Valencia terlalu membosankan untuk menemaniku menaklukkan investor fund dari Jerman.".

​Artama lalu menyentuh bahuku,sentuhan yang terasa hangat dan tegas,lalu memiringkan kepalanya.Tatapannya menelanjangiku, mulai dari puncak rambut hingga ujung gaun.

​"Gaun ini," katanya, suaranya serak. "Aku membelinya hanya untukmu. Dan kau terlihat... sangat pantas berada di sisiku malam ini. Jauh lebih pantas daripada siapa pun."

​Dia pun kemudian menjeda, lalu menambahkan dengan nada menantang,

"Atau kau takut? Takut bertemu Valencia dan para kolega, karena kau tahu kau tidak akan bisa bersaing dengannya,little girl?".

Rasanya itu adalah sebuah penghinaan.Dia tahu persis bagaimana cara memicu amarah dan egoku.

​"Aku tidak takut!" bentakku, meskipun aku hampir kehabisan napas karena kedekatannya.

"Aku tidak takut pada wanita yang sok manja itu, atau siapa pun!".

​"Bagus," Artama pun menyeringai,senyumnya kini terlihat lebih jelas, kemenangan terpancar di matanya.Ia pun lalu menyentuh daguku, mengangkatnya agar aku menatapnya lurus.

"Kalau begitu, tunjukkan pada mereka.Tunjukkan bahwa kau yang pantas berada di sisiku malam ini.Tunjukkan bahwa kau lebih menawan, lebih tajam, dan.... lebih menantang daripada mereka semua.".

​"Aku tau persis,kau hanya mencoba merayuku agar aku menuruti maumu!" tuduhku, mencoba mempertahankan bentengku.

​"Tentu saja," balas Artama tanpa basa-basi, masih dengan senyumnya yang mematikan."Dan sepertinya, berhasil. Sekarang, ayo kita pergi.Aku benci terlambat.".

​Artama tidak menunggu jawaban.Ia langsung meraih tanganku, menarikku dengan kehangatan dan kekuatan yang membuatku tidak bisa menolak. Ia mengaitkan tanganku di lengannya yang kokoh.

​"Sofia, kita pergi," perintah Artama, lalu menggiringku keluar kamar.

​Aku benar-benar tak punya daya. Api cemburu dan rasa kesalku tiba-tiba padam, digantikan oleh dorongan aneh untuk membuktikan diri. Aku akan pergi. Aku akan tunjukkan pada Artama bahwa aku memang pantas.

......................

^^^Pov Sofia^^^

​Aku pun menggeleng,menahan senyum puas yang nyaris meledak.Aku yang sedari tadi berdiri di belakang mereka, memperhatikan Tuan Artama yang kini menggandeng Nona Kanaya hingga ke lift yang mulai perlahan turun.

Tuan Artama memang br3ngsek.Dia tahu persis cara memanipulasi emosi.Kanaya menolak karena merasa dipermainkan dan cemburu,tapi Artama tidak menggunakan bujukan atau permintaan maaf. Dia malah menggunakan godaan,otoritas dan tantangan.

​Nona Kanaya adalah api yang menyala, dan Tuan Artama adalah es yang sangat dingin,namun dengan sedikit trik,es itu berhasil membekukan amarah Kanaya dan mengubahnya menjadi tekad.

Sebuah taktik Artama yang dingin itu justru bisa mencairkan Kanaya yang berapi-api.

​"Menarik," gumamku pelan saat mengikuti mereka.

"Sama-sama keras kepala, sama-sama tahu cara memancing. Tuan Artama benar-benar menemukan pasangannya.".

​Aku pun sudah menyiapkan mantel dan kunci mobil.Malam ini akan menjadi malam yang panjang, dan pastinya, penuh drama. Aku sangat menantikannya!

...----------------...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!