Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 12
"Siapa yang kamu panggil jutek dan menyebalkan? apakah aku? Pak Angkasa KW? Dasar wanita cengeng!"suara bariton menyapu wajahnya.
Aroma mint yang berasal dari nafas pria itu tercium dengan jelas oleh Naima. Naima mulai membuka mata perlahan. Kemudian buru-buru bangkit, namun sayangnya malah bertabrakan dengan wajah Pak Angkasa yang masih berada di depannya. Sehingga secara tidak sengaja dia malah mencium kening Pria itu.
"Kau bilang anakku genit, karena main sosor dan tindik-tindihan. Tapi kamu sendiri malah menciumku. Ternyata kamu tidak ada beda juga dengan anakku!"jawab Pak angkasa sambil tersenyum miring.
"Apaan? Itu tidak sengaja dan kecelakaan bukan disengaja! Seperti mereka yang memang sengaja melakukannya. Lagian kenapa sih Pak Angkasa tiba-tiba kamu berada di sini? Bikin kaget aja tahu! Pimpinan perusahaan kok kelayapan di jam kerja! Memberikan contoh yang tidak baik kepada karyawannya!"Naima mengomel.
Sebenarnya dia sedang berusaha menyembunyikan rasa kaget dan malunya dengan apa yang terjadi barusan. Bisanya dia malah mencium Pak Angkasa seperti itu. Lagi pula untuk apa Pak Angkasa berada di sana. Di luar dugaan sekali.
"Jam istirahat. Aku hanya memastikan jika kamu masih waras dan tidak gi-la kemudian malah bu-nuh diri karena menahan sakit hati dan malu gagal menikah!"kekeh Pak Angkasa meledek Naima.
Pria itu juga malah duduk di sebelah Naima dengan santai. Naima hanya mendelik tajam dan terlihat kesal sekali kepada pria di sebelahnya. Dia masih ragu apakah benar jika pria itu adalah ayah dari Gisel? Karena pria itu masih terlihat sangat muda.
"Anda fikir kalau saya itu terlalu bucin dan mau saja gitu di minta untuk nikah siri? Terus mau saja di duakan dan di begoin oleh dia dan keluarganya? lebih baik menanggung malu seumur hidup karena gagal menikah dan uang tabungan habis karenanya. Di banding harus seumur hidup tersiksa lahir batin di dukan!"jawab Naima.
"Baguslah! Setidaknya melihatmu baik-baik saja tidak membuat aku terlalu merasa bersalah karena Gisel. Dan memang dia ingin menikah dengan calon suamimu,"jawab Pak Angkasa dingin.
"Iya lah harus anda nikahkan. Orang mereka sudah main tindih-tindihan! Kalau Tek dung dung duluan yang malu juga anda! Masa anak yang katanya pemilik perusahaan kok begitu!"jawab Naima ketus.
"Apa jangan-jangan kamu juga dan Arga?"tanya Pak Angkasa iseng kepada Naima.
"Idih! Apaan. jangan samakan aku dengan anak kesayangan anda ya! Kenapa anda malah semakin menyebalkan sekali. Kenapa hidup aku malah seperti ini? Ah rasanya menyebalkan,"ujar Naima menendang-nendang kakinya yang menggantung di kursi taman.
"Sudah ah, saya permisi. Ngomong dengan anda malah membuat saya semakin pusing dan emosi. semoga ini pertemuan terkahir saya dengan anda dan kalian semua. Ada banyak Hal yang harus saya lakukan sekarang,"Naima bangkit dari duduknya. Tapi tangannya di tahan oleh Angkasa sehingga membuat dia duduk kembali.
"Jangan batalkan apapun. Biarkan saja semuanya berjalan seperti biasa. Di batalkan juga kamu akan kehilangan semua uangnya kan? Biarkan saja pesta pernikahannya berjalan sebagaimana mestinya,"ujar Angkasa dingin.
"Ya elah Pak, maksud anda aku harus mempermalukan dirimu sendiri dengan duduk di pelaminan? Sadis bener ide nya. Nggak anak nggak bapaknya. Sama-sama tidak punya perasaan!"jawab Naima kesal.
"Kamu harus tanggung jawab!"ujar Angkasa.
"idih tanggung jawab apaan? Anak anda yang salah kok saya yang harus tanggung jawab? Nggak masuk akal omongan orang-orang kalian yang selalu ingin menang sendiri. Beruntung selama ini cuma kenal sama emak-emak di pabrik yang walau mulutnya julid dan pedes tapi tidak se menyebalkan kalian! Apa anda mau mendengar kejujuran dari saya pak?"cerocos Naima yang kembali duduk di sebelah Angkasa.
Bahkan cekalan tangan Angkasa masih berada di tangan Naima. Angkasa menaikkan sebelah alisnya ingin tahu apa lagi yang akan di katakan gadis di sebelahnya itu. Hanya dia yang berani memarahi Seorang Angkasa Pratama Putra seperti itu. Dan juga Mamanya. Hanya dia wanita yang berani mengomel tanpa jeda.
"Saya menyesal datang ke kantor dan mencari pria bernama Pak Angkasa. Saya kira dia adalah pria tua renta dengan perut buncit, kumis tebal dan juga wajah yang sudah berkeriput. Tapi nyatanya Pak Angkasa bapaknya wanita jahat dan menyebalkan itu. Adalah anda, Pria jutek, dan memiliki sifat menyebalkan lebih dari menyebalkan! Saya benar-benar menyesal. Tau begitu saya nggak akan peduli dan mengadukan perbuatan Arga. Biar saja dia menguras hartamu sampai habis bersama dengan keluarganya yang gak tau diri! Ah, aku kesal! Kalian menyebalkan. Kenapa hidup aku harus begini pada akhirnya. Yaa Allah. Sakit banget!"kesal Naima sambil menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.
Pak Angkasa yang masih berada di sebelah Naima masih diam, dari genggaman tangan Naima dia bisa merasakan emosi yang di alami oleh gadis itu saat ini. Mau kasihan tapi melihat Naima seperti itu malah ingin tertawa. Karena melihat ekspresi wajah Naima terlihat lucu.
"Apa makanmu tadi kurang banyak di caffe itu? Sampai kembali menangis? Bukannya kamu membutuhkan banyak makan untuk menyiapkan tenaga menghadapi kenyataan? Tapi kok malah cengeng! Wanita lemah! Sepertinya kamu memang bucin sama pria tak berguna itu!"ujar Angkasa.
Dia berdiri dari duduknya dan melihat ke arah Naima yang berhenti menangis dan mendelikkan mata padanya. Emosi Naima berubah-ubah membuat Angkasa geleng kepala dengan kelakuannya.
"Aku nggak cengeng dan lemah. Aku benci kamu Pak Angkasa KW!"kesal Naima berdiri dan mendorong tubuh besar Angkasa.
Tapi sayangnya tubuh tinggi besar itu terlalu kokoh sehingga tidak bisa goyah. Karena kesal akhirnya Naima pergi dari sana. Meninggalkan Angkasa yang geleng kepala melihat punggung Naima dan dia juga pergi dari sana menuju ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Naima juga sudah pergi menaiki ojek online dengan kesal. Padahal perasannya sudah mulai tenang tapi malah di buat kembali kesal oleh Angkasa.
"Kita pergi sekarang!"ujar Angkasa dingin saat sudah duduk dengan tenang di kursi belakang. Tapi dia terlihat melamun sambil melihat ke arah jalanan. Entah apa yang sedang dia fikirkan saat ini.
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰