0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Rooftop
...0o0__0o0...
...Pagi itu, langit sekolah masih pucat....
...Asap rokok menari di udara dingin ketika Drexler dan gengnya. Mogi serta Regal duduk santai di atas rooftop, menikmati waktu luang mereka yang selalu tampak eksklusif....
...“Lo tau gak ? Lyra mau ikut kompetisi balet,” ucap Mogi tiba-tiba, memecah keheningan....
...Drexler yang sedari tadi diam, menoleh cepat. Tatapannya berubah—dingin, tapi jelas ada percikan di sana....
...Apapun yang menyangkut Lyra, dia tak pernah bisa bersikap sepenuhnya acuh....
...“Kapan ?” tanyanya datar....
...“Mana gue tau. Cewek gue yang denger dari temennya,” jawab Mogi asal....
...“Cari tahu,” titah Drexler singkat....
...Belum sempat Mogi menjawab, pintu rooftop mendadak terbuka kasar....
...BRAK..!...
...Suara logam beradu membuat semua menoleh....
...Lyra berdiri di ambang pintu, senyum manis terukir di wajahnya, membawa sebuah paper bag. Sinar matahari memantul di rambutnya, menambah aura anggun yang tak bisa di abaikan....
...Mogi dan Regal langsung saling melirik. Drexler hanya menghela napas pelan, mematikan rokoknya tanpa berkata apa-apa....
...“Hai, Mogi, Regal,” sapa Lyra dengan nada percaya diri....
...“Hai, Queen Lyra,” balas keduanya refleks, nyengir kaku di bawah tatapan tajam Drexler....
...Lyra mendekat, langkahnya ringan tapi tegas....
...“Nih, jaket lo,” ucapnya singkat, meletakkan paper bag di sebelah Drexler....
...Cowok itu tidak merespons, hanya menatap jauh ke arah langit, seolah tidak peduli. Tapi Lyra tahu betul—Drexler sedang menahan sesuatu....
...Mogi dan Regal langsung berdiri, membaca suasana....
...“Bos, Queen… kita turun dulu ya,” ujar Mogi buru-buru, menarik lengan Regal....
...Setelah keduanya pergi, hanya ada suara angin dan detak jam di kejauhan....
...Lyra berdecak sebal karena Drexler diam saja. Tapi menyerah bukan sifatnya. ...
...Dengan berani Lyra duduk di atas paha Drexler, menyamping, cukup dekat hingga bisa merasakan harum mahal tubuh cowok itu....
...“Lo beneran gak suka sama gue, Xler ?” tanyanya pelan. Ujung jari telunjuk-nya bergerak liar di dadanya. Menelusuri pelan, tapi pasti....
...Drexler tetap diam, menatap lurus ke samping. Tapi rahangnya menegang. Tangannya memegangi pinggang Lyra kuat. Sebagai bentuk pertahanan....
...Lyra tersenyum kecil, mencondongkan wajah. “Gue cuma pengen tahu, seberapa kuat lo nahan perasaan lo sendiri.”...
...Drexler menoleh perlahan, tatapan tajamnya menembus balik mata Lyra. “Lo gak ngerti, Yra. Seberapa keras gue nahan diri buat gak telanjangi Lo,” katanya rendah, nyaris berbisik....
...Gadis itu tersenyum samar, lalu mencondongkan tubuh sedikit. “Lo gak berubah ya ? Lebih suka nahan dari pada melampiaskan.” Katanya pelan....
..."Padahal kalau Lo mau" Bisik Lyra tenang. "Gue bisa telanjang sekarang juga di depan Lo."...
...Drexler menoleh, tatapannya tajam seperti biasa. “Lo terlalu percaya diri, Yra.”...
...“Gue realistis, bukan percaya diri,” balasnya cepat, nada suaranya tenang tapi menusuk. “Lo cuma gak mau ngaku aja kalau gue bikin lo gak tenang.”...
..."Jangan bertingkah, sebelum gue lepas kendali, Lyra." Tekannya datar....
..."Are you sure you can ?" Tanya Lyra tenang, meragukan. ''Lo gak bisa melakukan itu, tanpa persetujuan gue, Xler."...
..."Nantangin gue, Hem ?" Tangan Drexler menarik pinggang Lyra hingga kini semakin merapat dengan dada bidangnya....
...Lyra menyeringai Licik....
...Cup..!...
...Dengan berani Lyra mencium bibir Drexler, melumat lembut dan kaku. Hanya sekitar 5 menit. Lalu menarik mundur kepala-nya....
..."50 juta. Ok !" Bisik-nya Lyra tenang. Mengedipkan sebelah mata'nya genit....
...Cup..!...
...Lyra mengecup sekilas bibir Drexler. Sebelum melumat kembali bibir itu. Tampak amatir dan kaku, namun mampus membuat pertahanan Drexler runtuh....
...Drexler langsung membalas ciuman Lyra dengan intens, lembut dan dalam. Tangannya menekan tengkuknya. Hingga ciuman itu semakin menggebu dan menuntut....
...Lyra yang merasa Drexler semakin menggebu dan mulai hilang kendali, langsung menarik mundur kepala-nya hingga ciuman itu terlepas tiba-tiba....
..."Cukup, Xler. Gue gak mau Lo amblas." Ucapnya tenang, tersenyum manis....
...Drexler menatap Lyra dalam. "Tapi gue belum puas, Yra." Bibir-nya menyeringai tipis. "Datang ke apartemen gue, dan pastikan 50 juta duit gue gak sia-sia."...
...Drexler bangkit perlahan. Aura dinginnya seketika berubah lebih berat, lebih pekat....
...Mereka berdiri berhadapan dalam diam, jarak hanya sehela napas. Angin meniup rambut Lyra ke arah wajah Drexler....
...Sekilas, dunia terasa berhenti. Hanya tatapan mereka yang berbicara....
...Lyra maju selangkah, memeluk tubuh tegap Drexler tanpa ragu. “Gue gak mau duit…” bisiknya lembut di dada pria itu. “Gue cuma mau status.”...
...Tangannya yang halus menyelinap ke saku jas Drexler, mengambil sekotak rokok dengan gerakan tenang....
...Lyra melepaskan pelukan, menatapnya tajam sambil menggoyangkan kotak rokok di tangan....
...“Stop ngerokok,” ucapnya tegas. “Kalau lo gak mau lihat gue ikut ngerokok.”...
...Keduanya berdiri berhadapan. Hanya sehela napas memisahkan jarak mereka....
...Angin berhembus pelan, mengibaskan rambut Lyra hingga menyentuh wajah Drexler....
...Sekilas, waktu seakan berhenti....
...Hanya tatapan mereka yang bicara. Namun… di balik pintu rooftop. Empat kepala berjajar rapi, saling dorong, saling sikut....
...Mogi jongkok paling depan, Vika memeluk lehernya dari belakang....
...Diva menempel di pinggang Vika, dan di paling belakang, Regal menahan keseimbangan dengan tangan di pundak Diva....
...“Jangan dorong-dorong, woy!” omel Mogi dengan suara teredam....
...“Shhh, jangan berisik, Sayang,” bisik Vika sambil mendorong kepala sang cowok. “Nanti kita ketahuan ngintip.”...
...“Bisa gak, kepala lo jangan gerak-gerak!” gumam Regal dari belakang....
...“Bocot lo!” semprot Diva kesal. “Gue gak kelihatan, Ogel!” Tangannya menyikut perut Regal tanpa ampun....
...“Aduh—”...
...Belum sempat Regal protes, keseimbangan_nya tiba-tiba hilang....
...BRUK..!...
...BRAK..!...
...Keempatnya ambruk ke depan, menimpa satu sama lain seperti domino. Dan Pintu rooftop terbuka lebar dengan suara nyaring....
...“Anjing..!”...
...“Babi..!”...
...“Jaran..!”...
...“Kencak..!”...
...Empat kata makian meluncur bersamaan....
...Lyra dan Drexler sontak menoleh. Tatapan mereka sama, melotot, kaget, dan… nyaris ngakak....
...Empat kepala itu langsung membeku di lantai, saling tindih, saling meringis kesakitan....
...Mogi di bawah nyengir kuda. “Aduh... tulang ekor gue patah kayaknya.”...
..."Woy...Woy..! Cepat bangun." Teriak rusuh Vika. "Nanti cowok gue jadi tempe penyet."...
...“Sabar elah!” gerutu Regal, masih tengkurap di atas Diva....
..."Sabar pala Lo peyang." Semprot Diva galak. "Lo mah enak ada di atas, Ogel. Kita yang ketimpah badan gempal Lo, anjir."...
...Lyra menatap mereka datar beberapa detik… lalu tak tahan Suara tawa pecah lolos dari bibirnya....
...“Ngintipin gue sama Drexler, hah ?” tanyanya ngakak geli....
...Tangannya menyilangkan dada sambil menaikkan alis dengan gaya queen mode on....
...Vika cepat-cepat bangun sambil merapikan rambut. “Sumpah, Ly, kita tuh cuma... ehm… ngelindungin lo dari udara dingin rooftop!”...
...“Udara dingin ?” Drexler mengulang datar, menatap tajam....
...“Y-ya! Siapa tahu Lyra kedinginan...” potong Diva cepat, lalu menatap Regal. “IYA KAN, OGEL?”...
...Regal langsung berdiri tegap dan memberi hormat. “Siap, bener, Bos!”...
...Lyra menahan tawa, tapi sudut bibirnya menukik geli. “Lucu banget kalian, sumpah,” katanya pelan....
...Lyra menatap Drexler lembut, mencoba menurunkan tensi yang sempat tegang....
...“Udah, Drexler. Mereka cuma penasaran. Gak usah di besar-besarin,” katanya lembut....
...Tatapan mereka bertemu lagi—hangat, tapi diam-diam berbahaya....
...Angin kembali berhembus, rambut Lyra menampar pipinya sendiri. Drexler mengulurkan tangan tanpa pikir panjang, menyingkirkan helaian itu dengan jari-jarinya....
...Gerakan-nya kecil, tapi cukup untuk membuat semua orang di sana menahan napas....
...Mogi berbisik pelan, “Gue rasa kita cabut aja sebelum ada korban baper.”...
...Vika menarik tangan cowoknya cepat. “Setuju banget.”...
...Mereka pun kabur terbirit-birit, meninggalkan dua insan yang masih berdiri saling tatap di bawah langit pagi....
...0o0__0o0...
...Mereka berempat berlari menuruni tangga dengan napas ngos-ngosan....
...Begitu sampai di lantai dua, ke empatnya berhenti, menatap satu sama lain dalam diam—lalu meledak bersamaan....
...“INI SEMUA GARA-GARA LO, OGEL!” teriak Diva, menunjuk hidung Regal....
...“Gue ?!” Regal melotot. “Yang nyikut perut gue siapa, hah ?! Kalau lo gak nyerang, gue gak akan oleng!”...
...Vika ikut nimbrung sambil melipat tangan di dada. “Udah-udah! Kalian berdua sama aja, gak bisa diem!”...
...Mogi mendecak sambil jongkok di anak tangga. “Kamu ngomong kayak paling bener aja, Beb. Padahal tadi kamu yang pertama dorong kepala aku!”...
...“Aku cuma mau ngatur posisi, Sayang!” bela Vika cepat. Nyengir garing....
...“Ngatur posisi ? kamu pikir kita itu photoshoot, hah ?!” semprot Mogi jengkel bercampur gemes....
...Regal tertawa sarkastik. “Iya, dan hasilnya kita photoshoot massal di lantai rooftop.”...
...“LU NGAKAK LAGI ?!” Diva langsung mencopot sepatu sekolahnya dan hampir melemparnya ke arah Regal....
...“Woi! Santai, Sayang!” Vika menahan Diva sebelum perang pecah....
...Tapi Diva masih mendelik tajam. “Gue udah bilangin dari awal, jangan ngintip pasangan itu! Aura Drexler serem, men!”...
...Mogi menepuk kening sendiri. “Ya terus ngapain lo ikut ngintip ?”...
...“Refleks sosial!” jawab Diva cepat....
...Regal ngakak keras sampai nyaris jatuh lagi. “Refleks sosial katanya, kayak vaksin aja!”...
...Vika mendengus, melipat tangan. “Udah deh, intinya... kita gagal misi. Dan kemungkinan besar Drexler udah nandai wajah kita satu-satu.”...
...“Habislah kita semua nanti,” ujar Mogi pasrah. “Tatapan dia barusan kayak nembus jantung. berasa modar di tempat, Bjir.”...
...Regal menegakkan tubuh. “Yaudah, kita bikin alibi. Kalau bos nanya, kita bilang lagi latihan drama sekolah.”...
...“Drama ?” Diva mengerutkan kening. “Drama bagian jatoh bertumpuk, gitu ?”...
...“Ya kan realistis,” jawab Regal santai. “Namanya juga method acting.”...
...Vika menepuk dahinya lelah. “Ya ampun, kita kayak badut sirkus semua.”...
...Tapi tak lama, keempatnya malah tertawa bersama....
..."HAHAHAHHA...!"...
...Suara tawa mereka menggema di tangga sekolah, mencairkan sisa rasa malu dan ketar-ketir di dada masing-masing....
...Dan dari atas, tangan rooftop... Lyra tersenyum kecil, melihat ke bawah....
...“Geng rusuh itu, gak berubah juga,” gumamnya pelan. "Tapi gue tetep suka mereka."...
...Lyra menoleh ke samping, menatap Drexler tajam. "Jangan coba-coba memarahi apalagi ngasih mereka hukuman." Peringatan Lyra tegas....
..."Gue tunggu nanti di Apartemen." Ujarnya datar. Lalu melangkah turun dengan tenang. Meninggalkan Lyra yang berdecak sebal....
...0o0__0o0...
😌
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
😉🤭😅