NovelToon NovelToon
Peluang Pulih

Peluang Pulih

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Romansa Fantasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:631
Nilai: 5
Nama Author: jvvasawa

"Hai, aku gadis matematika, begitu Sora memanggilku."

Apa perkenalan diriku sudah bagus? Kata Klara, bicara seperti itu akan menarik perhatian.

Yah, selama kalian di sini, aku akan temani waktu membaca kalian dengan menceritakan kehidupanku yang ... yang sepertinya menarik.

Tentang bagaimana duniaku yang tak biasa - yang isinya beragam macam manusia dengan berbagai kelebihan tak masuk akal.

Tentang bagaimana keadaan sekolahku yang dramatis bagai dalam seri drama remaja.


Oh, jangan salah mengira, ini bukan sekedar cerita klise percintaan murid SMA!

Siapa juga yang akan menyangka kekuatan mulia milik laki-laki yang aku temui untuk kedua kalinya, yang mana ternyata orang itu merusak kesan pertamaku saat bertemu dengannya dulu, akan berujung mengancam pendidikan dan masa depanku? Lebih dari itu, mengancam nyawa!


Pokoknya, ini jauh dari yang kalian bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jvvasawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 | UMPAN

Harap bijaksana dalam membaca, karya ini hanya lah fiksi belaka, sebagai hiburan, dan tidak untuk ditiru. Cukup ambil pesan yang baik, lalu tinggalkan mudaratnya. Mohon maaf atas segala kekurangan, kecacatan, dan ketidaknyamanan, dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas segala dukungan; like, vote, comment, share, dan sebagainya, Jwasawa sangat menghargainya! 💛

Selamat menikmati, para jiwa!

...

Suara ketus yang bertolak belakang dengan suara Sora memancing ekspresi sewotku dalam sekejap. Pandangan mataku seketika bertemu dengan milik Zofan dari pantulan kaca spion, aku mendelik sinis sebelum berpaling ke luar jendela yang sudah terlukis banyak tetesan air hujan.

“Jangan lupa ada aku,” dan “awas saja,” katanya?

Memangnya kami mau ngapain, sampai dia harus memperingatkan sedemikian rupa?!

"Sebentar!" pekikku tiba-tiba, menyentakkan Zofan dan Sora.

Zofan melirik sekilas pada kaca spion untuk melihatku. "Ada apa? Kau ketinggalan sesuatu di sekolah?"

"Aku harusnya mengajak temanku. Masa aku ... sendirian? Aku akan ajak Klara!" Bisa-bisanya aku tidak kepikiran soal ini! Rasanya kurang pantas, kan, kalau hanya aku seorang yang perempuan?

Zofan sontak membantah, "tidak bisa! Ini rahasia, Nata! Kan sudah pernah kubilang."

Keningku mengernyit. Benar, sih, aku ingat itu. Tapi, "lalu kenapa ada Sora?"

"Ck. Dia hanya umpan."

"Hah? Apa katamu?" Aku yang salah dengar, atau memang Zofan menyebut kata 'umpan'?

"Sudah lah, tak usah khawatir. Kau akan baik-baik saja. Memangnya aku dan Sora terlihat seperti laki-laki yang tidak benar?"

Aku spontan merespon, "kalau kau, sih, iya. Siapa yang tahu, kan?"

Bisa kulihat Zofan melotot tak terima dari pantulan spion, tangannya juga semakin mencengkram setir. "Sembarangan, kau! Aku tidak tertarik, pun, padamu!"

"Kau jauh di bawah standarku," timpalnya lagi. Zofan juga mengkedutkan bibirnya seakan jijik, dan raut wajahnya itu sukses membuatku ikut membalas pelototannya. Lidahku berdecih dan menggerutu tak berarti.

Puas melihat reaksiku, Zofan tersenyum mengejek, sangat jelek, dan lekas menegapkan tubuhnya menghadap ke depan sembari melajukan mobil keluar gerbang utama, meninggalkan area sekolah. Ini benar aman, kan?

"Sora, kenapa kau mau saja berteman dengan orang ini? Dia tidak ada bagus-bagusnya. Selamatkan lah dirimu sebelum terjebak dengan segala tingkah aneh dan absurdnya Zofan."

"Hei! Aku dengar!"

Mari anggap Zofan tidak ada di dalam mobil ini, karena sekarang aku terlalu sibuk berbincang dan bersenda gurau dengan Sora. Pemilik mobil ini masih berusaha menyela, sih, tapi siapa peduli?

Keberadaan Zofan sudah mutlak kuanggap transparan, dia tembus pandang di jok kemudi itu. Hanya sebentar saja, pun. Hanya sampai kami tiba di tujuan nanti.

Beri lah aku segelintir momentum untuk bebas menikmati waktu berduaan bersama sang pencuri hati, mengumpulkan cerita dan pengalaman si pemilik rupa menawan yang duduk anteng di sampingku ini.

Mana tak jarang telingaku dibelai lembut oleh kekehan manis dari pelantun suara sejernih resonansi kristal kuarsa ini. Rasanya sampai pegal pipiku akibat terus-terusan merajut simpul senyum tiap menanggapi candaan Sora.

Tak bosan-bosan pula sepasang netraku ini menyalin rinci paras rupawan malaikat pelindungku yang tak terdefinisi, ke dalam memori.

Di lihat dari sudut ini, aku jadi bisa memperhatikan setiap inci dari profil sampingnya dengan saksama.

Hidungnya tak terlalu bangir, ada tahi lalat kecil di bagian leher dekat rahangnya, dan, oh, rahangnya tak terlalu tegas namun garisnya masih terlihat jelas.

Telinganya lonjong dan agak besar, dengan lekukan konka yang meliuk-liuk indah seperti pada umumnya. Aku juga mendapati satu – tidak, sepertinya ada dua lubang kecil di cupingnya, apa dia menindiknya?

Kan, jadi ingin lihat bagaimana bila anting-antingan menjuntai bergelantungan cantik di sana.

"Natarin, biar kuberitahu kau, ya! Sora ini hampir tidak ada bedanya denganku."

Oh Tuhan, ternyata seperti ini rasanya menjadi remaja yang sedang dilanda kisah kasih masa muda.

"Kau itu sudah terjebak tipu muslihat dan sikap yang dimanis-maniskannya! Kau pikir kenapa aku duduk sendirian di depan?"

Candu, dan memabukkan~

Hm, sepertinya tadi ada yang bicara, tapi siapa, ya?

Siapa, ya~?

Oh!

Mungkin makhluk pendeki yang tak pernah dibuai cinta~

Sudah lewat lima belas menit sejak mobil ini meninggalkan perkarangan sekolah.

Lama-lama bosan aku menonton jalanan yang sepi sunyi, tampaknya hujan mengusir para penduduk bumi. Sekarang sudah mulai reda, sih, tapi jalanan terlihat becek.

Ya, aku dan Sora memilih untuk istirahat setelah cukup lama bercakap-cakap, lumayan menguras tenaga dan batin juga ternyata.

Sora juga masih perlu mempertahankan staminanya agar tetap stabil untuk berjaga-jaga, hanya tebakanku saja, sih, jadi lebih baik kami sudahi dulu obrolan kami.

Lagipula, aku mulai kehabisan pembahasan. Tunggu aku menyetok ulang topik yang lebih bervariasi lagi, baru nanti lanjutkan interaksi.

Ah, aku juga langsung hubungi dan kabari orang rumah, memberitahu mereka kalau aku tidak langsung pulang. Kubilang saja ada teman yang minta diajari pelajaran yang tak dimengerti, soalnya memang benar, kan?

Untuk apalagi Zofan memerlukan kemampuanku selain pelajaran atau yang berbau perhitungan? Toh, sejauh ini aku hanya gunakan kemampuanku itu untuk subjek pelajaran.

Sayup-sayup aku sempat menguping, mendengar Zofan dan Sora bicara serius tentang kertas tebal yang katanya sudah lapuk dengan tulisan-tulisan asing yang belum pernah mereka lihat semasa hidup, seperti apa itu?

Aku dengar ada banyak angka-angka juga yang di sela tulisannya, mungkin karena itu Zofan membutuhkanku. Sudah kubilang, ini pasti seputar perhitungan.

Dipikir-pikir, cepat juga Zofan dan Sora dekat, sampai bisa saling percaya tentang urusan pribadi.

Yah, aku pun heran dengan mereka yang tiba-tiba mempercayaiku untuk masalah yang katanya serius ini.

Tapi tidak terlalu heran juga.

Dilihat dari bagaimana Zofan seperti putus asa di pertemuan kami beberapa waktu lalu, serta yang katanya tak tahu harus mencari bantuan ke mana lagi selain padaku yang, katanya lagi, kebetulan dia kenal dan yang dia yakini bisa atasi masalahnya, jelas dia terpaksa menyeretku ke dalam urusannya ini.

Meminta pertolonganku pun karena pasrah dan merasa sudah tidak ada pilihan lain, belum lagi dia pakai acara mau mengancamku yang dia pikir akan berhasil. Ada-ada saja.

"Cukup, kan, waktu yang kuberi untuk kalian bermesraan?" hardik Zofan selagi menghentikan laju mobilnya. Dia memposisikan mobil di bawah pohon rindang sebelum mematikan mesin, "kita sudah sampai."

Arah bola matanya sempat singgah di kaca spion seperti mengabsen kami yang duduk di belakang, lalu kemudian ia mempersiapkan diri untuk beranjak keluar dari mobil, memastikan dulu kalau keadaan mobilnya sudah benar-benar aman dalam kendali.

Ia juga sempatkan menggerutu seperti, "menyesal juga kubawa Sora, kalian benar-benar mengabaikanku. Aku ini tak kelihatan, kah, di mata bulat kalian itu?"

Pasti mulutnya itu gatal-gatal kalau dibiarkan diam sedetik saja.

Selebihnya aku hanya sempat mendengar bisikan terakhir yang hampir tenggelam dari celah bibir Zofan saat kami hendak menyusul turun dari mobil, "cocok, lah, kalian berdua."

Ungkapan yang ini, mana berhak aku protes? Itu pendapatnya, akan kuterima dengan sukarela dan lapang dada.

...

Bersambung

1
Avocado Juice🥑🥑
Luar biasa kisahnya
Jwasawa | jvvasawa: Huhu terima kasih banyaak sudah luangin waktu membaca Peluang Pulih! 🥺💛
total 1 replies
Aishi OwO
Mantap, gak bisa berhenti baca
Jwasawa | jvvasawa: Waaaa terima kasih banyak! Semoga betah terus bacanyaa. /Whimper//Heart/
total 1 replies
Tsuyuri
Thor, tolong update secepatnya ya! Gak sabar nunggu!
Jwasawa | jvvasawa: Aaaa terima kasih banyak dukungannya! 🥺 akan aku usahakan! ♡♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!