NovelToon NovelToon
Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Obsesi / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author:

Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.

Bab 12 - Luka yang Saling Bertaut

Mansion itu terasa lebih sunyi daripada biasanya. Hujan turun dengan ritme lembut, menari di atas kaca jendela besar, menciptakan simfoni yang meresap ke dalam relung hati yang paling sepi. Lampu gantung berkerlap-kerlip lembut, memantulkan cahaya keemasan di dinding marmer, sementara aroma kayu manis samar menyatu dengan udara malam.

Marco berdiri diam di dekat rak buku. Kemeja putihnya basah di bagian kerah, rambutnya masih lembap seolah baru saja tersiram hujan. Ada ketampanan yang dingin di wajahnya, ketampanan yang membawa bekas luka dari masa lalu yang tak pernah benar-benar sembuh.

Adegan panas nya tadi siang dengan Althea menari-nari dikepala nya ,entah mengapa ia suka sekali melakukan pemaksaan terhadap Althea. Padahal selama ini ,ia selalu dengan mudah nya memilih Wanita untuk dijadikan partner ranjangnya.

Tapi tidak dengan Althea Shafira. Hanya dia wanita yang menolak nya ,bahkan memberontak keras ,dan itu membuat Marco justru tidak sabar dan tak terkendali. Tubuhnya selalu bereaksi lebih jika bersentuhan dengan kulit sehalus sutra milik Althea.

Bayangan wajah cantik Althea yang memohon dilepaskan ,juga isak tangisnya ,lenguhan dan desahnya justru membuat jiwa lelaki Marco semakin tertantang untuk selalu menyerangnya. Bahkan hanya karena adiknya menyapa nya ,dia merenggut paksa keperawanan nya.

ini Gila ,kamu membuat ku merubah haluan Althea. Gumam Marco dalam hati.

Ada senyum membentuk seringai di bibir Marco kala mengingat itu semua ,membuat gelenyar aneh ditubuhnya.

Pukul 20.10.

Pintu ruang kerjanya diketuk perlahan.

Reno masuk dengan dua berkas di tangan. Ia menunduk hormat dan meletakkannya di atas meja kerja.

“Tuan,” ucapnya tenang. “Dokumen untuk pengesahan kontrak pernikahan dan properti bersama sudah ditandatangani oleh pihak notaris. Termasuk pengawasan atas gerak-gerik Tuan Luke. Semuanya sudah sesuai rencana.”

Marco mengangguk tanpa menoleh. Matanya masih terpaku pada jendela yang basah. “Dua hari lagi... aku akan menikahinya. Pastikan tidak ada yang mengganggu hari itu.”

“Baik, Tuan. Saya undur diri.”

Tak lama setelah Reno pergi, seorang pelayan perempuan mengetuk pintu pelan.

“Tuan, Nona Althea sudah bangun. Ia menanyakan Anda.”

Marco menoleh. Sekilas ada kekhawatiran melintas di wajahnya, karena tadi dia menyerangnya dengan sangat brutal ,tapi itu hanya sekejap.

“Siapkan makan malam untuknya. Antar ke kamar satu jam lagi. Aku akan menemuinya,sekarang.” Ucap Marco singkat sebelum melangkah ke lift pribadi yang tersembunyi di balik dinding rak.

Lift itu membawanya langsung ke lantai atas, ke kamar pribadinya ,tempat di mana luka dan kejujuran bertemu, tempat di mana hatinya mulai luluh oleh satu nama ,Althea.

---

Pintu kamar terbuka pelan.

Althea duduk di tepi ranjang, diam dan anggun dalam balutan gaun tidur sutra berwarna lembayung gelap. Kulitnya tampak seperti porselen yang disinari cahaya redup dari lampu di nakas. Rambutnya sudah disisir rapi oleh pelayan, meski wajahnya tetap tampak lelah.

Ia menoleh. Mata itu... menyimpan ratusan pertanyaan dan tangis yang tertahan.

Marco berhenti beberapa langkah dari ranjang. Beberapa detik hening. Mereka saling menatap dalam diam.

“Aku tidak pernah punya keluarga yang utuh,” ucap Marco akhirnya. Suaranya berat, tenang... tapi ada retakan samar di ujungnya. “Ayahku meninggal saat aku remaja. Dan ibuku... menikah lagi hanya tiga bulan setelahnya.”

Althea hanya diam. Tapi di balik ketenangannya, dadanya berdesir.

“Ayah tiriku memperlakukanku seperti peliharaan tak berharga ,seperti sampah. Ibuku memilih diam, karena dia bergantung pada pria itu.” Marco melangkah ke balkon kaca, lalu membuka jendela. Hujan membasahi udara, menyapu wajahnya dengan dingin.

“Aku tumbuh... dengan dendam. Dengan amarah. Aku bangun perusahaan ini dengan satu tekad ,tidak akan ada lagi yang bisa memperlakukan aku seperti dulu.”

Ia menoleh, sorot matanya seperti malam yang dipenuhi badai.

“Tapi sejak kau datang... semuanya berubah. Runtuh.”

Althea mengernyit. “Runtuh?”

Marco mengangguk pelan. “Karena kau... membuatku untuk menjadi baik. Dan itu menakutkan.”

Ia mendekat, berhenti tepat di hadapan Althea. Wajah mereka kini hanya berjarak sejengkal.

“Aku tidak tahu bagaimana mencintai... tanpa mengendalikan. Itu satu-satunya cara yang aku kenal.”

Althea mengangkat wajahnya, matanya mulai basah.

“Lalu kenapa kau memilihku?” tanyanya lirih.

Marco mengembuskan napas. “Karena kau satu-satunya yang tidak tunduk... tapi juga tidak pernah benar-benar pergi.”

---

Hening kembali menyelimuti kamar luas itu.

Lalu perlahan, Marco mulai membuka kancing kemejanya. Satu demi satu ,gerakannya tenang, seolah melepaskan lapisan demi lapisan masa lalu yang terkubur.

Ketika kain itu jatuh dari pundaknya, Althea terkesiap.

Di punggung Marco... ada bekas luka panjang, menyilang kasar seperti jejak cambuk. Luka lama, yang tak hanya menorehkan rasa sakit di kulit, tapi juga di jiwa.

“Aku tidak malu,” bisiknya. “Tapi aku juga tidak pernah mengizinkan siapa pun melihat ini... kecuali kau.”

Althea mendekat, tangannya terulur ragu. Jemarinya menyentuh bekas luka itu perlahan, seolah menyentuh sejarah yang tak pernah ia bayangkan.

“Aku tidak pernah membiarkan siapa pun dekat denganku,” lanjut Marco. “Tapi kau... kau pelan-pelan membuka ruang yang bahkan aku sendiri takut untuk melihatnya.”

Althea meletakkan tangannya di dadanya yang berdebar. “Aku juga punya luka, Marco. Aku juga pernah hancur. Aku bukan wanita yang sempurna.”

Marco menatapnya lekat-lekat. “Justru karena itu... kita bisa saling mengerti.”

---

Seolah ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, mereka saling mendekat.

Marco mencium Althea. Tapi kali ini bukan ciuman yang memburu. Bukan ciuman karena hasrat. Ini adalah ciuman yang pelan... penuh perasaan. Seperti sungai tenang yang menyimpan kedalaman, yang menghanyutkan tanpa permisi.

Jemarinya menyentuh tengkuk Althea, sementara tangan Althea menyentuh wajah pria itu. Tidak ada perlawanan dari Althea ,hanya keikhlasan dalam pelukannya, kelelahan dalam kebisuan mereka. Althea tahu, melawan pun tak akan mengubah apa pun.

Ia membiarkan dirinya larut dalam keheningan dan pelukan kali ini.

---

Setelah sekian waktu, pelukan mereka terlepas.

Althea masih menutup mata nafasnya lembut.

Marco mengusap pipi Althea dengan lembut.

“Jangan pernah pergi ,apalagi meminta aku untuk melepaskanmu.”

Althea menggigit bibir. “Aku takut... kehilangan diriku sendiri di sisimu.”

Marco memeluknya, lebih erat dari sebelumnya. Pelukan yang dalam... seperti dua jiwa yang akhirnya menemukan rumah.

Untuk sesaat, luka-luka mereka saling menyembuhkan.

---

Namun tak lama kemudian, sebuah ketukan di pintu membuat Marco menoleh.

Ia berjalan ke arah pintu. Tepat saat itu, pandangan Althea tertuju pada meja kecil di samping tempat tidur.

Ponsel Marco menyala.

Notifikasi muncul begitu saja di layar kuncinya.

📩 Patricia: “Aku akan kembali, kita masih harus membahas hubungan kita ,Marco.”

Tubuh Althea seketika membeku.

Darahnya serasa berhenti mengalir. Jari-jarinya gemetar di balik selimut.

“Patricia...” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk menusuk ruang damai yang baru saja mereka ciptakan.

---

Apakah luka lama Marco benar-benar sudah berakhir?

Atau... babak baru dari luka yang lain akan segera dimulai?

Selamat malam Kak ,jangan lupa tinggalkan jejak yaa ditiap bab nya.. Happy reading ♥️🥰

1
ISIMPFORMITSUKI
Mantap jiwaa!
Thảo nguyên đỏ
Gemesin banget karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!