NovelToon NovelToon
JANGAN KE SANA!

JANGAN KE SANA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: DENI TINT

DILARANG KERAS PLAGIARISME!

Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 - PERJALANAN

Caca menyetir mobil milik Aruni dengan kecepatan santai. Jalanan cukup ramai, bahkan sesekali mereka harus terjebak macet di beberapa titik. Cuaca sejak berangkat tadi cukup cerah bahkan cenderung panas, namun dinginnya AC di dalam mobil membuat perjalanan tetap nyaman.

Keceriaan dan keseruan tergambar jelas dari wajah mereka bertiga. Sepanjang jalan, suasana dipenuhi obrolan hangat dan canda tawa. Aruni dengan guyonan dan gaya genitnya, Bella dengan komentar rasional dan kritisnya, serta Caca yang lebih tenang menjadi penyeimbang di antara keduanya. Tiga karakter berbeda, namun tak terpisahkan seperti tiga kutub magnet yang saling melengkapi.

Tak terasa, sudah lebih dari tiga jam mereka menempuh perjalanan. Cukup melelahkan bagi Caca. Ia pun membelokkan setir ke arah sebuah pom bensin indikator bahan bakar sudah turun mendekati garis merah.

“Ar, lo mau ke toilet nggak?” tanya Caca, nada suaranya santai, tapi mengisyaratkan agar Aruni tak lupa ke kamar kecil sebelum perjalanan berlanjut.

“Iya nih...” jawab Aruni sambil melepas seat belt. Ia menoleh ke belakang. “Lo mau ke toilet juga nggak?” tanyanya pada Bella.

“Iya deh, daripada gue kebelet nanti di tengah jalan.” Bella ikut keluar, menyusul Aruni menuju bangunan toilet di sisi kiri pom bensin. Sementara itu, Caca tetap duduk di balik setir, menunggu giliran untuk mengisi bensin.

Sesaat, Caca melamun. Pikirannya melayang pada kejadian semalam saat ia tiba-tiba terbangun di tengah malam dan mengalami sesuatu yang tak bisa ia cerna dengan akal sehat. Keinginan untuk menceritakan hal itu kepada Aruni dan Bella sempat muncul, namun ia memilih diam. Ia tak ingin merusak momen bahagia ini hanya karena sesuatu yang belum tentu nyata.

Di sisi lain, Bella yang tengah menunggu giliran masuk ke toilet juga memikirkan hal yang sama, tentang kejadian semalam yang ia alami. Sesuatu yang mungkin hanya ilusi, namun terasa nyata. Ia pun ingin membicarakannya dengan Aruni dan Caca, tapi logikanya berkata lain. Itu pasti cuma bayangan, pikirnya.

Sementara itu, di dalam toilet, Aruni yang baru selesai buang air kecil kini berdiri di depan cermin, merapikan sedikit rambutnya. Sebelum keluar untuk bergantian dengan Bella, ia memandangi wajahnya. Lalu, matanya menangkap sesuatu yang aneh. Ada bercak berwarna merah di sudut bibir kanannya.

“Hah? Apaan nih?” gumamnya pelan, mendekatkan wajahnya ke cermin.

Ia mengira itu lipstiknya yang berantakan, mungkin saat berdandan tadi sebelum berangkat. Ia membuka tas kecil di pinggangnya, mengambil selembar tisu. Tapi saat ia kembali menatap cermin, bercak merah itu telah menghilang.

“Loh, kok...” Aruni mengerutkan dahi.

“Perasaan... tadi gue liat warna merah di ujung bibir, kok sekarang nggak ada?” bisiknya pelan.

“Aneh...” gumamnya, lalu menaruh kembali tisu ke dalam tas.

Tok tok tok...

Suara pintu toilet diketuk dari luar.

“Iya, sebentar...” ucap Aruni dari dalam, mengira itu Bella yang menunggu. Ia kembali berdiri di depan cermin, merapikan tali tas di pinggangnya.

Tok tok tok tok tok...

Ketukan itu terdengar lagi, lebih cepat dan lebih mendesak.

“Iya iya... gue udah selesai nih...” jawab Aruni, lalu membuka kunci pintu toilet. Tapi saat ia keluar, Bella tak ada di sana.

Aruni tertegun. Ia yakin betul tadi Bella menunggu di luar. Pandangannya beralih ke toilet sebelah, namun pintunya terbuka lebar. Kosong.

Mungkin Bella sudah keluar duluan dari toilet sebelah, pikirnya, berusaha masuk akal. Tiba-tiba...

“Heh! Lama banget sih lo di dalem? Gue sampe numpang di toilet bapak-bapak warung itu tadi!” Suara Bella datang dari arah samping, membuat Aruni sedikit terkaget. Bella menunjuk ke arah warung di ujung pom bensin.

“Hah? Lo… pipis di sana?” tanya Aruni heran. “Kan di sebelah ada toilet kosong tadi, gue liat sendiri.”

Bella mengerutkan dahi. “Kosong apaan sih Ar? Di toilet sebelah itu ada tulisan ‘Toilet Rusak’. Pintunya juga dikunci. Ngapain gue maksa masuk ke situ?” ucap Bella.

“Rusak?” Aruni semakin heran. “Terus… yang tadi ngetok pintu pas gue masih di dalem, siapa dong?”

Bella mengangkat bahu tanda tak tahu. “Aah… lo ngigo kali. Udah yuk, Caca udah selesai isi bensin tuh! Udah nungguin kita dari tadi!”

Bella menarik tangan Aruni agar segera kembali ke mobil. Aruni menurut, tapi saat melangkah, ia sempat menoleh kembali ke arah bangunan toilet.

Kosong.... Sunyi....

"Ya ampun... Lama banget lo berdua!" ucap Caca yang berdiri di luar mobil, melihat kedua sahabatnya itu baru kembali dari toilet.

"Hehe... Sorry Ca..." jawab Aruni. Bella tanpa menjawab langsung masuk ke kursi belakang.

"Ar, gantian lo yang nyetir ya, pundak gue pegel nih." pinta Caca dan segera disetujui Aruni. Aruni pun masuk ke depan, duduk di kursi kemudi. Dan Caca masuk, duduk di sebelahnya.

Aruni menyalakan starter mesin mobilnya, lalu mulai menginjak pedal gas perlahan. Namun saat ia menoleh kembali ke arah toilet itu, dirinya melihat sosok lelaki tua berdiri di sana.

"Ciiiiitttt...." Aruni menginjak pedal rem mendadak. Membuat Caca dan Bella terkejut. Mobil pun berhenti sebelum keluar dari area pom bensin.

"Aduh!" Caca terkaget sambil menengok ke Aruni. "Ada apa Ar?!"

"Duh! Aruni! Kenapa sih lo?!" tambah Bella sambil memegang jidatnya yang sempat terantuk ke kursi Caca di depannya.

"Itu... ada kakek-kakek di toilet tadi!" tunjuk Aruni ke arah yang dimaksud.

Caca dan Bella menoleh ke arah yang ditunjuk, namun mereka tak melihat apapun di sana.

"Mana sih kakek-kakeknya?! Sadar woy! Lo kurang minum kayaknya deh..." ucap Bella sambil memukul pelan kepala Aruni dari belakang.

"Iya Ar, mana ada kakek-kakek sih? Huft..." tambah Caca sambil menghela nafas.

Aruni yang memperhatikan lebih tajam, berkedip cepat, namun pandangannya seperti tak bisa dipercaya, sosok lelaki tua yang dilihatnya menghilang.

"Loh, iya ya... Kok, gak ada?" ucap Aruni.

"Duh Ar... Lo liatin si bapak penjual di warung itu kali... Kenapa? Ganteng emang?" Bella menimpali dengan candaan, Caca pun tertawa ringan.

"Hahaha... Haha... Aruni seleranya bapak-bapak ternyata... Hahaha..." Caca merasa geli.

"Iiiihhh... Siapa yang suka sama bapak-bapak begitu sih? Lo berdua kali tuh... Ada bakat jadi pelakor!" timpal Aruni agak kesal.

"Sembarangan mulut lo! Gue tabok ya nanti..." jawab Caca.

"Dijahit aja sekalian Ca, biar kaya mahasiswi demo mogok makan! Hahahaha..." tambah Bella sambil tertawa lepas.

"Udah ah, ayo buruan jalan, udah setengah lima sore nih. Kapan mau sampe nanti?" Caca meminta Aruni untuk segera melanjutkan perjalanan. Dan Aruni pun tak lagi menghiraukan sosok yang baru saja dilihatnya di toilet ujung sana.

Mobil pun kembali berjalan. Menyusuri jalanan antar kota yang masih sangat ramai. Karena sekarang adalah waktunya orang-orang pulang dari tempat kerja mereka.

Satu jam kemudian, mobil melaju melewati batas kota, mulai memasuki kawasan ladang persawahan. Suasana sore ini begitu syahdu, dengan sinar matahari yang mulai menguning di langit senja. Menambah indah suasana pemandangan area persawahan padi hijau yang ada di sisi kanan dan kiri jalan.

1
Marta Quispe
Suka banget!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih Kak... Dukung terus ya... ☺️☺️☺️
total 1 replies
Gusti Raihan
Ditunggu kelanjutannya!
Deni Komarullah: Wah... Terima kasih sudah kasih komentar ya Kak... Oh iya, BAB 3 sudah rilis Kak... Selamat membaca ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!