Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 12
Selepas salat Magrib berjamaah di rumah Zayn, Nasya kini sudah berada di meja makan untuk makan malam bersama sang Tante dan calon suaminya. Di sela-sela suapannya, Ibu Zubaidah memulai pembicaraan lebih dulu.
“Zayn, Mama sudah mengatur semua jadwal pernikahanmu dua minggu lagi,” ucapnya tenang.
“Hem... atur saja sesuai keinginan Mama. Zayn ikut saja,” jawab Zayn tanpa ekspresi.
“Hanya tinggal jadwal fitting baju pengantin kalian berdua di butik langganan Mama. Kira-kira kapan kau ada waktu untuk fitting bersama Nasya, Zayn?”
Pertanyaan Ibu Zubaidah membuat Nasya dan Zayn saling berpandangan. Keduanya kompak menghentikan suapan, seolah saling bertanya dalam hati kapan fitting itu akan dilakukan.
“Atur saja semuanya, Mah. Kapan pun, insyaallah Zayn akan menyempatkan waktunya. Bukan begitu, Nasya?” Zayn menoleh meminta persetujuan pada gadis berhijab yang sejak tadi hanya diam menyimak pembicaraan.
Nasya yang ditanya mengangguk pelan. “Iya, insyaallah kapan pun Nasya akan menyempatkan waktunya.”
Ibu Zubaidah hanya menggeleng tipis. Rasanya memang sulit menyatukan dua sejoli yang sama-sama pendiam ini.
“Oke, kalau begitu, besok siang Mama akan mengantar kalian untuk fitting. Kalian harus menyiapkan waktunya.”
“Uhuk... uhuk...”
Zayn mendadak terbatuk, seakan makanannya tersangkut di tenggorokan. Ia tak menyangka ibunya akan menetapkan waktu secepat itu.
“Kau kenapa, Zayn? Pelan-pelan kalau makan,” ujar Ibu Zubaidah sambil menuang air minum dan mengusap punggung putranya dengan lembut.
Nasya yang melihat hanya diam, menghentikan kunyahan. Ia ikut khawatir, tapi tak tahu harus berbuat apa. Setelah lega, Zayn kembali bicara.
“Kenapa harus besok siang, Mah? Kan pernikahannya masih dua minggu lagi?”
“Justru karena dua minggu lagi, jadi semua harus dipersiapkan dari sekarang. Minggu depan Nasya juga harus diberi waktu cuti,” tegas Ibu Zubaidah tanpa menerima penolakan.
Zayn kembali menatap Nasya, meminta persetujuannya. “Bagaimana, Sya? Apa kau bisa menyempatkan waktunya besok?”
Nasya menghentikan gerakan tangannya, lalu mengangguk pelan sembari melirik sang Tante.
“Insyaallah Nasya akan menyempatkan waktunya besok siang. Aku usahakan pekerjaanku selesai sebelum makan siang.”
“Oke, deal. Besok Mama jemput kalian di kantor, jam satu siang.”
Obrolan pun berhenti di situ. Mereka menghabiskan waktu hampir satu jam di meja makan sambil membahas rencana pernikahan. Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Nasya harus pulang.
“Nasya pamit pulang dulu ya, Tante.”
“Apa nggak sebaiknya menginap di sini saja? Sudah malam, loh. Iya kan, Zayn?” Ibu Zubaidah lagi-lagi membuat dua sejoli itu saling pandang.
“Kalau Zayn, terserah Nasya saja, Mah,” sahut Zayn, tetap datar tanpa ingin terlihat terlalu perhatian.
“Nggak apa-apa, Tante. Nasya pulang saja. Besok kan kita ketemu lagi.”
Melihat Nasya tetap pada keputusannya, Ibu Zubaidah hanya mengangguk pasrah. Ia tak ingin memaksa. Setelah berpamitan, Nasya menaiki mobil dan diantar supir pribadi Zayn.
Begitu mobil menghilang di balik gerbang, Ibu Zubaidah menutup pintu rumah. Saat melihat Zayn yang hendak menaiki tangga, ia memanggil putranya.
“Zayn!”
Zayn menghentikan langkah, berbalik menatap ibunya. “Ada apa, Mah?”
“Mau ke mana?” tanya Ibu Zubaidah.
“Ke kamar. Memangnya ada apa?”
“Mama masih ingin bicara sama kamu.”
Zayn menarik napas panjang. Dengan ibunya, ia tak pernah bisa menolak. Akhirnya ia kembali menuruni tangga, menuruti permintaan sang ibu.
---
Keesokan harinya, sesuai janji, Nasya sudah menyelesaikan pekerjaannya sebelum makan siang. Sementara Zayn masih fokus di depan laptop di ruangannya.
Hingga yang ditunggu-tunggu pun datang. Ibu Zubaidah, ditemani asistennya, berjalan menuju ruang CEO perusahaan milik almarhum suaminya. Para karyawan menyapa ramah saat beliau melewati lorong kantor.
Tak lama, mereka sampai di tujuan. Nasya dan Rani segera berdiri memberi salam hormat.
“Selamat siang, Ibu,” sambut Rani ramah.
Nasya melangkah mendekat dan menyalami sang Tante. “Assalamualaikum, Tante.”
“Waalaikumsalam. Zayn ada di dalam?” tanya Ibu Zubaidah tersenyum.
“Ada. Mari, biar Nasya antar,” jawab Nasya.
Ibu Zubaidah mengangguk, mengikuti Nasya ke ruang Zayn.
Tok... tok... tok...
“Masuk!”
Nasya membuka pintu, mempersilakan Ibu Zubaidah masuk lebih dulu. Zayn langsung berdiri menyambut ibunya dengan senyum tipis yang entah kenapa membuat Nasya terpana sejenak.
“Mama... sendirian? Atau sama Mbak Yem?” tanya Zayn.
“Sama Mbak Yem, lah. Masa sendirian?”
Nasya yang merasa tak dibutuhkan memutuskan pamit. “Tante, Nasya keluar dulu, ya?”
“Eh, kenapa keluar? Ayo, siapkan semuanya. Kita berangkat ke butik sekarang. Setelah itu baru makan siang bersama. Tante sudah pesan restoran di sebelah butik.”
Nasya mengangguk dan segera bersiap. Sementara Zayn membereskan laptop dan berkas-berkasnya.
Tak lama, mereka bertiga keluar bersamaan. Rani segera berdiri memberi hormat.
“Meeting jam tiga diundur besok pagi. Hari ini saya ada keperluan penting,” ujar Zayn tegas.
“Baik, Pak. Ada lagi?” tanya Rani.
“Hanya itu. Sampaikan ke Yuda, jam lima sore ada rapat di luar kantor.”
“Siap, Pak. Akan saya sampaikan.”
Zayn kemudian memeluk bahu ibunya, mengajaknya pergi. Mereka bertiga beserta asisten Ibu Zubaidah akhirnya benar-benar meninggalkan kantor, menuju butik langganan keluarga Alfarizi.
...****************...
Haaay para pembaca setiaku... Gimana nih kisah Zayn dan Nasya? Suka nggak sama ceritanya? Kalau suka jangan lupa jempol dan ratingnya yaa...
Maaf ya, Miss Ra cuma bisa kasih up sekali sehari. Soalnya lagi ngurus ibuku yang lagi sakit. Minta doanya semoga cerita Zayn dan Nasya bisa sampai selesai.
Oke selamat malam semuanya, selamat membaca karya terbaruku, semoga berkesan. Iloveu sekebon buat kalian semua.
See you.