Gendis seorang gadis berusia 20 tahun harus rela saat kedua orang tuanya memutuskan menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan berusia 30 tahun bernama Danar. mereka sama sekali belum saling mengenal dan bertemu. tetapi demi baktinya pada kedua orang tuanya Gendis menerima putusan itu.
Sebelum menikah Danar memberitahu Gendis kalau dia menikahi Gendis karena kemauan orang tua Danar,yang ingin Danar menikah dengan gadis baik baik. Danar juga berterus terang pada Gendis kalau dia sudah memiliki kekasih,dan akan tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya itu. Gendis pun akan meminta cerai setelah Danar mencapai tujuannya,tapi Gendis tidak tega dengan Danar dan kedua orang tuanya,karena yakin kekasih Danar bukanlah wanita baik baik. akhirnya Gendis bertahan hanya untuk mengubah Danar menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12 janji yang batal
Gendis keluar kamarnya kemudian menuruni tangga menuju kelantai satu,dia ingin menemui asisten Danar untuk berkenalan dengan mereka,tadi hanya Gendis yang mengenalkan dirinya pada mereka.
"Hai,,boleh saya bergabung disini?" tanya Gendis saat sampai di dapur.
Dua asisten sedikit terperanjat dengan kedatangan Gendis.
"Ehh mbak Gendis" kata satu asisten yang usianya mungkin sekitar 50 tahunan.
"Iya bik,,emm saya ingin kenal dengan bibik berdua" jelas Gendis kemudian.
"Ohhh,,,iya iya mbak,kenalkan nama saya bik Rahmi,dan ini bik Lina" bibik yang bernama Rahmi yang usianya sekitar 50 tahun menyebut namanya dan memperkenalkan bibik yang satu lagi sekalian.
"Ohh,,oke kalau saya tau namanya kan enak buat manggilnya" jelas Gendis kemudian.
"Sepertinya masih sibuk sekali di dapur? sedang siapin apa ?" tanya Gendis masih sedikit kaku .
"Masak menu makan malam,tadi sebelum den Danar dan mbak Gendis datang,ibu den Danar menelpon saya untuk menyiapkan menu makan malam,,orang tua den Danar ingin makan malam di sini bersama den Danar dan mbak Gendis" jelas bik Rahmi detail.
"Ohh begitu,,"
"Boleh saya bantu?" tanya Gendis pelan.
"Tidak usah mbak Gendis,sudah biar kami berdua saja,mbak istirahat saja" bik Rahmi menolak permintaan Gendis. Gendis tersenyum.
"Ya sudah saya bantu yang ringan-ringan saja,saya bantu kupas ini saja ya" Gendis tetap memaksa sambil mengambil kentang yang ada dalam sebuah wadah dan mulai mengupasnya.
Tampak bibik hanya memandangnya tanpa bisa mencegah lagi.
"Gak akan ada yang marahi bibik kok" Gendis seakan tahu dengan perasaan bik Rahmi.
"Itu bukan pekerjaan mbak Gendis,kami buat apa dibayar kalau masih mbak Gendis yang mengerjakan " protes bik Rahmi .
"Saya hanya membantu bik,bukan mengambil alih pekerjaan bibik di sini" jelas Gendis Sambil tersenyum.
"Janji cuman bantu kupas kentang aja kok" kata Gendis akhirnya mengalah.
"Janji ya mbak Gendis" kata bik Rahmi seolah memohon Gendis menepati janjinya .
"Iya bik tenang aja"
"Kalau mbak Gendis sampai masih ikut membantu kami,bisa terancam kami mbak" keluh bik Rahmi lagi sedikit bercanda.
"Kenapa bik?" tanya Gendis bingung.
"Yaa pekerjaan kami sudah mbak kerjakan sendiri jadi kami ngerjain apa dong" jawab bik Rahmi berkelakar.
"Hahaha,,ada-ada saja "
Akhirnya Gendis selesai dengan pekerjaannya,dia menyerahkan kembali pada bik Rahmi untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
"Saya masuk dulu ya bik" pamit Gendis tersenyum.
"Silahkan mbak Gendis"
Gendis menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Di dalam kamar Gendis hanya sibuk dengan ponselnya,hanya bermain game.
Sudah lama Gendis gak berhubungan dengan teman temannya,baik teman sewaktu sekolah atau teman kerjanya dulu. Mereka sudah sibuk masing masing. Jarang ada waktu untuk berkumpul. terkadang Gendis rindu dengan mereka tapi Gendis takut kalau menghubungi mereka,akan mengganggu kegiatan atau kesibukan mereka nanti. Jadilah Gendis seperti orang rumahan yang tidak tahu apa apa.
Gak terasa hari sudah sore. Gendis memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. Sebelumnya dia menjalankan sholat ashar terlebih dulu saat selesai mandi tadi.
Baru selesai sholat Gendis seperti mendengar suara ramai di lantai bawah.
Gendis membuka mukenanya dan bergegas turun kebawah.
Ternyata kedua mertuanya sudah datang dan juga ada beberapa kerabat yang lain.
Gendis segera menyalami kedua mertuanya dan mencium punggung tangan mereka satu persatu.
"Sedang apa tadi nak?" tanya ibu Nungki lembut pada Gendis.
"Selesai sholat Bu" jawab Gendis singkat.
"Bagus sekali nak,,ibu makin sayang jadinya,punya menantu cantik dan rajin sholat juga" ibu Nungki memuji dan bagi Gendis sebenarnya itu sangat berlebihan.
"Nih ibu bawa rombongan,,katanya pengen kenalan sama kamu. Kebetulan sewaktu kamu menikah kemarin mereka gak bisa datang"
Gendis tersenyum pada para tamu yang dibawa oleh mertuanya itu.
"Mereka kerabat ayah Danar" jelas ibu mertuanya lagi.
Gendis menyalami para tamu itu satu persatu.
"Danar di mana nak?" tanya pak Suryo
"Ada di dalam kamar yah" jawab Gendis.
"Sebentar saya panggilkan mas Danar" pamit Gendis kemudian bergegas menuju kekamar Danar.
Perlahan gendis mengetuk pintu kamar Danar.
"Mas buka,,ada ayah dan ibumu datang,juga kerabat ayah mas" jelas Gendis sedikit keras dari balik pintu kamar.
"Mass,," panggil Gendis lagi dengan terus mengetuk pintu kamar Danar.
Gak lama pintu terbuka,terlihat danar seperti orang yang baru bangun tidur.
"Ada apa sih?" tanya Danar kesal.
"Ada orang tuamu mas di bawah,barusan datang" jelas Gendis.
"Mau ngapain?" tanya Danar bingung.
"Ya berkunjung lah mas,kok mau ngapain?. Ada kerabat kamu juga kok"
"Mau ngapain sih,,dateng gak kabarin dulu" gerutu Danar
"Ibu tadi kabarin bik Rahmi,pagi tadi sebelum kita sampai,dan berencana makan malam di sini sama kita"
"Hahhhhhh,,," Danar tampak terkejut.
"Kenapa sih mas? Kamu ini di datangin orang tua kok begitu sikapnya" tanya Gendis merasa aneh dengan sikap Danar yang seperti gak suka dengan kedatangan orang tuanya itu.
"Bukan begitu,,,aku itu sudah janjian ketemu sama Lalita malam ini,,duhhh kenapa mereka datang gak kompromi dulu"
"Yaa jangan salahkan mereka,kan mereka datang niat bersilaturahmi,kebetulan hari ini memang kita akan kemari kan"
"Kamu juga kenapa baru bilang sekarang sih?" Danar menyalahkan Gendis.
"Seenaknya kan nyalahin aku,,aku aja baru tau mas,,bik Rahmi yang bilang,dan tau-tau mereka sudah datang,aku pikir juga nanti malam datangnya" jelas Gendis kesal karena disalahkan oleh Danar seenaknya.
"Kamu harus bantu aku,terserah gimana caranya,malam ini aku gak bisa ikut makan malam,bilang saja aku ada urusan atau apa" Danar merengek pada Gendis.
Enggak,,,,kamu ajak aku berbohong terus sama orang tua mas,aku gak mau. Itu urusanmu,urus saja sendiri" jawab Gendis tegas,kali ini dia gak ingin menolong Danar lagi dalam kebohongan.
"Gendis,," Danar membentak gendis.
"Bentak saja aku mas,yang lebih keras biar orang tuamu dengar sekalian" ancam Gendis.
"Hhhhhhh,,," Danar menghela nafas kesal kemudian masuk kekamarnya lagi dan menutupnya.
"Enak saja,aku disuruh ikut permainan liciknya terus" gerutu Gendis sambil berlalu dari depan kamar Danar dan menuju kelantai bawah menemui keluarga Danar.
"Mana Danar nak?" tanya ibu kemudian.
"Lagi mandi Bu,tadi agak susah membangunkan mas Danar" jawab Gendis sedikit berbohong. Hmmm padahal dia gak mau menolong Danar dalam kebohongan tapi tetap saja sekarang dia berbohong lagi.
Danar membuatnya terperangkap dalam permainan menyebalkan ini.
"Ibu,,saya bantu bik Rahmi dulu buat siapkan makan dimeja" pamit Gendis.
"Duhh disini saja nak,gak usah ikut sibuk ngurusin urusan dapur"
"Tapi gak enak saja Bu kalau saya cuman duduk- duduk dari tadi"
"Kamu itu nyonya di sini Gendis,gak usah merasa gak nyaman"
Gendis tersenyum berat,ternyata ibu mertuanya pun melarangnya untuk melakukan hal-hal yang sudah dikerjakan para asisten.
Waktu makan malam akhirnya tiba,hidangan sudah tersedia dengan rapi di atas meja. Begitu banyak menu yang disediakan di sana,bingung rasanya harus memilih makanan yang mana.
Danar turun dari lantai atas dan bergabung dengan keluarganya. Wajahnya tampak kusut tapi berusaha disembunyikan. Gendis tahu Danar sangat kesal,yang pasti kesal padanya juga karena gak mau membantunya untuk melancarkan urusannya demi bertemu kekasihnya.
"Kenapa baru turun Danar?" tanya Ayahnya.
"Tadi agak sakit kepala yah" Danar beralasan.
Gendis tahu Danar berbohong lagi.
"Mari kita makan" ayah Danar memulai untuk mempersilahkan para tamu makan.
Acara makan malam berjalan santai dan ceria. keluarga Danar tampak menyukai Gendis.
"Danar lihatlah istrimu ini,,Tante suka sekali. Sama seperti ibumu baru melihat saja sudah langsung suka,jatuh cinta pada pandangan pertama pokoknya" celetuk Tante Erna adik ayahnya sambil tersenyum. kemudian riuh tawa terdengar di ruangan itu mentertawakan pernyataan Tante tadi.
"Tuhh benerkan aku gak bohong" ibu Nungki merasa pernyataannya waktu itu memang benar.
"Pokoknya lihat gendis itu seperti merasa jatuh cinta pada pandangan pertama" seloroh ibu Nungki lagi .
Gendis hanya bisa tersenyum malu mendengar pujian yang keluar dari para kerabat Danar.
"Tante inget sama mantan kamu itu,siapa? Si Lalita? Tante sudah pernah bilang kamu gak akan baik kalau menikah sama dia,dan syukurlah memang gak jadi sama dia" kata Tante Erna lagi menyebut nama Lalita.
"Hemmm,,bukan mantan tapi masih berhubungan sampai sekarang " gumam Gendis dalam hatinya.
"Pokoknya kalau orang tua sudah bilang tidak ya tidak,terus kalau orang tua melihat langsung suka dan kagum itu sudah pasti baik" jelas Tante Erna lagi dan diangguki oleh orang tua Danar dan keluarga lainnya tanda setuju.
"Ibu sangat menyukai nak Gendis Danar,ada sesuatu yang gak bisa ibu gambarkan tentang Gendis ini. Dari awal melihat rasanya sudah berbeda,jadi ibu mohon jangan kamu sia-siakan dia,apalagi Gendis pilihanmu kan? " ibu memberi nasehat pada Danar.
Wajah Danar tampak pias saat mendengar ceramah dari ibu dan keluarganya.
Orang tua Danar dan keluarganya berpamitan saat sudah hampir larut malam. Gendis dan Danar mengantar sampai di teras rumah.
Gendis dan Danar menatap kepergian mereka sampai hilang dipandangan.
Saat masuk kedalam Gendis melihat ruangan makan sudah dibereskan oleh bik Rahmi dan bik Lina.
Gendis menuju kamarnya,tapi Danar menghadangnya ditangga atas terakhir.
"Apa apan sih mas?" hardik Gendis kesal.
"Bangga ya jadi pusat perhatian orang tua dan keluargaku?" tuduh Danar
"Mas iri ya?" Gendis justru meledek Danar .
"Buat apa iri,,aku gak suka kamu mengambil tempat Lalita,harusnya Lalita yang mendapat pujian seperti itu"
"Masss,,kamu itu kalau ngomong yang bener aja,berulangkali aku bilang ini bukan kemauanku,tapi kamu,kenapa sekarang kamu selalu menyalahkan dan menyudutkanku? " kata Gendis sedikit keras karena kesal selalu disalahkan oleh danar.
"Aneh kamu itu" kata Gendis lagi.
"Jangan suka melampiaskan kemarahan pada orang yang gak ngerti apa apa mas"
"Kamu juga kenapa tadi gak mau menolongku?,harusnya aku bisa menemui Lalita malam ini" Danar mencari kesalahan Gendis yang lainnya lagi.
"Aku gak mau,,aku harus ikuti permainanmu enak aja"
"Aku gak perduli kamu tetap berhubungan dengan pacarmu itu,tapi jangan libatkan aku"
"Gak cukupkah aku menolongmu dengan mau menikah denganmu,hanya karena warisan? itu juga dari awal sudah membohongi orang tuamu,dengan mengatakan aku ini pacar kamu"
"Untung saja orang tuamu menyukaiku dari awal,kalau tidak mungkin aku akan mendapatkan hinaan atau cacian dari mereka" jelas Gendis panjang dengan emosi yang mulai meluap.
Kemudian Gendis merangsek pada Danar untuk melewatinya dan berhasil membuat Danar menyingkir. Gendis pun langsung masuk kedalam kamar dan menutupnya keras,dia gak perduli kalau Danar akan semakin marah padanya .