Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata dia
Ditengah suasana panas terik yang cukup menyengat, Ayesha berjalan dengan tujuan mencari kontrakan. Berbekal uang sedikit, ia mesti berhemat dan mencari kontrakan yang murah untuk bisa Ayesha tempati.
Ayesha harus bisa bertahan hidup meskipun tidak ada Bahri lagi yang menyemangatinya.
Lelah, itulah yang dirasakan Ayesha. Sudah lima kontrakan Ayesha temui namun tidak ada harga yang cocok dan sesuai dengan isi dompetnya.
Ayesha bingung, pikirannya seketika kacau. Ingin mengadu tapi mengadu kepada siapa? Sanak saudara pun sekarang, sepertinya Ayesha tidak punya.
Ayesha menatap langit yang sepertinya akan beranjak gelap. "Astaghfirullah, aku harus kemana? Tidak mungkin, aku tidur dijalanan malam ini." Ayesha semakin tidak karuan, apalagi melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
~
Pelan-pelan mata itu terbuka. Menatap langit-langit putih yang menjadi pemandangan pertama Ayesha setelah membuka matanya.
Ayesha terkejut dan dengan segera bangkit. Disingkirkan selimut yang menyelimuti tubuhnya, ternyata pakaiannya masih utuh. Ayesha merasa lega, ternyata ia diselamatkan oleh seseorang. Tapi siapakah seseorang yang menyelamatkan dirinya, pasalnya ia sudah tidak sadarkan diri dan tahu-tahunya sudah berada di kamar yang Ayesha tempati sekarang.
Seorang lelaki, keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di pinggangnya. Ayesha seketika terkejut dan berteriak.
"Kenapa kau ada di kamar ini?" Ayesha sepertinya lupa bahwa ia sedang berada didalam apartemen milik lelaki itu.
Ayesha menutup matanya dan tidak berani menatap tubuh jangkung lelaki dengan balutan handuk di pinggangnya.
Lelaki itu, malah berjalan menghampiri Ayesha. Padahal Ayesha sudah sangat ketakutan.
"Kau mau apa? jangan dekati aku ...! Ketakutannya luar biasa, pikiran Ayesha sudah berkelana kemana-mana. Entahlah, seketika pikiran buruk menghampirinya. Tangan Ayesha sudah gemetaran. Namun lelaki itu sepertinya samar-samar tersenyum melihat reaksi Ayesha yang ketakutan.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Kenapa aku berada disini?" Ayesha malah mengalihkan pertanyaan yang di lontarkan Azlan. Sungguh Ayesha penasaran, kenapa bisa Azlan yang menyelamatkannya?
Azlan bukannya menjawab, malah beringsut pergi dari hadapan Ayesha. Ayesha yang semakin penasaran malah ikut menyusul Azlan ke ruangan walk in closet.
"Ah ..." Ayesha memekik ketakutan, melihat pemadangan yang ada di hadapannya. Ayesha menutup kedua matanya dengan bantuan kedua tangannya. Sungguh, diumurnya yang sekarang baru kali ini Ayesha melihatnya dengan nyata.
Pipi Ayesha memerah menahan malu, harusnya Ayesha tidak mengikuti Azlan keruangan ini.
Azlan menatap ke arah Ayesha, kenapa wanita itu malah masuk keruangan ini. Padahal sudah jelas, Azlan mau memakai bajunya.
"Apa yang kau lakukan disana? Dan kenapa kau malah menyusulku? Jangan kau pikir setelah aku menyelamatkan dirimu, aku bakal menyentuhmu. Jangan harap ...!" Azlan berucap dingin, membuat Ayesha terpana akan kata-kata yang diucapkan Azlan barusan. Tidak terasa air mata yang ia tahan pun menetes juga di wajah cantik Ayesha. Ayesha dengan segera menyeka air mata yang membasahi pipinya, ia tidak ingin Azlan mengetahuinya dan menganggap ia lemah.
"Apakah aku semurahan itu ...?" Ayesha mempertanyakan dirinya sendiri.
Azlan telah selesai berganti pakaian, ia dengan segera keluar menuju arah dapur. Hari ini Azlan akan membuatkan sarapan untuk dirinya dan Ayesha.
Azlan menatap ke arah Ayesha, yang baru saja keluar dari kamar apartemennya sepertinya Ayesha sudah mandi dan berganti pakaian.
Ayesha yang masih sakit hati dengan ucapan Azlan tadi, malah tidak ingin berpamitan dan malah keluar dengan menggeret koper miliknya. Azlan tidak peduli dan malah membiarkan Ayesha pergi begitu saja.
Ayesha sudah didepan pintu keluar. Namun ia bingung bagaimana cara membuka pintu tersebut.
Sudah berbagai cara Ayesha lakukan agar bisa keluar. Namun pintu tidak kunjung terbuka. Ayesha merutuki kebodohannya yang sangat kampungan.
"Bagaimana ini?" Ayesha malu jikalau meminta tolong ke Azlan.
Ayesha duduk termenung yang tidak tahu harus melakukan apa? Dan lebih sialnya lagi, perutnya malah keroncongan dan meminta untuk diisi. Untuk meminta makanan kepada Azlan pun tidak mungkin, Ayesha merasa malu untuk melakukannya.
Azlan yang sedang berada diruang kerjanya tersenyum menatap ke arah CCTV yang menampilkan Ayesha. Tentu Ayesha tidak akan bisa keluar dari apartemennya, kecuali melalui akses card yang dipegang Azlan.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha