NovelToon NovelToon
Di Ujung Asa

Di Ujung Asa

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Baim

Amira wanita cantik itu, menatap suaminya dengan perasaan yang sulit di artikan. bagaimana tidak, dua tahun yang lalu, dia melepaskan kepergian Andika untuk bekerja ke kota, dengan harapan perekonomian rumah tangga mereka akan lebih mapan, keluar dari kemiskinan. tapi harapan itu hanyalah angan-angan kosong. suami yang begitu di cintanya, suami yang setiap malam selalu di ucapkan dalam sujudnya, telah mengkhianatinya, menusuknya tanpa berdarah. bagaimana Amira menghadapi pengkhianatan suaminya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari bos dimana tempat Andika bekerja? ikuti yuk lika-liku kehidupan Amira beserta buah hatinya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Baim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

      Amira cuma menunduk. Lagi-lagi dia merasa malu dengan kebaikan kedua orang tua, tetangganya itu.

       "Makasih atas kebaikan Bapak sama Ibu pada aku selama ini."Ucap Amira, terisak.

        "Aku tidak tau hidupku seperti apa, kalau tidak ada Bapak sama Ibu. Mungkin aku tidak bisa membalas kebaikan Bapak sama Ibu. Tapi Allah yang akan membalas semua budi baik Bapak sama Ibu."

       Amira menangis tersedu-sedu di tempat duduknya.

       "Sudahlah nak. Kita sesama manusia sudah sepatutnya saling membantu. Jangan dipikirkan. Sekarang bawa masuk anakmu. Lihat tuh, dia sudah tidur. Kamu juga harus istirahat, kalau kamu sakit siapa yang menjaga anakmu. Besok baru kita bahas lagi. Bapak juga sudah ngantuk, ayo Bu, kita tidur!"Ucap Pak Slamet pada Amira. Lalu mengajak istrinya untuk tidur. Sebagai alasan agar Amira segera beristirahat. Karena Pak Slamet bisa melihat, ada raut kelelahan di wajah wanita malang itu.

      "Ayo nak..bawah anakmu masuk kamar. Biar kalian istirahat."Bu Sinta memberi Alif yang sudah tertidur, kepada Amira. Masih dengan menahan sisa-sisa tangisnya, Amira mengambil anaknya dari Bu Sinta.

      "Oh ya..kamu dan Alif sudah makan?"Tanya Bu Sinta, setelah Alif berpindah tangan.

      "Alhamdulillah sudah Bu."

       "Amira, jangan bilang kalau kalian makan dari rumah Ibu sore tadi."

      Amira cuma diam, menatap Bu Sinta. Sedangkan Bu Sinta menggelengkan kepalanya perlahan.

        "Masuk dulu, tidurkan Alif di kamar, habis itu, kamu segera makan. Di atas meja cuma ada ikan goreng, tempe sama tahu sama sambal. Sayurnya Ibu masukin kulkas. Kalau kamu mau makan, nanti di panasin sebentar. Ibu minta anggap seperti rumah sendiri, kami orang tua kamu."

     "Iya Bu, makasih banyak."

      "Sama-sama..nak."

      "Romy."Panggil Bu Sinta pelan, takut suaranya mengganggu tidur Alif.

       Romy yang sedari tadi terlihat diam di tempat duduknya, karena sedang asik dengan handphonenya, segera mengangkat wajahnya.

      "Iya Bu..ada apa?"

      "Ini...tolongin bawakan tasnya Mbakmu masuk kamar!"Kata Bu Sinta, menunjukkan sebuah tas pakaian, yang tergeletak di atas lantai dekat Amira.

        "Udah Bu jangan, biar aku saja yang bawah masuk. Nggak usah Rom, biar Mbak saja yang bawah masuk."Tolak Amira benar-benar tidak enak hati.

        "Nggak papa kok Mbak, sini biar aku saja."

        "Tapi Rom."

         "Sudah, sana masuk. Ingat Mira, setelah itu kamu keluar makan. Kalau Alif terbangun nanti, dia juga harus dikasih makan. Jangan biarkan dia tidur dengan perut kosong sampai pagi."

       "Iya Bu..sekali lagi terima kasih."

       Akhirnya Bu Sinta, berjalan masuk ke kamar tidurnya. Menyusul sang suami yang sudah terlebih dahulu masuk. Sementara Amira juga sudah melangkah mengikuti Romy, yang tengah membawa kan tas pakaiannya masuk ke kamar, yang ada di sebelah kamar Romy. Kamar milik Della, putri sulung Bu Sinta dan Bu Pak Slamet yang sudah menikah dan sekarang tinggal di kota.

       "Makasih ya Rom, maaf sudah merepotkan kamu."

      "Nggak papa kok Mbak, kayak sama siapa saja..aku keluar ya Mbak."

     Amira mengangguk mengiyakan. Setelah itu, dia membaringkan anaknya di atas tempat tidur.

................

     Sepeninggal Romy, Amira membuka tas selempangnya. Dia mengambil HP-nya dari dalam tas.

      "Astaghfirullah..ternyata HP-nya mati."Ucap Amira, setelah tersadar kalau HP-nya tidak bisa di nyalakan, sewaktu dia menekan tombol on. Amira segera mencas HP-nya. Beberapa menit kemudian Amira, menyalakan HP-nya berharap suaminya menghubungi dirinya. Tapi hatinya sangat kecewa. Nyatanya tidak ada panggilan masuk sama sekali.

       "Mas, apa Ibu sudah menghubungimu? Kenapa belum juga meneleponku? Apa kamu marah, karena Ibu sudah menceritakan sesuatu padamu?"Gumam Amira, dengan derai air matanya. Perempuan itu menutup wajahnya. Menahan isak. Dia cuma takut suara tangisnya di dengar oleh pasangan suami istri yang baik hati itu. Hatinya terlalu sakit untuk tidak menangis. Sakit bukan karena di khianati suaminya, tapi sakit karena dizalimi oleh mertuanya sendiri.

      Amira memang sore tadi sengaja tidak masak untuk makan malam mereka. Itu semua sebagai bentuk protesnya pada Ibu mertuanya yang sudah semena-mena terhadap dirinya. Itulah satu kesalahannya, yang mengakibatkan dirinya diusir keluar dari rumah itu.

      Amira mencoba menghubungi suaminya. Akan tetapi, beberapa kali dia menghubungi, HP Andika tidak aktif.

        "Ya Allah..apa yang harus aku lakukan?"

        Amira seketika panik. Tidak biasanya HP suaminya tidak aktif seperti ini. Amira terduduk lemas di atas tempat tidur. Air matanya berderai, bercucuran tidak bisa dicegah.

         Setelah puas dengan tangisnya, Amira keluar dari dalam kamar. Langkah kakinya menuju ruang makan Bu Sinta. Dia mendekati meja makan yang di atasnya di tutupi tudung saji. Perlahan tangan Amira membuka tudung saji itu. Kedua matanya tertuju pada menu makana di atas meja. Dia bisa melihat makan seperti yang di katakan Bu Sinta.

       Amira segera duduk di meja makan. Setelah mengambil piring dari tempatnya. Tanpa sungkan, Amira segera mengambil nasi, beserta lauk yang ada di meja. Terlalu lama menguras emosi dengan mengeluarkan air mata, membuat perut wanita itu, terasa lapar.

................

      Sementara di tempat Andika, di kos-kosan Yanto, Andika duduk termenung. Memikirkan apa yang Ibunya katakan, mengenai Amira.

         Flash back.

       Ponsel Andika berdering, beberapa saat saat dia berada di dalam kos, setelah pulang dari Sholat Isya bersama Yanto.

       "Hallo Bu, Assalamu'alaikum."Salam Andika, begitu tombol hijau HP-nya dia geser. Ternyata yang menelponnya adalah Bu Susi, Ibunya Andika.

     Bukannya mendengar jawaban salam dari Ibunya, Andika malah mendengar suara tangis dari sang Ibu.

. "Ibu..Ibu kenapa."Tanya Andika, terkejut disertai panik. Buka menjawab pertanyaan anaknya, Bu Susi malah menangis lebih kencang.

      "Ibu, ada apa?"Andika mengulangi pertanyaannya. Dia terlihat sangat cemas. Karena selama ini, Ibunya tidak pernah menangis sejak kepergian Ayahnya beberapa tahun silam.

       "Dika...maafkan Ibu nak, Ibu tidak bisa menjaga istrimu. Maafkan Ibu."

      Bu Susi kembali mengeraskan suara tangisnya. Andika terkejut bercampur bingung.

      "Bu, coba Ibu tenang dulu. Maksud Ibu nggak bisa menjaga Amira itu kenapa?"Tanya Andika dengan jantung berdegup kencang.

      "Maafkan Ibu nak."Ada jeda sebentar. Andika menahan napasnya, menunggu lanjutan ucapan Ibunya.

      "Maafkan Ibu, Ibu tidak bisa menjaga istrimu dengan baik, dia...dia...pergi nak, dia...dia...barusan pergi dari rumah ini membawa Alif. Dia marah sama Ibu nak, cuma gara-gara Ibu minta tambahin uang kiriman kamu seratus ribu. dia langsung melempar uang lima ratus ribu ke wajah Ibu, dengan marah-marah."

     Kembali telinga Andika mendengar suara tangis Ibunya. Suara tangisnya Ibunya sangat mengiris hati Andika saat ini. Andika tercekat. Tak mampu bersuara. Dia tahu, selama menikah dengan Amira, Ibunya tidak menyukai istrinya itu. Bahkan sangat membencinya. Tapi bukan berarti Ibunya suka melaporkan perihal kejelekan Ibu dari anaknya itu. Walau dia sendiri tahu kalau Amira tidak pernah membantah, atau memperlakukan Ibunya dengan buruk. Tapi saat ini Ibunya mengatakan kalau Amira melempar uang kirimannya ke wajah Ibu, cuma karena Ibu meminta di tambah uang seratus ribu.

      "Apa Amira melakukan itu?"Batinnya bertanya, seakan tidak ingin percaya.

Bersambung.....

1
tanpa nama
Dsni perannya amira trlalu bodoh, trllu lemah. Udah bener d belain suami, mlah bersikap bodoh.
Jd gmes bcanya bkin emosi

Thor jgn bkin amira jd org bego. Toh itu cm mertua bkn ibu kndungnya
tanpa nama
Smngt nulis kryanya thor😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!