#ruang ajaib
Cinta antara dunia tidak terpisahkan.
Ketika Xiao Kim tersedot melalui mesin cucinya ke era Dinasti kuno, ia bertemu dengan Jenderal Xian yang terluka, 'Dewa Perang' yang kejam.
Dengan berbekal sebotol antibiotik dan cermin yang menunjukkan masa depan, yang tidak sengaja dia bawa ditangannya saat itu, gadis laundry ini menjadi mata rahasia sang jenderal.
Namun, intrik di istana jauh lebih mematikan daripada medan perang. Mampukah seorang gadis dari masa depan melawan ambisi permaisuri dan bangsawan untuk mengamankan kekasihnya dan seluruh kekaisaran, sebelum Mesin Cuci Ajaib itu menariknya kembali untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Jemala petunjuk dan rahasia mata-mata.
"Mengapa... Mengapa Tuan menyangka rekan dekatmu?" tanya Kim, suaranya lemah dan parau. Lei adalah legenda hidup, pahlawan yang berperang bersama Xian selama sepuluh tahun.
"Karena dialah satu-satunya yang mampu membaca sandi militer kita tanpa buku kuno," jawab Xian, menarik Kim ke sudut sayap agar bersandar di dinding kayu dingin. Frustrasi terlihat jelas di wajahnya. "Perang di perbatasan berakhir dengan aneh. Seluruh rute suplai logistik di Timur laut dibaca dengan sempurna oleh pasukan Raja Bong Hua — hal itu mustahil tanpa agen mata-mata di dalam komando saya. Aku dulu meragukan Lin dan yang lain, tetapi keraguan itu kini berpindah sepenuhnya ke Lei."
"Tapi Tuan tidak memiliki bukti fisik," ujar Kim, mencengkeram tangan Xian erat. "Tanpa itu, tidak cukup untuk menjatuhkan Jenderal Agung di depan Kaisar. Jika Kaisar tahu Tuan ragu, dia akan menyimpulkan Tuan sudah kehilangan logika militermu — itu akan menjadi senjata Perdana Menteri Yong."
Xian menghela napas panjang. "Persis. Lei terlalu kuat untuk dituduh tanpa bukti, Kim. Aku membutuhkan sesuatu yang melampaui kecurigaan ini. Jika dia terbukti bersalah, seluruh pertahanan kita runtuh, dan negara berada di ambang krisis. Aku membutuhkan kepandaian anehmu, Gadis Laundry. Bolehkah aku mempercayakan tugas rahasia ini padamu, bukan pada prajurit terbaikku?"
"Jika Tuan berjanji tidak mati terbunuh, maka saya akan membantu," setuju Kim, senyum kecil muncul di bibirnya. Ia yang dulunya hanya Petugas Laundry kini bertransformasi menjadi konsultan intelijen tertinggi Kerajaan Naga Langit — tugas yang jauh lebih agung daripada pekerjaan di bilik M19.
"Bagaimana skemanya? Kami berhadapan dengan hantu, dan hantu itu harus ditaklukkan dengan sihir terbaik," kata Xian, menuntut solusi cepat.
Kim menunduk, meraih kantong pinggangnya yang penuh logistik Abad 21. "Kami tidak menggunakan pedang atau racun, tetapi metode deteksi instan. Di duniaku, ada alat ajaib yang kecil dan tak kasatmata — dapat melihat di kegelapan, mendengarkan di antara debu, dan memantau pergerakan aneh dari jauh melalui 'jemala penunjuk'."
Xian mengernyitkan alisnya. "Jemala penunjuk? Apa bentuknya?"
"Tuan, jemala itu adalah teknologi sensor — kami panggil miniatur camera. Sebuah cermin yang dapat melihat dan merekam segalanya! Jika Lei yang menjual suplai makanan, dia pasti berinteraksi dengan Gudang Utama Persediaan Makanan Militer. Tuan harus memberitahu lokasinya. Aku akan menyembunyikannya di dalam butiran gandum!" jelas Kim. Ide itu terkesan konyol, tetapi video akan memberikan bukti yang tak terbantah.
"Lokasinya di sisi tenggara Kota, dekat Sungai Gwang-Je yang kering — sebuah gudang benteng besar, dipagari ketat oleh tiga lapis pengawal. Hanya aku atau Kaisar yang dapat mengizinkan masuk, bahkan Lei," jelas Xian. Rasa horor kembali meliputnya — gudang itu dijaga untuk mencegah pencuri, tetapi kini mereka perlu menyusupkan sesuatu yang asing di dalamnya.
"Maka saya harus menjadi makhluk tak terlihat malam ini. Hanya perlu masuk dan menyelinapkan artefak ini! Aku perlu kembali ke gudang M19 untuk mengambilnya, Tuan," ujar Kim, pandangannya tegas.
"Kau gila! Gudang itu adalah benteng mutlak! Mereka akan memancungmu jika ketahuan!" Xian menahan bahu Kim. "Apakah perlu Letnan He membukakan jalan? Dia tidak akan setuju menggunakan teknologi gaibmu!"
"Letnan He harus dipandang dengan hormat. Kita tidak boleh mencurigainya. Saya hanya membutuhkan lima menit keheningan absolut. Aku dapat bergerak — punya skalpel di saku. Lima menit di dunia kuno, dan aku dapat melengkapi senjataku dari Abad 21," bisik Kim.
Xian menghela napas berat, mengakui kejeniusan aneh Kim. "Kau akan mengambil risiko hidupmu. Jangan biarkan dirimu ditangkap — jika kau tewas, kerajaan ini runtuh. Kita bergerak sore ini. Aku akan menugaskan He di posisi terjauh, seolah sedang berpatroli."
"Pekerjaan pertamaku sebagai Agen Intelijen Rahasia Kerajaan," Kim menyeringai, menyentakkan tangan Xian. "Saya akan menyiapkan diri."
Kim segera berlari ke sayap tersembunyi, menuju gudang cuci yang ia jadikan Portal Ajaib. Gudang itu sepi dan damai — ia harus bekerja cepat.
"M19, membutuhkan kau sekarang juga!" ujar Kim pada tumpukan kain kotor Abad 21 yang kini terasa lebih mulia daripada istana bangsawan.
Ia masuk ke Ruang Ajaib, bau klorin dan deterjen menyambutnya. Di rak 'Medical & Surveillance Kit', tempat Kim dulu bekerja di sebuah rumah sakit besar di kotanya, Kim meraih lima unit pelacak GPS mikro dengan kemampuan video resolusi tinggi — tidak lebih besar dari biji kacang, bertenaga baterai selama dua minggu.
"Jemala ini sempurna," Kim tersenyum puas, menyembunyikannya di dalam kantong kain sutra kotor yang kecil dan mudah ditempelkan. Ia mengamankannya di korset pinggang yang tersembunyi di balik tunik panjangnya.
Hanya dua menit kemudian, Kim kembali ke gudang Xian. Xian sudah menunggunya dengan pakaian kavaleri penuh. Kim memperlihatkan benda-benda kecil itu.
"Tuan! Jangan menoleh terlalu sering — mereka akan mencurigaimu karena keraguanku! Jemala ini harus diletakkan di tempat terbaik di Gudang — yang paling gelap dan tidak terjamah," kata Kim. Xian terkejut melihat teknologi secanggih ini ada di tangan gadis muda itu.
"Lei akan melakukan rotasi pasokan hari ini — aku curiga itu adalah kesempatan dia menukar gandum murni dengan yang busuk dari Raja Bong Hua. Gudang harus diperiksa," putus Xian, siap untuk pertarungan hidup dan mati.
"Tidak, Jenderal. Saya hanya memerlukan seorang pengawal: Tuan Jenderal! Jangan menyebarkan kejanggalan saya kepada perwira yang loyalitasnya dicurigai. Jika Lei mencurigaimu, kita hanya butuh Tuan dan He berpatroli ke arah berlawanan," ujar Kim. Taktik terbaiknya adalah keheningan total.
Xian merenung — mengirim patroli menjauh justru akan menimbulkan kecurigaan. Tapi dia terbiasa berani. Dia mengangguk, merangkul pinggang Kim di sayap yang kini terasa panas karena konflik.
"Kita bergerak tanpa penjaga! Berjalan dengan tenang. Jika kamu butuh pertarungan, aku yang menjadi ujung pedangmu, Xiao Kim. Engkau yang menentukan senjata utamaku," janji Xian.
Jantung Kim berdebar kencang — berhadapan dengan pertarungan tanpa pengawal Letnan He adalah risiko besar, tetapi itu akan menghilangkan kebocoran intelijen.
"Saya akan bersembunyi di kereta rahasia Tuan," kata Kim, mengambil sarung tangan kulit tipis dari Abad 21. "Gerakan harus sempurna. Malam ini akan menjadi malam paling agung jika Lei akan berkhianat!"
Di sore yang gelap, bau lumpur, arang, dan kuda menyambut mereka. Kereta Xian diparkir jauh dari Gudang Utama Persediaan Militer — area yang biasanya ramai serdadu, kini sepi karena Xian menarik patroli dengan dalih rotasi pos malam. Risiko mereka setinggi puncak gunung batu Dinasti.
"Kau bersembunyi di sana. Jangan bergerak sampai aku tiba di ambang gudang," perintah Xian, mengambil pisau kecilnya ke pinggang zirah. Kim mengikuti dengan langkah kecil, pakaian kerjanya diganti dengan tunik linen kuno agar mudah bergerak — jauh dari citra penyihir laundry yang dituduhkan Lin.
Mereka berjalan beriringan mendekati dinding gudang utama — benteng tinggi dari batu hitam dengan lima lantai, lantai dasar diisi karung gandum yang menjadi nyawa Kerajaan Kedamaian Naga Langit. Dinding berbau besi tua dan kedinginan.
Kim mengambil nafas panjang, menyentuh cermin ajaibnya untuk melihat refleksi gudang yang tertutup. Cermin itu bereaksi cepat: ada bayangan yang menunggu di dalam.
"Jenderal! Berhenti!" bisik Kim kencang. "Ada seseorang yang bergerak di gerbang masuk bawah tanah — menyamar sebagai penjaga biasa."
Xian membeku di ambang pintu masuk bawah tanah yang sepi. "Sangat cermat, Kim. Aku tahu Lei selalu menggunakan penjaga setianya di bawah sumur tua. Itu bukan pencuri, melainkan agen penyergap. Dia akan segera membuka pintu, dan Lei sudah tahu keberadaan kita."
"Tidak, Tuan! Jangan menghadapinya sekarang. Saya butuh bukti fisik! Hanya cermin yang menyaksikan pengkhianatan Lei, bukan senjata Tuan yang kotor. Harus melucutinya tanpa darah!" memohon Kim, mengambil jemala penunjuk terkecil yang berkedip lembut di balik sutra. Ini adalah waktu terbaik untuk menempatkannya.
Xian menghela napas pasrah, mengikuti kehendak gadisnya. Ia melepas semua senjatanya di pintu masuk, lalu melangkah tanpa senjata ke depan gudang.
Kim, dengan cermin saku ajaib sebagai pemandu, merangkak cepat. Ia menemukan sudut pintu yang tertutup di dinding utara, tersembunyi di balik tumpukan batu bata. Jantungnya berdebar — harus membuka pintu dan memasukkan diri ke gudang yang paling dijaga ketat itu, tanpa perlindungan selain kecepatan gerakan.
"Silakan lari sekarang. Aku harus kembali dalam lima menit," perintah Xian, wajahnya serius. Dia mulai menggedor pintu gerbang utama, mengklaim lupa membawa kunci Istana untuk inventaris — sebagai pengalih perhatian.
Gedoran itu berhasil. Xian berteriak lantang, dan Kim berlari meluncur ke sudut gudang yang kosong. Gudang itu berisi tumpukan gandum yang menjadi tujuan Lei, beraroma jamur tua dan tepung kotor — tidak ada bau deterjen wangi.
Kim mendorong pintu kayu dan berhasil masuk, kakinya mendarat di atas karung kain. Udara di dalam sangat tebal, dingin, dan bau tikus menyeruak. Pandangan terhalang kegelapan, hanya lampu obor kecil di atas yang membantu.
"Anda tidak boleh menggunakan cermin sekarang — cahayanya akan mengungkap dirimu!" bisiknya, meraba kantongnya untuk mengambil jemala penunjuk.
Xian berteriak di kejauhan: "SIAPAKAH YANG MENUTUP GERBANG UTAMAKU! AKU DATANG DARI PERTEMPURAN — DIMANA SELURUH PRAJURITKU!"
Kim memanfaatkan keributan itu, bergerak ke pusat karung gandum yang ditumpuk rapi. Ia membuka ikatan talinya dan memasukkan tiga jemala ke dalam karung yang berbeda, menutupnya kembali dengan cermat. Hanya dua jemala tersisa — perlu ditempatkan di tempat tinggi untuk visual yang lebih luas. Ia menaiki tangga darurat di pojok.
Di lantai ketiga, terdapat gundukan sprei sutra tebal untuk barak militer baru. Kim memasukkan jemala keempat di dalamnya — sutra akan meredam suara kamera, tetapi tidak panas baterai. Ia mengamankannya di balik lapisan sutra, sementara Xian sudah memasuki gudang dan bersembunyi. Gudang menjadi medan perang rahasia.
"Hamba memiliki satu jemala tersisa! Akan menempatkannya di pintu masuk tersembunyi Lei," memohon Kim, jantungnya berdebar. Suara bentrokan kayu di kejauhan terdengar — Xian sedang berkelahi dengan penjaga. Ia segera turun.
Saat melangkah keluar dari tangga, sesosok bayangan manusia berjanggut dan lelah menyergapnya — seorang penjaga bersenjata yang bertugas membersihkan area dari tikus.
Pria itu terpaku, matanya melebar panik. "Nona! Apa yang engkau kerjakan di gudang mutlak ini! Jangan bergerak! Kamu mata-mata! Tuan Xian mengizinkannya?"
Kim menahan napas, tidak bergerak, menyeringai dengan keberanian palsu. Ia berakting seolah hantu Dinasti, mengangkat jemala terakhir di hadapan wajah pria itu — yang mengeluarkan kilauan biru lembut di kegelapan.
"Kami adalah utusan. Anda tidak perlu melihat wajah kami. Silakan kembali tidur, Prajurit," bisiknya, suaranya serak dan mengancam.
Pria itu tidak bergerak, wajahnya pucat pasi. Kim tahu jemala itu hanya kamera mikro — tidak ada kekuatan mutlak.
"Pergilah. Sekarang juga. Atau Tuan Jenderal Xian akan mengambil seluruh nyawamu," mendesis Kim, mendekat selangkah demi selangkah.
Pria itu panik. Tiba-tiba Xian kembali, memasuki pintu gudang. Pria itu menyergap!
“Apa yang sedang engkau perbuat!” teriak Xian, seolah terkejut — tetapi itu adalah taktik untuk mengusir penjaga.
“Tuan! Dia seorang mata-mata — gadis aneh di tempat rahasia Gudang militer. Aku akan melaporkannya ke Jenderal Lei!” seru penjaga, menghunuskan pisau ke arah Kim.
"Mata-mata yang mana? Bukankah dia adalah Gadis Laundry-ku yang menyiapkan sprei harum itu," olok Xian, berjalan ke samping pria itu dengan pandangan intimidasi. Ketakutan menyelimuti sang penjaga.
Penjaga itu mundur perlahan, tidak berani menentang Xian. Xian menarik Kim keluar Gudang, dan pria itu tidak berani mengejar — terlalu takut dengan ancaman Dewa Perang Kerajaan.
Mereka kembali ke kereta, jantung Kim berdetak liar. Xian menarik Kim ke dalam kereta kudanya di malam yang gelap. Kim masih menggenggam jemala kelima — harus mengembalikannya, tetapi Lei sudah datang!
Cermin saku ajaibnya berkedip cepat, menampilkan visual singkat: Jenderal Lei sedang menginspeksi karung gandum yang Kim masuki. Wajahnya serius, meraih seutas kain sutra kotor yang Kim jatuhkan — jejak yang tidak disengaja!
"Xian! Jenderal Lei sudah tahu! Dia telah melacak jejak di gudang dan melihat pergerakan asing di karung gandum!" jerit Kim.
Xian duduk tegak, menghela napas. "Tidak peduli. Lei tidak tahu jemala itu merekam. Kamu berhasil memasukkan mata-mata terhebat Abad 21 di gudangku, Xiao Kim," dia menyeringai penuh kemenangan, menarik tali kudanya untuk kembali ke kediaman. "Kita akan menyaksikan seluruh pengkhianatan Lei malam ini."
“Saya akan menunggu, Xian. Seluruh nyawamu dan kebaikanmu menjadi tanggunganku,” kata Kim, memejamkan mata. Jemala itu akan bekerja untuknya.
Mereka mencapai Kediaman, dan Kim segera ke sayap pribadinya untuk mengakses Ruang Ajaib — mengambil pasokan baterai laptop dan alat transfer data nirkabel modern untuk memproses video. Tapi saat ia mengaktifkan sinyal jemala dari cermin ajaibnya, muncul kode error: sinyal terblokir. Sistem Dinasti telah memblokir teknologi jemala.
“Tidak! Jenderal Xian. Kita gagal total! Tidak ada sinyal yang dapat diteruskan di Ibukota! Kami hanya bisa mengambil visual setelah jemala diambil kembali ke dimensi kami!” bisik Kim panik. Ia gagal mendapatkan visual instan, dan Lei pasti akan segera menyerahkan gandum busuk ke pasukan Raja Bong Hua. Saat itu, cermin saku ajaibnya kembali berkedip — menampilkan Lei memasuki sumur suplai utama, dengan semua jemala yang Kim tanam berada di hadapannya.
"Dia telah menemukan jemala kami! Tuan, kita harus melihat pengkhianatannya secepat mungkin!" Kim panik. Ia harus melakukan sesuatu. Tapi saat cermin itu mulai menampilkan visual lebih jelas, ternyata bukan Lei yang mencampur gandum — melainkan penjaga berpangkat rendah