NovelToon NovelToon
Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Rahasia Kelam Di Balik Sutra

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Rebirth For Love / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Seorang putri Adipati menikahi putra mahkota melalui dekrit pernikahan, namun kebahagiaan yang diharapkan berubah menjadi luka dan pengkhianatan. Rahasia demi rahasia terungkap, membuatnya mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya. Di tengah kekacauan, ia mengambil langkah berani dengan meminta dekrit perceraian untuk membebaskan diri dari takdir yang mengikatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Di ruang penjamuan Istana, kemegahan terpancar dalam setiap sudut. Jamuan penyambutan Jenderal Tang digelar dengan gegap gempita. Kaisar, dengan senyum kemenangan yang menghiasi wajahnya, menyambut sang jenderal yang kembali dari medan perang dengan membawa panji kejayaan.

"Selamat datang kembali, Jenderal Tang," sapa Kaisar, suaranya menggema di antara riuh rendah para hadirin. "Kudengar kau telah meraih kemenangan gemilang."

Jenderal Tang, dengan seragam kebesarannya yang sedikit berdebu namun tetap gagah, membungkuk hormat. "Terima kasih, Yang Mulia. Kemenangan ini adalah berkat doa dan dukungan dari seluruh rakyat."

"Kau merendah, Jenderal," balas Kaisar, menepuk bahu sang jenderal dengan hangat. "Keberanian dan strategi cemerlangmu telah mengharumkan nama bangsa. Seluruh negeri berhutang budi padamu."

Jenderal Tang tersenyum tipis, matanya memancarkan kerendahan hati. "Saya hanya menjalankan tugas, Yang Mulia. Kepercayaan dan dukungan dari istana adalah kekuatan terbesar kami di medan perang."

Kaisar tertawa, suaranya bergaung di seluruh ruangan. "Kau memang seorang pahlawan sejati, Jenderal. Mari kita rayakan kemenangan ini dengan pesta yang pantas untuk seorang ksatria."

Malam itu, Istana bersinar lebih terang dari biasanya. Aroma hidangan lezat bercampur dengan wewangian bunga, menciptakan suasana yang memabukkan. Para bangsawan dan pejabat tinggi negara, dengan pakaian terbaik mereka, bersukacita merayakan kemenangan yang telah diraih. Namun, di balik kemegahan dan kemeriahan itu, Jenderal Tang tetaplah seorang prajurit yang rendah hati, siap mengabdikan diri sepenuhnya untuk bangsa dan negara.

Jenderal Tang, di tengah gemerlap pesta, tanpa sadar mengarahkan pandangannya pada Cheng Xiao, yang anggun duduk di sisi Putra Mahkota Wang Yuwen. Wang Jian, yang duduk di sebelah Jenderal Tang, menyadari arah pandang sahabatnya itu. Ia mendekat, berbisik lirih di telinga sang jenderal, "Wanita yang kita kagumi... kini telah menjadi milik Wang Yuwen."

Seketika, kerinduan yang terpancar dari mata Jenderal Tang lenyap, digantikan oleh kekecewaan yang mendalam. Tatapannya berubah sendu, seolah seluruh kemeriahan pesta penyambutan tak mampu mengalihkan hatinya dari kenyataan pahit yang baru saja menghantamnya. Kilauan lilin-lilin yang memenuhi ruangan, alunan musik yang merdu, dan riuh percakapan seolah kehilangan makna, tenggelam dalam kekecewaan yang tiba-tiba mendera.

Jenderal Tang meneguk anggurnya dalam sekali teguk, cairan merah itu seolah mewakili amarah dan kekecewaannya yang membara. Wang Jian menepuk pundaknya pelan, mencoba menenangkan sahabatnya. Namun, Jenderal Tang hanya membalas dengan senyum pahit, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan luka yang menganga di hatinya. Di kejauhan, Cheng Xiao tampak tertawa anggun saat berbicara dengan Wang Yuwen, tanpa menyadari badai yang berkecamuk dalam diri Jenderal Tang. Malam itu, kemenangan di medan perang terasa hambar, tak mampu mengobati kekalahan di medan asmara.

. . .

"Nona, hadiah apa yang akan Anda berikan untuk pernikahan Pangeran Wang Jian dan Nona Su Jing Ying?" tanya Lian'er, sembari jemarinya lincah menata rambut Cheng Xiao di depan cermin rias. Sinar mentari sore yang keemasan menembus jendela, menerangi wajah ayu sang nyonya.

Cheng Xiao tampak melamun, pandangannya menerawang jauh melewati pantulan dirinya di cermin. Pikirannya tertuju pada Putra Mahkota Wang Yuwen, suaminya yang kembali bersikap dingin setelah mendengar kabar pernikahan Su Jing Ying dan Wang Jian yang akan segera dilangsungkan. Hatinya mencelos, merasakan duri-duri kecil menusuk relung jiwanya.

"Nona," panggil Lian'er lembut, menyadarkan Cheng Xiao dari lamunannya.

"Ah, ya Lian'er?" jawab Cheng Xiao, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

"Apakah Nona memikirkan Putra Mahkota?" tanya Lian'er hati-hati.

Cheng Xiao menggeleng pelan, bibirnya mengukir senyum tipis yang dipaksakan. "Tidak. Ayo, kita pergi ke Paviliun Giok, kita cari hadiah yang pantas untuk Pangeran dan Nona Su." ajaknya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Lian'er hanya mengangguk, menyimpan kekhawatirannya dalam hati. Keduanya lalu bergegas keluar dari kediaman Putra Mahkota. Mereka menaiki kereta kuda yang sudah menunggu di halaman, menyusuri jalanan ibu kota yang ramai dengan hiruk pikuk kehidupan. Lagi! Cheng Xiao kembali melamun. Suara roda kereta yang berderit dan derap kaki kuda seolah tenggelam dalam benaknya.

Tiga bulan terakhir, Wang Yuwen memang bersikap manis dan perhatian padanya. Namun, Cheng Xiao tetap merasakan kehambaran yang menggerogoti rumah tangga mereka. Raga pria itu memang berada di sisinya, namun pikiran dan hatinya jelas tertuju pada wanita lain. Tatapan mata Wang Yuwen seringkali kosong, seolah jiwanya merindukan seseorang yang jauh.

"Lian'er... apakah keputusanku sudah benar?" tanya Cheng Xiao tiba-tiba, suaranya lirih hampir tak terdengar.

"Nona, ada apa?" tanya Lian'er khawatir, menggenggam tangan Cheng Xiao erat.

Meskipun dari luar hubungan suami istri mereka tampak baik-baik saja, Cheng Xiao lah yang merasakan kehampaan dan kesepian yang mendalam. Ia bagaikan burung dalam sangkar emas, terpenuhi segala kebutuhan materi namun terkekang dalam kesendirian.

Cheng Xiao menggeleng lemah, "Tidak ada," jawabnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Namun, air mata yang tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya mengkhianati perasaannya yang sebenarnya.

Kereta kuda berhenti tepat di depan Paviliun Giok, roda-rodanya berdecit pelan. Cheng Xiao dan Lian'er turun dengan anggun dari dalam kereta. Saat keduanya hendak melangkah memasuki paviliun yang terkenal dengan koleksi perhiasan mewahnya, mata Cheng Xiao tanpa sengaja menangkap pemandangan yang menghantam hatinya bagai badai.

Di kejauhan, di sebuah penginapan yang terletak tak jauh dari Paviliun Giok, Cheng Xiao melihat dengan jelas sosok Wang Yuwen, suaminya, tengah bersama dengan Su Jing Ying. Penginapan itu tampak sederhana namun elegan, dengan lampion-lampion merah yang bergelantungan di setiap sudutnya.

Wang Yuwen dan Su Jing Ying berdiri di salah satu balkon penginapan di lantai dua. Angin sepoi-sepoi memainkan rambut mereka, namun Cheng Xiao seolah tak merasakan apa pun selain nyeri yang mencengkeram dadanya. Jantungnya berhenti berdetak sesaat ketika ia melihat dengan jelas Wang Yuwen meraih wajah Su Jing Ying dan menciumnya dengan penuh hasrat.

Cheng Xiao langsung memalingkan wajahnya, berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa ia salah lihat, bahwa itu bukanlah suaminya. Namun, harapan itu pupus seketika saat ia melihat Zhang Tian, pengawal setia Wang Yuwen, berdiri tegak di depan pintu penginapan itu. Kehadiran Zhang Tian menjadi bukti tak terbantahkan atas apa yang baru saja dilihatnya.

"Nona, ada apa?" tanya Lian'er panik, menyadari perubahan drastis pada wajah Cheng Xiao. Air mata mulai mengalir deras membasahi pipi mulus sang nyonya.

Cheng Xiao memaksakan sebuah senyuman dan menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, aku hanya kelilipan," jawabnya berbohong, berusaha menyembunyikan luka yang menganga di hatinya. Ia menggandeng tangan Lian'er erat dan menariknya masuk ke dalam Paviliun Giok, menjauh dari pemandangan yang menghancurkan jiwanya.

Sementara itu, di dalam kamar penginapan tempat pertemuan rahasia Wang Yuwen dan Su Jing Ying, suasana terasa tegang dan panas.

Plak!

"Yang Mulia, apa yang kau lakukan?!" teriak Su Jing Ying dengan nada tinggi, emosinya meluap setelah menampar wajah Wang Yuwen karena ciuman paksa yang baru saja diterimanya. Bekas tamparan merah membekas jelas di pipi sang putra mahkota.

Wang Yuwen yang baru menyadari kesalahannya karena tidak mampu mengendalikan diri hanya bisa terdiam, menyesali perbuatannya. "Maaf... aku tidak bermaksud," ujarnya lirih, suaranya dipenuhi penyesalan.

Su Jing Ying tampak marah dan kecewa pada pria yang telah berani melanggar batas. "Bagaimana jika ada orang yang melihat? Aku akan menikah dengan Pangeran Wang Jian, dan aku tidak ingin terus melukai Nona Cheng. Bukankah kita sudah sepakat untuk melupakan masa lalu?" ujar Su Jing Ying dengan nada tegas, mengingatkan Wang Yuwen akan perjanjian mereka.

Wang Yuwen menunduk dalam, merasa malu dan bersalah. "Maafkan aku, Jing Ying," hanya itu yang bisa diucapkan oleh Wang Yuwen sebagai ungkapan penyesalannya yang mendalam.

Su Jing Ying menatap Wang Yuwen dengan tatapan dingin dan penuh kekecewaan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, ia berbalik dan pergi meninggalkan pria yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya itu, meninggalkan Wang Yuwen yang terhuyung dalam penyesalan dan kesedihan.

1
Natasya
👍
Nurhasanah
dari bab awal sampe bab ini ... fl nya cuma bisa nangis doang nggak ada gebrakan apapun😏😏
yumin kwan
ish.... kok kaisar ga langsung aja kasih dekrit perceraian....
semangat up nya 💪
Ani_Sudrajat
Cerita nya bagus ..
Marini Dewi
semangat thor biar bnyk up Nya. hehehe
Ani_Sudrajat
Orang tua mana yg tidak sedih melihat putri kesayangannya di perlakukan seperti itu??
yumin kwan
kasian sekali cheng xiao.....
semangat up lagi 💪💪💪
echa purin
👍🏻👍🏻
Ani_Sudrajat
Bagus ceritanya.
Semangat thor 💪
Marini Dewi
alur cerita y sangat menarik, semangat thor 💪💪💪
Ani_Sudrajat
Up nya tambah lagi thor 😄
Marini Dewi
bikin gregetan. up lagi Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!