NovelToon NovelToon
DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

​Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Amira sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit yang berwarna biru.

Michelle meminta Amira untuk berbaring di ranjang. Dan setelah itu Michelle dan dua perawat lainnya mendorong ranjang ke ruang operasi.

Amira menatap wajah suaminya yang sedang berada di ruangan lainnya.

Sebastian mengangkat tangan kanannya dan mengepalkannya lembut di dada, tepat di atas jantungnya.

"Aku disini. Aku mencintaimu."

Amira tersenyum sambil menunjukkan tanda hari dengan kedua jempolnya.

Ia mengangkat kedua tangannya lalu menyatukan kedua jempolnya membentuk hati.

Sebastian tertawa kecil, menepuk dadanya seolah menahan luapan emosi.

Michelle yang berjalan di samping ranjang ikut tersenyum melihat interaksi mereka.

Begitu mereka mencapai pintu otomatis bertuliskan "Restricted Area – Surgical Zone'

Sebastian menghela nafas panjang saat melihat pintu yang sudah tertutup.

Amira sudah terbaring di atas meja operasi, tubuhnya diselimuti kain hangat berwarna biru muda.

Tangannya telah dipasangi infus, sementara elektrode monitor menempel di dadanya.

Di samping kanan, seorang dokter anestesi bernafas Dokter Yoo yang duduk dengan tenang, memakai masker dan kacamata pelindung.

Ia mengecek alat infus dan layar monitor sebelum menatap Amira.

“Mrs. Vanderkus, saya adalah dokter anestesi Anda. Saya akan menemani Anda sampai tertidur dengan nyaman,” ucapnya lembut dalam bahasa Inggris beraksen Korea.

Amira menganggukkan kepalanya sambil melihat Michelle yang sedang mengikat kedua tangannya.

Dokter Han masuk, kini dengan pakaian operasi lscrub hijau, penutup kepala, sarung tangan steril, dan masker.

Meski wajahnya hampir tertutup sepenuhnya, sorot matanya tetap menenangkan.

“Selamat pagi lagi, Mrs. Vanderkus. Saya harap Anda tidur nyenyak karena ketika bangun, wajah baru Anda sudah siap menyapa dunia.” ucap Dokter Han

Amira tersenyum kecil saat mendengar perkataan dari Dokter Han.

"Apakah anda masih takut?" tanya Dokter Han.

"S-sedikit, dok. Tapi aku yakin kalau dokter akan melakukannya dengan pelan." jawab Amira.

Dokter Han dan Dokter Yoo tertawa kecil mendengar perkataan dari Amira.

Kemudian Dokter Han menggangguk kecil ke arah Dokter Yoo.

Dokter Yoo menyiapkan suntikan kecil berisi cairan bening.

“Mrs. Vanderkus,” ucapnya pelan, “saya akan mulai memasukkan anestesi. Rasanya mungkin sedikit dingin di lengan Anda, lalu kepala Anda akan terasa ringan. Jika Anda merasa takut, cukup pejamkan mata dan pikirkan seseorang yang Anda cintai.”

Amira menarik napas dalam. “Aku sudah memikirkannya,” jawabnya lirih.

Michelle berdiri di sisi tempat tidur, menggenggam tangan Amira pelan.

“Tarik napas perlahan, Mrs Vanderkus.”

Cairan anestesi mulai mengalir melalui infus dengan sensasinya yang dingin menjalar naik dari pergelangan tangan ke lengan, lalu ke bahu.

"Satu, dua, tiga..."

Pandangan Amira mulai kabur dan langit-langit ruangan operasi mulai tampak bergoyang lembut

Suara mesin monitor berdetak pelan, menjadi seperti irama nina bobo.

Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Amira berbisik pelan.

“Bas, aku tidur dulu…” gumam Amira.

Begitu mata Amira terpejam sepenuhnya, monitor menunjukkan gelombang tidur stabil.

Dokter Yoo memastikan tekanan darah dan detak jantungnya dalam keadaan aman. Ia mengangguk ke arah Dokter Han.

“Anestesi stabil. Pasien dalam kondisi siap.”

Dokter Han menarik napas pelan, lalu berbicara dengan tenang meski suaranya tertahan masker.

“Baik, tim. Kita mulai rekonstruksi jaringan di sisi pipi kanan terlebih dahulu. Skalpel.”

Perawat mengulurkan alat steril ke tangan Dokter Han.

Lampu operasi menyala terang, menyorot wajah Amira yang tertutup sebagian kain biru—hanya area yang akan diperbaiki yang dibiarkan terbuka.

Semua orang berbicara pelan namun cekatan.

Tidak ada suara selain instruksi medis yang teratur…

Di tengah dinginnya ruang operasi itu, Dokter Han menatap wajah Amira yang tertidur pulas.

“Tidurlah, Mrs. Vanderkus. Saat terbangun nanti, biarkan dunia melihat betapa kuatnya kamu.” ucap Dokter Han dalam hati.

Sementara itu di ruang lain, Sebastian melihat bagaimana dokter Ham mengoperasi istrinya.

Ceklek!.

Sebastian menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka.

"Mama..."

Sebastian langsung memeluk tubuh Casandra yang baru tiba.

"Ma, aku takut kalau operasi ini..."

Casandra menepuk pundak Sebastian dan memintanya untuk berfikir positif.

"Ayo kita duduk dan lihat bagaimana dokter Han merubah wajah Amira."

Sebastian dan Casandra melihat bagaimana dokter Han sangat hati-hati dalam melakukan operasinya.

Dokter Yoo juga memantau detak jantung Amira yang kadang naik turun.

Detik demi detik berjalan seperti hampir satu tahun lamanya.

Sebastian bangkit dari duduknya sambil mondar-mandir seperti setrika.

"Bas, duduklah disini. Jangan seperti setrika." ucap Casandra.

Sebastian menghela nafas panjang dan kembali duduk di samping Casandra.

Disaat yang bersamaan, Jiho datang membawa tas berisi makanan dan minuman untuk Sebastian dan Casandra.

"Tuan, Nyonya. Sebaiknya anda makan dan minum dulu." ucap Jiho.

Sebastian menggelengkan kepalanya dan meminta Casandra untuk makan terlebih dahulu.

"Bas, Amira pasti akan sedih kalau kamu tidak makan apapun."

"Iya Mr. Vanderkus, benar kata Nyonya Casandra, Mr." tambah Jiho.

Sebastian akhirnya mengambil sup hangat, ayam goreng dan teh hijau.

Casandra tersenyum tipis saat melihat putranya yang akhirnya mau makan.

Detik demi detik berganti sampai akhir sepuluh jam berakhir.

Sebastian melihat wajah istrinya yang sedang diperban.

Sebastian melihat lampu operasi yang sudah dipadamkan.

Casandra mengajak putranya menunjukkan ke depan pintu ruang operasi.

Tak lama, Dokter Han dan Dokter Yoo muncul dari ruang operasi.

"Dok, bagaimana keadaan Amira?" tanya Sebastian dengan wajah yang

Dokter Han melepas masker dan menyunggingkan senyum kecil yang menenangkan.

“Operasi berjalan sesuai rencana. Rekonstruksi berhasil tanpa komplikasi,” ujar Dokter Han dengan suara lembut.

Sebastian dan Casandra yang mendengarnya langsung menghela nafas panjang.

“Amira masih dalam pemulihan di ruang ICU. Kondisinya stabil, dan kami akan terus memantau,” tambah Dokter Yoo.

Casandra mendekat sambi menggenggam tangan Sebastian memberikan kekuatan.

Dokter Han mengajak Sebastian untuk menuju ke ruang ICU.

"Apakah saya boleh masuk ke dalam untuk melihatnya?" tanya Sebastian.

Dokter Han menganggukkan kepalanya dan meminta Sebastian untuk memakai pakaian khusus untuk masuk ke ruang ICU.

Michelle mengajak Sebastian untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus.

Tak berselang lama Sebastian sudah memakai pakaian hijau dengan masker dan penutup kepalanya.

Dokter Han mengajak Sebastian masuk kedalam ruang ICU.

Sebastian berjalan ke arah istrinya yang Amira terbaring di ranjang khusus ICU, selimut putih menutupi tubuhnya hingga dada.

Wajahnya hampir seluruhnya dibalut perban elastis lembut, hanya menyisakan mata, hidung, dan sedikit area bibir.

Sebastian berdiri terpaku di ujung ranjang, dadanya bergetar hebat.

Michelle berdiri di samping, memeriksa catatan monitor.

“Kesadarannya mungkin kembali dalam beberapa jam. Dan Untuk sementara, mohon jangan disentuh area bedahnya. Tetapi, anda boleh memegang tangannya.”

Sebastian mengangguk pelan dan dengan sangat hati-hati, ia mendekat.

Kursi kecil ditarik ke sisi ranjang, dan ia duduk tanpa bersuara.

Pelan-pelan, ia menyelipkan jemarinya di sela tangan Amira yang tertutup selimut hangat.

"Sayang…” bisiknya lirih.

Sebastian mencium tangan istrinya, meskipun ia memakai masker.

"Di luar ICU, Casandra dan Jiho terlihat menunggu dalam diam melalui jendela kaca. Casandra menatap putranya yang kini menunduk, mencium punggung tangan istrinya tanpa ragu.

1
AlikaSyahrani
lanjottt
AlikaSyahrani
drmoga wajahmu lebi cantik dari sebelumnya
AlikaSyahrani
semoga operasi waja amira berhasil🤲🤲🤲👍👍👍
AlikaSyahrani
semoga cepat sembu amira dan diberikan momongan ygluculucu😀😀😀
AlikaSyahrani
jangan lupa thor dobel bab
my name is pho: sudah kak
selamat membaca
total 1 replies
AlikaSyahrani
semoga pernikaan yang kedua ini kamu bahagia almira sampai ke jannah🤲🤲🤲🤲🤲
AlikaSyahrani
jangan lama lama thor
my name is pho: iya kak, terima kasih
total 1 replies
AlikaSyahrani
benar kata mama bastian dia mau gendong cucu
AlikaSyahrani
jangan lebay kamu bastian
AlikaSyahrani
semoga amira gak sampek hamil ya
karna bastian mandul
AlikaSyahrani
kalau bisa kamu kabur aja dari rumah suamimu
AlikaSyahrani
amira kàmu harus kuat dan sabar
AlikaSyahrani
kasian sakali aminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!