"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.
apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11 pelukan hangat
“Aku pulang dulu. Kamu ganti baju, terus makan, ya,” pesan Arya dengan nada penuh perhatian.
“Iya. Kamu hati-hati di jalan,” jawab Lita.
“Iya, sayang,” balas Arya sambil tersenyum tipis sebelum menyalakan motornya.
Lita berdiri di depan pagar, memastikan Arya benar-benar pergi sebelum akhirnya masuk ke rumah.
“Gimana hari pertama ujiannya, Ndok? Lancar?” tanya Ibu Yana yang tengah bersantai di ruang tamu, menonton acara TV favoritnya.
“Lancar, Buk,” jawab Lita sambil tersenyum.
“Buk…” panggil Lita pelan.
Ibu Yana menoleh, menatap anaknya seolah bertanya ada apa.
“Gak jadi, Buk. Aku ke kamar dulu, ya.”
Padahal, tadi Lita ingin mengatakan kalau nanti saat kuliah ia ingin mengontrak rumah. Tapi setelah dipikir ulang, ia tak mau membuat ibunya khawatir. Biarlah ia simpan sendiri dulu.
Ibu Yana hanya mengangguk dan kembali menonton.
Malam semakin larut. Lita duduk di meja belajarnya, fokus pada buku-buku yang terbuka. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Nama Arya terpampang di layar.
“Sayang…” suara Arya di seberang terdengar rendah.
“Iya? Ada apa?” tanya Lita heran. Jarang sekali Arya menelpon malam-malam seperti ini.
“Bisa kita ketemu sekarang?” Nada suaranya terdengar berbeda—ada sesuatu yang ia sembunyikan.
“Bisa. Tapi kamu kenapa?”
“Aku nggak apa-apa, sayang… cuma, aku butuh kamu,” jawab Arya, berusaha menenangkan agar Lita tidak ikut panik.
“Aku jemput kamu, ya.”
“Iya… aku siap-siap dulu.”
Lita mematikan telepon, cepat-cepat berganti pakaian, merias wajah tipis—cukup natural, tanpa terlalu menor.
Ia berpamitan pada ibunya, mengatakan akan keluar sebentar.
Di luar, motor Arya sudah terparkir di depan rumah. Lita naik tanpa banyak bertanya. Dari raut wajah Arya, ia tahu pacarnya sedang memikirkan sesuatu.
Sepanjang perjalanan, Lita terdiam. Tapi rasa heran mulai muncul saat Arya membelokkan motor menuju rumahnya sendiri. Kenapa bawa aku ke sini malam-malam begini? pikirnya.
“Ayo masuk, sayang,” ucap Arya pelan sambil memegang pintu.
Mereka masuk. Suasana di dalam rumah begitu sepi, nyaris hening. Lita baru akan bertanya, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara kunci berputar di belakangnya.
Arya menutup pintu… lalu menguncinya.
"kamu kenapa? nanti kalau orang rumah kamu tahu gimana " tanya lita pikiran pikiran negatif mulai memenuhi isi kepala lita
"dirumah nggak ada orang sayang,ibuk sama adek aku kerumah nenek " jawab arya menundukan kepalanya bersandar pada bahu kekasihnya
" kamu kenapa ada masalah? cerita sama aku" tanya lita penuh khawatir dia mengelus kepala arya seolah memberi tenangan
" bapak aku hutang lagi lit,bahkan dia yang ngambil sertifikat rumah ini dia hutang 500 ratus juta demi menghidupi wanita itu sekarang hutang itu harus dibayar 1 minggu lagi,sampai penyakit jantung ibuk kambuh untung aku suruh pakdhe ku nganter ibuk sama adekku kerumah nenek sampai aku lunasi hutang bapak"ucap arya menceritakan kepada lita dia merasa hidupnya berantakan kenapa dia harus punya bapak seperti dia ,dunia ini seperti kejam ke dirinya
"disini ada aku, kamu gak perlu khawatir nanti aku bantuin kamu" ucap lita tidak tega dengan arya hidup lelaki itu hancur karna ulah ayahnya sendiri
"aku gak mau kamu ikut dalam masalah aku,ada kamu didekat aku aja udah nguranggi masalah aku" ucap arya
lita memeluk tubuh kekasihnya dia tahu Arya kuat tapi dia juga butuh sandaran darinya
"aku disini, kamu bisa cerita beban semuanya yang kamu tanggung sama aku, aku akan selalu ada di samping kamu " ucap lita mengusap rambut Arya dipelukannya
"aku beruntung didunia aku ada kamu,aku ngerasa ada cahaya yang mewarnai hidup aku "
"aku pacar kamu semestinya aku selalu ada buat kamu " ucap lita
"janji sama aku sayang,kamu disamping aku terus" Arya menatap mata coklat milik kekasihnya
"aku janji sayang,aku gak akan kemana mana" jawab lita sambil melirik jam yang ada diatas sudah malam dia takut nanti ada orang yang berfikir macam macam
"Arya aku pulang dulu,ini udah malem aku takut nanti ada orang kesini" suara lita terdengar panik padahal sebenarnya dia tidak macam macam
"udah malem sayang,kamu bisa tidur di kamarnya adek aku kalau kita pulang sekarang yang ada malah orang² ngiranya kita macem macem " ucap Arya yang dikatakan dia juga ada benarnya pasti akan menjadi bahan omongan jika sampai warga tahu.
"aku juga gak mau ngerusak masa depan kamu hancur " ucap arya dia melak itu tidak sampai kelewat batas otaknya masih bisa berfikir jernih
lita tidak menyangka Arya masih memikirkan dirinya
"makasih udah menjaga aku dan gak mau merusak aku " ucap lita
"iya sayang, sana kekamar adek aku kamu pasti juga capek kan besok juga masih sekolah " suruh Arya sambil menunjukan kamar yang dekat kamarnya
"aku kekamar dulu,kamu juga istirahat jangan tidur malem malem aku gak mau kamu sakit" nasehat lita sebelum masuk kedalam kamar
" aku juga mau tidur sayang,gini ya rasanya diperhatiin pacar" ucap Arya tersenyum bahagia.
" yaudah aku tidur dulu,love you selamat malam " ucap lita
" love you too, selamat malam juga mimpi indah " setelah itu lita menutup pintu dia juga sudah sangat mengantuk karna gak biasanya dia tidur tengah malam begini.
Lita mempersiapkan diri mati-matian. Ia belajar hingga larut malam, menghafal, mengerjakan latihan soal, semua demi satu tujuan nilai terbaik
Di ruang ujian, ia menatap lembar soal dengan penuh fokus. Setiap jawaban ia tulis perlahan tapi pasti, memeriksa ulang agar tak ada yang terlewat.
Bel berbunyi—waktu habis. Lita menghela napas panjang, mengumpulkan kertasnya, lalu kembali ke kursi. Tubuhnya terasa ringan tapi lelah, seolah semua tenaganya terkuras habis.
Dari seberang ruangan, Arya memperhatikannya. Melihat wajah pacarnya yang pucat dan lesu, ia langsung menghampiri.
“Kamu sakit, sayang?” tanyanya pelan, khawatir.
Lita menggeleng. “Enggak… cuma capek banget.”
“Kamu belajar sampai kayak gini… disuruh Mbak kamu, ya?” Arya menatapnya serius.
“Iya… biar aku bisa keterima di universitas impianku,” jawab Lita dengan suara lemah,
Arya hanya bisa menatapnya khawatir berputar di pikirannya