Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?
jika penasaran langsung saja baca novelnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Hantu Yang Pandai Berakting!!!
Angin pagi menyapu pelataran Sekte Langit Cerah.
Langkah kaki Chen Yu menyusuri gerbang depan sekte. Ia baru saja kembali setelah menjalani pertapaan di kolam spiritual, tubuhnya jauh lebih kokoh, auranya tenang namun dalam, seperti danau yang menyembunyikan naga.
Namun, sesaat ia menapakkan kaki ke pelataran utama, keributan pun pecah.
“Itu… itu kan Chen Yu?! Tapi bukankah dia sudah mati?!”
“Hantu! Jangan lihat matanya! Itu arwah penasaran!”
Beberapa murid senior dan junior langsung menjauh sambil berteriak panik. Bahkan seorang tetua yang melintas sempat tersandung dan jatuh saking terkejutnya.
Chen Yu hanya bisa menggaruk kepala.
“Aku… mati? Hah?”
Tatapannya kebingungan. Ia menunduk melihat tubuhnya sendiri, menyentuh dada dan wajahnya. Semuanya nyata. Hangat.
“Apa aku terlihat seperti hantu…?”
Tanpa membuang waktu, ia segera berlari kecil menuju sisi belakang sekte, ke sebuah bukit kecil yang baru beberapa hari lalu dijadikan pemakaman murid.
Langkahnya berhenti perlahan.
Di hadapannya…
Xining, duduk diam bersimpuh di depan sebuah kuburan batu sederhana, mengenakan jubah biru pucat. Di sampingnya ada Puyou, sahabat Chen Yu, membawa sekeranjang makanan dan kendi anggur merah tua.
Puyou menangis sambil menyeka air mata dengan lengan bajunya.
“Sahabatku Chen Yu. ini daging asap favoritmu. dan anggur khusus keluargaku yang belum sempat kau coba…”
“Kau bilang suatu hari kita akan minum sambil melihat langit malam…”
Puyou tersedu-sedu. Xining tak berkata apa-apa, hanya diam menatap nisan di hadapannya dengan mata yang sedikit bengkak.
Chen Yu tertegun.
Ia mendekat perlahan… dan jantungnya mencelos.
Namanya sendiri terukir di batu nisan itu.
“Chen Yu – Murid Langit Cerah. Gugur dalam tugas. Dikenang dengan hormat.”
Chen Yu terdiam lama. Dunia seolah bisu. Hanya suara angin yang berhembus pelan.
Akhirnya, ia membuka suara dengan nada pelan.
“Simpanlah anggur itu Puyou… aku belum membutuhkannya sekarang.”
Keduanya terkejut. Puyou menoleh cepat, matanya membelalak.
“CHEN YU?!”
BRAAAK!
Keranjang di tangannya jatuh.
Tanpa menunggu lama, Puyou langsung berlari sambil menjerit.
“HANTUUUUUUUUU!!”
Suara jeritannya menggema di seluruh sekte. Sementara Xining hanya terdiam, tubuhnya gemetar. Ia perlahan berdiri, hendak pergi, pikirannya belum percaya apa yang dia lihat.
Namun sebelum sempat melangkah jauh, sebuah tangan hangat menyentuh bahunya dari belakang.
“Kakak senior… ini aku…”
Chen Yu memeluk Xining dari belakang. Tak ada niat mesum, tak ada maksud melecehkan. Hanya keinginan sederhana. untuk meyakinkan Xining bahwa ia masih hidup.
Tubuh Xining membeku.
“A-adik junior… i-istirahatlah dengan tenang… jangan keluar dari kuburmu…”
“Aku belum masuk kubur,” kata Chen Yu dengan senyum lelah.
Xining masih syok. Wajahnya pucat. Matanya bergetar. Beberapa saat kemudian, air mata mulai jatuh tanpa bisa ditahan.
Ia memutar tubuhnya pelan… dan memandang wajah yang selama ini ia tangisi. Wajah yang kini tersenyum dengan luka lama yang belum sembuh.
“Kau… benar-benar hidup?”
Chen Yu mengangguk pelan.
Xining menunduk, menggigit bibirnya. Lalu, dengan suara parau ia berbisik,
“Bodoh…”
Ia memukul dada Chen Yu dengan ringan, lalu menangis di dadanya. semua beban, semua duka yang ia tahan selama ini, tumpah seketika.
Di kejauhan, Puyou masih berlari sambil berteriak ke seluruh sekte:
“JANGAN PERCAYA!! ITU HANTU YANG PANDAI BERAKTING!!”
Setelah beberapa waktu.......
Di Aula utama Sekte Langit Cerah hari itu sangat ramai.
Seluruh tetua sekte berkumpul dalam suasana penuh tanda tanya. Dari Tetua Pedang, Penatua Alkimia, hingga Ketua Sekte, duduk berjajar dalam formasi kehormatan. Di tengah aula, seorang pemuda berdiri santai… seolah tidak sedang menghadapi dewan tertinggi sekte.
Itulah Chen Yu. pemuda yang baru saja membuat seluruh sekte gempar karena kembali dari “kematian.”
Sementara itu, Xining berdiri di samping aula, diam namun matanya tak pernah lepas dari Chen Yu.
Ketua Sekte membuka suara dengan nada serius.
“Chen Yu… kami sudah mendengar dari Xining. Kau diyakini telah gugur. Namun kini kau berdiri di hadapan kami dengan tubuh utuh dan kekuatan yang lebih dalam. Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi padamu?”
Semua mata tertuju padanya. Tapi Chen Yu tetap santai, bahkan sedikit menggaruk kepalanya dengan ekspresi polos.
“Saya sendiri bingung.”
“Aku ingat tubuhku terluka parah… Tapi saat aku membuka mata…”
Chen Yu mendesah pelan, lalu menatap ke arah salah satu tetua wanita yang duduk dengan anggun di baris depan: Tetua Qingwei, wanita berparas cantik yang terkenal dengan aura tenangnya dan sering kali disegani karena kekuatan dan kebijaksanaannya.
“…Aku melihat Tetua Qingwei… menciumku.”
AULA TERDIAM.
“Dan… dia berkata ingin aku menjadi suaminya. Katanya, dia ingin punya… sembilan anak denganku.”
BLUAAKK!
Seseorang menyemburkan tehnya. Beberapa tetua lainnya langsung tersedak napas sendiri.
Semua mata langsung beralih pada Qingwei.
Wajahnya memerah seperti apel matang. Napasnya tercekat. Bahkan aliran YuanQi-nya sempat terguncang.
“A-A-A-APA?! M-M-MANA MUNGKIN AKU MELAKUKAN ITU?!”
Qingwei berdiri mendadak dari tempat duduknya, suara gemetar dan panik. Matanya melebar ke arah Chen Yu, sementara tangannya mengepal, entah ingin menampar atau menyembunyikan mukanya ke dalam tanah.
“Jangan menuduh sembarangan, kau murid kurang ajar!”
Chen Yu mengangkat tangan, seolah membela diri.
“Aku juga bingung Tetua. Mungkin aku berhalusinasi karena terlalu sekarat.”
Seketika, tawa meledak di seluruh aula.
Ketua Sekte memegang perutnya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha! Anak ini benar-benar tak tahu malu… Bahkan saat hidup dan mati, dia masih memikirkan wanita!”
Tetua yang lain ikut tergelak.
“Kupikir dia akan kembali dengan pencerahan… ternyata malah membawa gosip konyol!”
Chen Yu menatap mereka dan menjawab dengan nada polos tapi menggoda.
“Bukan aku yang memikirkan wanita…”
“Justru wanita yang selalu datang padaku… Tapi entah kenapa mereka semua bilang aku mesum.”
Ia menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi polos.
“Sudah berulang kali aku jelaskan… namaku Chen Yu. Bukan Mesum.”
Tertawa kembali menggema. Bahkan Tetua Qingwei, meski masih memerah, tak bisa menahan senyum malu-malu sambil menutup wajah dengan kipas sutranya.
“Ck… murid ini…”
Ketua Sekte mengangguk sambil menyeka air mata tawa.
“Chen Yu… kau tidak hanya membawa kekuatan baru, tapi juga warna bagi sekte ini. Sekarang, kami tahu kau masih hidup dengan utuh. dan lidahmu masih lebih tajam dari pedang.”
Di luar aula, kabar kembalinya Chen Yu menyebar seperti angin. Murid-murid muda mulai membicarakannya lagi, dan nama “Chen Yu” kembali menggema. bukan hanya karena kekuatan barunya. tapi juga karena "keajaiban hidup" yang penuh humor, misteri, dan tentu saja kesalahpahaman yang tak kunjung habis.
Perlu diketahui!!!!!!!
Chen Yu sengaja mengarang cerita, karena dia benar-benar tidak tau bagaimana dia bisa hidup kembali. Daripada dia dicurigai karena memberi jawaban yang tidak memuaskan. Maka dari itu dia mengarang cerita.
Dan Chen Yu melakukan itu secara spontan, tanpa berfikir terlebih dahulu.
Kejadian inipun berlalu, dan malam pun tiba..
Udara malam di Sekte Langit Cerah terasa sejuk dan tenang. Di salah satu halaman pribadi, terdapat taman kecil dengan kolam teratai dan batu duduk dari giok putih. Di sana, Tetua Qingwei berdiri menatap langit malam, wajahnya masih menyimpan rona merah samar.
Langkah kaki ringan terdengar dari arah gerbang taman.
Chen Yu masuk dengan senyum menggoda, tangannya membawa kendi teh hangat.
“Aku datang membawa permohonan maaf... dan ini teh terbaik dari lembah belakang.”
Qingwei menoleh, matanya memicing curiga.
“Kau benar-benar datang ke halaman pribadi tetua perempuan... setelah mengatakan hal ‘itu’ di depan semua tetua?”
Chen Yu duduk santai di salah satu bangku, menuangkan teh ke dua cangkir giok.
“Yah, aku pikir lebih baik membicarakan rumor langsung ke sumbernya, bukan?”
Qingwei mendengus pelan, namun tetap duduk di bangku seberangnya.
“Berani-beraninya kau menyeret namaku… ingin sembilan anak katamu? Lalu Suami?”
Chen Yu tersenyum santai, menatap teh dalam cangkirnya.
“Aku hanya bilang itu karena panik... Dan entah kenapa, wajah Tetua yang muncul pertama kali saat aku membuka mata setelah ‘kematian’.”
“Mungkin kau memiliki aura penyelamat yang menenangkan.”
Qingwei mendengus pelan, tapi tak membantah. Matanya menatap Chen Yu sejenak, lalu beralih ke kolam.
“Kalau benar kau melihatku di ambang kematian. mungkin itu artinya aku menyelamatkanmu di kehidupan sebelumnya,” bisiknya samar.
Chen Yu menatapnya.
“Kalau begitu, aku berhutang satu kehidupan padamu, Tetua Qingwei.”
“Hanya satu?” jawab Qingwei pelan namun tajam.
Mereka berdua tertawa kecil, entah karena lelucon, atau karena hal lain yang tak perlu dijelaskan.
Sementara itu, di Klan Mu, berita mengejutkan datang seperti badai musim semi.
“Apa?! Chen Yu hidup?!”
MuTuzhi, patriark klan Mu, menjatuhkan gulungan surat di tangannya. Ia menatap para tetua dengan mata berkaca-kaca.
“Anak itu benar-benar hidup kembali… aku… aku pikir aku telah menyeretnya ke dalam malapetaka.”
Seorang tetua klan lainnya menghela napas lega.
“Saat dia ditikam dan lenyap, aku kira nasib buruk menyelimuti keluarga kita. Tapi sekarang... ini seperti keajaiban surgawi.”
Di halaman dalam, MuWan berdiri menatap langit senja. Rambut panjangnya tertiup angin, matanya berkaca-kaca namun bibirnya tersenyum tipis.
“Chen Yu… kau benar-benar keras kepala.”
Ia menggenggam surat kabar yang dikirim oleh mata-mata klan di Sekte Langit Cerah. Tangannya sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena lega.
“Aku senang… kau hidup.”
Beberapa saat kemudian, pelayan utama masuk dengan cepat.
“Nona MuWan! Surat dari Klan Wen! Mereka… kembali mengirim lamaran untuk pernikahan politik!”
Tatapan MuWan seketika berubah dingin.
Ia mengambil surat itu, membacanya sekilas, lalu melemparnya ke dalam tungku api di sudut ruangan.
“Beri tahu mereka... Klan Mu tak tertarik menjual kehormatan putrinya untuk persekutuan kotor.”
“Dan beri tahu Ayah… aku tidak akan menikah dengan siapa pun. Meskipun pernikahan ku dengan Chen Yu sebuah paksaan. Bagaimana pun dia suamiku."
Di kediaman klan Wen.
Klan Wen yang menunggu balasan… hanya menerima selembar surat pendek.
"Chen Yu telah kembali. Jangan kirim surat lagi, atau kau akan menyesal. – Klan Mu"
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya