NovelToon NovelToon
Assalamualaikum, Pak KUA

Assalamualaikum, Pak KUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti / Cintapertama
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Di hari pernikahannya, Andi Alesha Azahra berusia 25 tahun, dighosting oleh calon suaminya, Reza, yang tidak muncul dan memilih menikahi sahabat Zahra, Andini, karena hamil dan alasan mereka beda suku.

Dipermalukan di depan para tamu, Zahra hampir runtuh, hingga ayahnya mengambil keputusan berani yaitu meminta Althaf berusia 29 tahun, petugas KUA yang menjadi penghulu hari itu, untuk menggantikan mempelai pria demi menjaga kehormatan keluarga.

Althaf yang awalnya ragu akhirnya menerima, karena pemuda itu juga memiliki hutang budi pada keluarga Zahra.

Bagaimanakah, kisah Zahra dan Althaf? Yuk kita simak. Yang gak suka silahkan skip!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengganti

“Saya terima nikah dan kawinnya Andi Alesha Azahra binti Andi Sultan

dengan seperangkat alat salat dan hafalan surah Al–Fath, tunai.”

Ucapan itu meluncur jelas dari bibir lelaki tampan bernama Althaf Zayn Yusuf, tangan kanannya menjabat erat tangan Papa Sultan.

Suara lantang para saksi menyahut.

“Sah! Sah!”

Gemuruh “sah” itu menggema memenuhi mansion, menggetarkan setiap sudut ruangan. Mata papa Sultan berkaca-kaca, ia mengucapkan hamdalah.

‘Semoga ini yang terbaik untuk putriku, ya Allah,’ batinnya.

Sementara itu, di deretan tamu, empat sahabat Zahra, Anita, Salsa, Iind, dan Ayu yang mengenakan baju bodo warna maroon hanya bisa saling pandang dengan wajah bingung luar biasa.

Anita mengerutkan dahi. “Loh, kok bukan si Reza?”

Salsa langsung membisik, menatap ke arah pelaminan dengan mata melebar. “Lho, ini Pak KUA kok malah jadi mempelai? Ini gimana ceritanya sih?”

Iind, dengan logat Jawanya yang khas, ikut mencondongkan tubuh. “Apa jangan-jangan ada sesuatu terjadi barusan? Aku nggak ngerti ini.”

Ayu berdiri setengah. “Cepat, kita liat Zahra. Jangan-jangan—”

Anita buru-buru menarik lengannya. “Eh, entar dulu! Jangan bikin heboh dulu ba, kita tunggu sedikit.”

Akhirnya Ayu dan lainnya diam.

Suasana di ruangan utama sudah berubah khidmat kembali saat Papa Sultan, Althaf, dan para tamu menunduk untuk doa.

Di lantai dua, kamar Zahra

Kamar pengantin itu telah dihias cantik dengan lamming (dekorasi adat Bugis). Namun di atas ranjang, duduk seorang pengantin wanita dengan tatapan kosong.

Dia adalah Zahara yang baru sah menjadi pengantin.

Masih mengenakan baju pengantin, wajahnya pucat. Ia mendengar ucapan “sah” tadi, namun jiwanya seolah tertinggal di tempat yang lain. Sakit, malu, bingung, semuanya bercampur jadi satu.

Pintu kamar diketuk pelan.

“Ara.” suara lembut Rani, ibunya, muncul. Ia masuk sambil tersenyum getir. “Nak, waktunya mappakasikarawa.”

Zahra hanya mengerjap lemah.

Beberapa detik kemudian, Althaf masuk didampingi Papa Sultan. Lelaki itu terlihat tenang, meski ada raut canggung di wajahnya melihat mempelai wanita yang bahkan tak menoleh. Beberapa keluarga juga ikut masuk sambil memegangi ponsel masing-masing.

Blitz kamera mulai berkedip, menandakan prosesi pertemuan pengantin di mulai.

Keempat sahabat Zahra juga ikut masuk. Mereka langsung menahan napas melihat sahabatnya hanya duduk diam seperti patung.

Ayu berbisik lirih, “Ara kasihan sekali.”

Salsa menatap Zahra cemas. “Pasti sesuatu telah terjadi.”

Papa Sultan kemudian memberi aba-aba lembut pada Althaf. “Ayo, Nak.”

Althaf mendekat, duduk perlahan di atas ranjang jarak mereka begitu dekat namun zahra tak bergeming.

Lelaki itu mengangkat tangan, pelan-pelan menyentuh ubun-ubun Zahra, membaca doa dengan suara lembut.

Selesai doa, Rani menyerahkan cincin. Ia memegang tangan putrinya agar terulur.

Rani mencoba tersenyum. “Ara, Nak ini cincinmu.”

Zahra hanya membiarkan tangannya digerakkan, matanya tetap kosong. Althaf pun menyematkan cincin itu dengan hati-hati, lalu menerima cincin untuk dirinya sendiri.

Begitu prosesi selesai, Papa Sultan memberi isyarat berikutnya.

“Ara, cium punggung tangan suamimu.”

Zahra tersentak sedikit, namun mengikuti. Ia menunduk dan mencium punggung tangan Althaf. Blitz kamera kembali menyala, diiringi tepuk tangan kecil para tamu.

Papa Sultan tersenyum lega, lalu berkata lagi, “Sekarang biar suamimu yang mencium keningmu.”

Zahra, yang pikirannya masih kacau, salah mengerti. Tanpa berpikir, ia meraih kepala Althaf dan mencium kening lelaki itu lebih dulu dengan cepat.

Semua orang membeku sejenak. Lalu sesaat kemudian.

“Ha! Ha! Ha! Ha! Ha!”

Tamu-tamu langsung heboh, beberapa menutup mulut menahan tawa.

Papa Sultan refleks menepuk keningnya.

“Zahra, Nak! Bukan begitu. Yang cium itu Althaf ke kamu, bukan kamu yang—ya Allah, ini anak.”

Zahra tersadar. Wajahnya langsung merah padam, telinganya panas, dan ia buru-buru menarik tangan.

Keempat sahabatnya langsung tertawa terbahak.

Anita, menepuk paha. “Masih shock pun, tetap ada tingkah ajaib si Ara.”

Ayu mengangguk heboh. “Buset, Zahra ganas yak!”

Iind manggut-manggut sambil terkekeh. “Emang dasarnya bocah gemblung yaa gitu. ”

Salsa menambahkan, terkekeh. “Minimal suasana mencair, ya kan?”

Zahra menunduk dalam-dalam, hampir ingin masuk ke kolong ranjang saking malunya.

Namun ketika ia perlahan mengangkat wajah, matanya tanpa sengaja bertemu dengan tatapan Althaf.

Mereka sama-sama terdiam.

Althaf memandangnya dengan campuran canggung, teduh, dan entah apa itu. Ada kehangatan kecil yang belum pernah Zahra lihat darinya.

Zahra cepat-cepat membuang muka, jantungnya mulai berdetak aneh.

*

*

Malam harinya, malam yang harusnya menjadi malam hangat untuk kedua sepasang pengantin. Justru itu tak berlaku untuk Zahra dan Althaf.

Zahra duduk di ujung ranjang, memeluk bantal dengan wajah lelah. Di sisi lain, Althaf berdiri kikuk di dekat meja rias, sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana.

Keheningan itu berlangsung lama. .

Hingga akhirnya Zahra, yang memang tidak tahan berada dalam suasana hening, menghela napas, lalu ia beranjak dari ranjang dan mengulurkan tangannya ke arah Althaf.

“Ini,” katanya singkat.

Althaf memandang tangan kecil itu dengan kening sedikit berkerut. “Apa?”

Zahra menatapnya seakan pertanyaan itu sangat aneh. “Kita kenalan, dong. Masak suami istri enggak saling kenal?”

Baru kali itu Althaf tersenyum, walau kecil. Ia mendekat dan menjabat tangan Zahra. Genggamannya hangat.

“Althaf Zayn Yusuf.”

Zahra mengangguk pelan. “Zahra. Tapi, ya, itu kamu sudah tahu.”

Keheningan kembali menyelinap di antara mereka.

Beberapa detik berlalu sebelum Zahra memberanikan diri berbicara lagi. Suaranya datar, sedikit bergetar karena canggung, tapi ia berusaha terdengar tenang.

“Terima kasih sudah nyelamatin wajah keluargaku hari ini. Aku tahu ini berat buat kamu.” Ia menunduk, menatap ujung jarinya. “Aku memang menyedihkan, ya? Ditinggal nikah sama cowok yang aku sayang, diselingkuhi sahabat sendiri.”

Althaf tidak menimpali. Tatapannya terlihay iba meski wajahnya tetap dingin.

Zahra kembali bicara, kali ini suaranya lebih kecil, “Tapi kalau kamu mau cerai, enggak apa-apa. Serius. Kita juga enggak saling cinta. Aku enggak mau memaksa kamu bertahan.”

Althaf membuka mulut hendak menjawab, namun, Zahra tiba-tiba berbalik, berlari kecil ke ranjang, lalu langsung menyembunyikan diri di balik selimut, hanya menyisakan rambut cokelatnya.

“Aku ngantuk! Selamat tidur!” serunya tergesa, jelas sekali ingin mengakhiri pembicaraan.

Althaf tertegun. Ia mengira Zahra akan menangis, marah, atau setidaknya mengusirnya keluar kamar. Tapi tidak. Gadis itu malah mengajaknya berkenalan lalu kabur ke balik selimut seperti anak kecil yang salah tingkah.

Sebuah senyum kecil muncul di bibir Althaf tanpa ia sadari. ‘Gadis ini benar-benar unik.’

Althaf menggeleng pelan. Ia mengambil karpet bulu tebal yang sudah disiapkan di sudut ruangan, lalu membentangkannya di lantai. Setelah mengambil bantal cadangan, ia berbaring, menatap langit-langit kamar.

Sebelum memejamkan mata, Althaf sempat melirik ke arah Zahra yang masih bergelung di balik selimut.

1
Alona Luna
ohhh juwet ternyata 😌
Alona Luna
kapok tuh si mirna🤣🤣
Mineaa
is the best lah Zahra.....
jadi garda terdepan untuk keluarga nya...
Zahra gitu lho no kaleng kaleng....
istri solehot mo di lawan.....😁💪🔥🔥🔥🔥🔥
zylla
Parah 🤣🤣🤣
Tiara Bella
dikampung aku namanya juwet tp dibekasi blm Nemu tuh juwet.....
zylla
Paksu cemburu 🤭
zylla
heh, pelakor munafik ini gak usah sok"an nasehatin Ara. 🤬
zylla
ide bagus, Ara 🤭
zylla
setuju sekaliii 🤭🤭🤭
zylla
gundulmu 🤣🤣🤣🤣
zylla
sebel 🤬🤬🤬
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
zylla
bodohnya udah gak ketolong lagi yaampun 😮‍💨
Dew666
Itu di desaku namanya duwet,,, uenak maknyuusss,, tapi skrg susah carinya 💐
zylla
Minta Pak Handoko dateng lagi, Ara. 🤭
Fia Ayu
Good job zabra, kasih faham mereka biar keluarga mak mia tak selalu di tindas😡
Andira Rahmawati
cppeng sama bunne makananku waktuku kecil....iiihhh jadi pengen sayang di jakarta nga ada yg jual..😍😍
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Di Sulsel saja kak udah langka sekalimi 😁
total 1 replies
mama_im
di aku namanya jamblang, kalo yg kecil itu huni. uuuuhhh mantap itu di rujak, walau ribet buangin bijinya sambil ngunyah 🤣🤣🤣
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Aku gak pernah rujak kak. Paling dikasih gula aja 🤣🤣. Sayang sekali udah langka
total 1 replies
Shee
yang rasanya asem, manis, sepet bukan c ya? dah lama g pernah makan itu jadi lupa-lupa inget🤭
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Iya kak. Bener banget. Author aja rindu makannya, sayang udah jarang banget
total 1 replies
Shee
duh dua manusia ini bukan nya sadar malah nambah kayanya🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!