Semenjak kematian 'DIA' Aqila makin brutal dan makin bringas. Ia tak segan-segan untuk membunuh mereka yang sudah mengusik ketenangannya. Dia tak akan pernah menyerah dan berhenti untuk mencari seseorang yang sudah membunuh 'DIA.
"Darah dibalas dengan darah."
"nyawa dibalas dengan nyawa."
"penghianat tetaplah penghianat, mereka hanya sampah masyarakat yang hanya bisa membuat meresahkan. Jika hidupnya tak guna kenapa tidak mati saja?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Aqila saat ini berada di sebuah Apartemen ternama di Jakarta.
Entahlah sejak kepergian sang kakak, Aqila sekarang banyak yang berubah. Bukannya hanya sifat dan sikapnya, tetapi juga dari segi penampilannya. Dulu Aqila berambut panjang tapi sekarang Aqila berambut pendek, mungkin kata orang jika wanita tidak baik-baik saja pasti dia akan memotong rambutnya menjadi pendek. Aqila yang awalnya tidak percaya akan hal itu, tapi sekarang dia mengakui jiga hal itu memang benar adanya karena dia sudah mengalaminya sendiri. Dulu dia selalu tersenyum, lemah lembut, tapi sekarang dia jarang memberi senyuman dan hanya memasang wajah datar.
"Dor!" kata Clara menepuk punggung Aqila.
Masih ingat Clara? kalo gak inget aku kasih tahu ya. Clara itu Alter ego milik Aqila, sifatnya yang berubah-ubah membuat bingung mau menjelaskan bagaimana Clara itu.
"Gak kaget gua," kata Aqila datar.
"Kenapa gak kaget?" tanya Clara dengan muka pucat nya.
"Dah terbiasa gua, btw lo dari mana aja? baru nongol sekarang," tanya Aqila yang heran kepada Clara. Karena Clara sudah lama tidak muncul dan hilang begitu saja, yang ia tau Clara hanya muncul saat dia marah waktu itu. Tapi setelah itu Clara pun hilang lagi entah kenapa.
"Gua sebenarnya," jawab Clara yang agak menggantung.
"Sebenarnya apa?" tanya Aqila.
"Sebenarnya, gua udah ketemu sama arwah ibu dan ayah gua," jawab Clara membuat Aqila heran.
Aqila memang bisa mendengar dan membaca hati dan pikiran orang lain tetapi hanya manusia, untuk alter ego mau pun mahluk lainnya Aqila tidak bisa.
"Kenapa ayah lo jadi arwah? apa dia udah meninggal?" tanya Aqila.
"Duduk dulu napa dah, cape deh gua berdiri terus," cibir Clara.
Yaps, dari tadi Aqila dan Clara hanya berdiri terus karena dari awal. Aqila sedang berada di balkon kamar Apartemennya dengan posisi berdiri.
"Ya udah, yok masuk," kata Aqila mempersilahkan, tapi ia sendiri yang masuk duluan dan meninggalkan Clara.
"Begini kah cara seorang leader dari RM, dan Ratu Kegelapan memperlakukan tamunya?" cibir Clara dan duduk di samping Aqila di tepi ranjang.
"To the point aja, gua males banyak basa basi," kata Aqila.
"Oke, jadi gini. Gua udah ketemu sama arwah ibu dan ayah gua, itu gua tau dari si Poci yang dulu gangguin lo," kata Clara dan Aqila pun manggut-manggut ingat.
Ada yang ingatkah sama si Poci cool?
"Nah dia bilang, kalo dia ketemu sama orang tua yang mirip sama gua. Pas gua samperin eh ternyata bener Ibu sama Ayah gua," kata Clara lesu.
"Tapi kenapa lo merasa lesu gitu?" tanya Clara.
"Gua mau minta bantuan lo," kata Clara dan merubah raut wajahnya.
"Bantuan apa?" tanya Aqila.
"Membunuh orang yang udah membunuh Ayah gua," kata Clara dengan datarnya.
"Emang siapa yang membunuh Orang tua lo?" tanya Aqila.
"Sindy...,"
~☆~
"Mommy!" teriak Aqila saat berada di Mansion keluarga Mahendra.
"Apaan sih Qil?" tanya Elzo yang berada di ruang tv bersama Alin.
"Iya nih kak Qil, ada apa?" tanya Alin.
"ROGER SAYA MINTA TOLONG YA BUAT KUNCIIN KANDANG PUTRA SAMA PUTRI, DAN KALIAN BERDUA PUTRA SAMA PUTRI JANGAN JAHIL YA SAMA ROGER," teriak Mommy Siska.
Kenapa Mommy Siska berpesan seperti itu kepada Putra dan Putri? jawabannya karena mereka berdua selalu meraung-raung dan menampilkan giginya yang tajam dan seakan-akan mau memakan siapa pun yang ada di dekat hingga membuat para bodyguard ketakutan, ada yang pingsan sampai kencing di celana. Jahil sekali memang peliharaannya yang satu ini.
Akhirnya mereka berdua pun sampai di kamar milik Aqila dan Gibran.
"Aqila, Gibran kemana?" tanya Mommy Siska dan duduk di ranjang milik Aqila.
"Pergi ke markas Tiger sama Aland and the geng," jawab Aqila dan Mommy Siska hanya ber'oh'ria.
"Ya udah sok mulai," kata Mommy Siska dan Aqila pun mulai melakukan pemanggilan Clara.
Aqila pun berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata. Aqila memanggil Clara di sebuah rumah yang ada di tubuhnya.
"Clara oy lo noh di panggil sama Mommy gua," kata Aqila dan mencomot kue yang ada di meja makan.
"Kenapa gua dipanggil?" tanya Clara lagi.
"Udah ah lo sana aja, gua mau istirahat hari ini. Lo kalo mau membunuh Sindy, lo aja ya pake aja tubuh gua. Besok gua balik lagi ke tubuh gua, sekarang gua lagi cape," kata Aqila lesu tapi itu membuat Clara tersenyum senang.
"Wah serius lo?" tanya Clara meyakinkan.
"Iya dua rius malahan, jadi cepet lo sana," ucap Aqila dan wush Clara pergi dengan cepatnya.
"Heran deh gua, dia tuh hantu apa alter ego ya. Dibilang hantu dia gak nyeremin-nyeremin amat, dibilang alter ego tapi kok kelakuannya ke begonoh?" tanya Aqila kepada dirinya sendiri.
"Bingung gua lama-lama," gumam Aqila.
Setelah menghabiskan kue yang ada di meja makan, Aqila pun pergi ke kamar yang ada di rumah itu, dia pun mulai tertidur.
Kembali lagi ke dunia nyata!!!
Clara pun langsung masuk ke raga Aqila, Clara pun membuka matanya perlahan dan dia mulai duduk di ranjang itu. Mommy Siska itu kaget melihat bola mata Aqila yang awalnya berwarna biru laut, tapi sekarang bola matanya berwarna merah darah.
"Ini Aqila apa Clara?" tanya Mommy Siska kepada Clara/Aqila.
"Apa Aqila gak bilang apa perbedaan fisik kami?" tanya Clara dan Mommy Siska pun menggelengkan kepalanya.
"Jadi gini ya, aku panggil kamu tante apa Mommy ya? Mommy aja deh ah," kata Clara yang bertanya tapi malah menjawabnya sendiri.
"Terserah kamu yang penting kamu seneng," kata Mommy siska sambil mengelus rambut Clara.
"Kamu Clara 'kan?" tanya Mommy Siska dan Clara pun menganggukan kepalanya dengan antusias.
"Iya Mommy aku Clara," jawab Clara.
"Kenapa di mata kamu Mommy hanya melihat kesedihan? kamu sedih kenapa hm?" tanya Mommy Siska dan mengelus rambut Clara lagi.
"Aku sedih Mom, orang yang udah membunuh Ayah sama Ibu aku masih belum menerima apa yang setimpal," kata Clara dan matanya mulai berkaca-kaca. Mommy Siska yang melihat itu pun langsung memeluk Clara.
"Gak usah dilanjutin lagi kalo emang kamu belum siap," kata Mommy siska tapi Clara menggelengkan kepalanya.
"Enggak Mommy," kata Clara dan menatap manik Mommy Siska.
"Aku, Ayah dan Ibu meninggal dengan orang yang sama, dia membunuh ku dan kedua orang tuaku dengan sangat keji. Dia membakar jasadku dan menghanyutkan 'kannya ke sungai, Ibuku dia memutilasi anggota badannya dan dia malah menjual ginjal, hati, jantung, mata Ibuku kepada dokter gadungan. Dan Ayahku dia membuang jasadnya ke jurang," ucap Clara.
"Lalu siapa orang yang membunuh kamu dan kedua orang tuamu?" tanya Mommy Siska.
"Sindy!" jawab Clara dengan penuh amarah.
"Waw, ternyata kita punya tujuan yang sama untuk membunuh Sindy," kata Mommy Siska dengan senyum smirknya.
"Apa kau ingin membunuhnya bersamaku?" tanya Mommy siska.
"Iya Mom, aku sangat mau. Sudah lama aku enggak bermain-main dengan darah," kata Clara keceplosan.
Pasalnya dia selalu bermain-main dengan darah dengan membunuh manusia, dan itu pun ia gunakan saat Aqila ada musuh yang mungkin dia lagi gak mood buat membunuh orang. Jadi diwakilkan saja oleh Clara.
"Apa kamu suka membunuh orang?" selidik Mommy Siska.
"Hehehe, itu sih dulu Mom kalo ada yang mengusik Aqila, terus kalo Aqila lagi gak mood buat bunuh orang ya aku wakilin aja. Mayan Mom, buat ngisi waktu kegabutan," kata Clara cengengesan.
Dan Mommy Siska hanya geleng-geleng kepala, orang lain kalo gabut yang ngapain ke. Lah ini? gabut bunuh orang, ck ck ck, memang psikopat.
"Ya udah gih kamu beres-beres dulu, kita nanti ke markas RM," kata Mommy Siska.
"Mau ngapain ke markas RM?" tanya Clara.
"Kamu mau membunuh Sindy'kan?" tanya Mommy Siska dan Clara pun menganggukan kepalanya dengan antusias.
"Sindy ada di markas RM, jadi kita bakalan ke sana untuk membunuh Sindy," kata Mommy siska dan tersenyum miring.
"Waktu mu tinggal sebentar lagi, Sindy."