"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1
Episode 1
***
"Inilah yang kau inginkan, menjadi budak ranjang untukku demi uang, jadi jangan menangis di hadapanku dan membuat seolah-olah semua ini adalah keinginan ku."
"Wanita murahan seperti mu tak pantas menangis, Anna!"
Alexander Graham, lelaki berusia 30 tahun dengan tinggi 190cm, mata biru dan wajah yang sangat tampan berdiri di ujung ranjang sambil mengancing kemeja putihnya.
Dia baru saja melakukan hal nakal di atas ranjang pengantin nya dan setelah itu dia akan langsung pergi meninggalkan istrinya yang baru saja ia nikahi sendirian menangis seperti itu.
Anna, wanita berusia 21 tahun, dengan mata bulat hazel dan rambut cokelat panjang bergelombang, tinggi 161 cm dengan tubuh ramping yang mungil, dia menangis atas ucapan suaminya.
Tanpa terlihat peduli sedikitpun, lelaki itu pergi dengan ekspresi dingin dan kejam, sedangkan Anna meringkuk bersembunyi di balik selimut.
Gaun pengantinnya sudah robek dan bertebaran di lantai, isakan tangisnya terdengar pelan karena dia menutup bibirnya.
"Jangan menangis Anna, tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja, jadi jangan menangis ..."
"Kata-kata menyakitkan itu bukanlah apa-apa, yang penting uang untuk biaya rumah sakit Ayah bisa lunas, jadi tidak apa-apa."
Anna mengusap air mata di pipinya, tubuhnya terasa berat dengan nafas yang memburu, tubuhnya masih menggigil bergetar karena rasa takut.
Alexander sangat buas dan tak perhatian sama sekali, dalam hubungan ranjang itu suaminya sama sekali tak berlaku lembut jadi dia merasa sangat kesakitan.
Anna turun dari ranjang, dengan langkah pelan karena rasa sakit di sekujur tubuhnya, saat dia sampai di kamar mandi dia bisa melihat cerminan tubuhnya di depan cermin.
Dia melihat begitu banyak tanda merah, genggaman tangan yang terlalu kuat dari suaminya juga meninggalkan bekas merah yang terlihat jelas.
Matanya yang bulat nanar menatap kaca, pandangannya sedikit kabur karena air matanya sendiri.
"Tidak apa-apa."
"Tidak apa-apa."
Kata-kata itu kembali ia ucapkan dengan suara bergetar, seolah kata itu adalah mantra untuk meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja.
Anna yang kesakitan segera masuk ke dalam bathtub, dia memejamkan matanya ketika air hangat terasa tubuhnya, dia memejamkan matanya dan mengingat apa yang terjadi sampai dia menjadi istri seorang CEO kejam seperti Alexander.
***
Satu minggu yang lalu,
"Ayah, Ayah tolong bangun, jangan tinggalin Anna."
"Ayaaahhh ..." Anna dengan pakaian pelayan yang masih melekat di tubuhnya menangis di rumah sakit ketika melihat Ayahnya sudah tidak sadarkan diri dan berada di rumah sakit sekarang.
Anna memang bekerja sebagai pelayan di kediaman konglomerat terkaya ialah keluarga Graham, saat selesai bekerja dia pulang ke rumahnya dalam keadaan lelah dan syok ketika melihat Ayahnya tergeletak di lantai.
Ayahnya memang sudah lemah dan sakit-sakitan, semua berawal dari kematian Ibunya dua tahun lalu karena penyakit turunan yang sudah lama diderita, hal itu membuat Ayahnya stress dan penyakit jantungnya kambuh.
Selama dua tahun penuh Ayah Anna selalu bolak balik rumah sakit, dan biayanya tidaklah sedikit.
Karena itu Anna tidak lanjut kuliah dan menggantikan Ibunya bekerja sebagai pelayan di kediaman keluarga Graham.
Karena kesibukan nya bekerja sepanjang hari, Anna tidak bisa menjaga Ayahnya setiap waktu, yang dimana membuat Anna syok ketika pulang melihat Ayahnya tergelak di lantai.
"Maaf Nona, tapi sepertinya Ayah anda jatuh cukup keras, saat ini sedang koma, silahkan ke ruang administrasi ya untuk melunasi biaya ..."
Waktu berjalan begitu cepat, dengan tangisan yang masih melekat di wajah, Anna tetap harus kuat karena dokter yang memeriksa Ayahnya mengatakan Ayahnya koma dan harus mengurus mengenai biaya berobat.
"Koma?"
"Biaya berobat?"
"Hah!"
Anna tersenyum pahit, matanya yang nanar melihat dokter yang memeriksa Ayahnya berlalu ke ruangannya, meninggalkan dia berdiri di lorong sendirian.
"Hah! Haaaa ..." Anna memegangi kepalanya, wajahnya menjadi pucat dan dia tidak tahu lagi harus bagaimana.
Dia sangat sedih dan terpukul mendengar Ayahnya koma tapi disaat yang sama dia juga harus mencari uang untuk biaya pengobatan.
Dengan lesu dan kepala yang sakit, Anna melangkah ke ruangan administrasi, dengan cepat dia mendapatkan lembaran biaya pengobatan, dengan jumlah fantastis yang entah darimana uangnya akan ia dapat.
Anna meminta keringanan agar dia diberikan waktu untuk pelunasan, agar Ayahnya tidak dipulangkan dalam keadaan koma, untung saja pihak rumah sakit mengijinkan tetapi tetap saja sebenarnya Anna sudah tidak tahu dari mana Anna akan mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu singkat.
Dengan tubuh yang lelah dan kepala yang sangat pusing, dia kembali ke ruangan dimana Ayahnya dirawat, dia melihat wajah pucat Ayahnya yang berbaring di ranjang pasien dan dalam sekejap air matanya mengalir dengan deras di pipi.
"Ayah, maaf ya tidak bisa menjaga Ayah yang sakit karena Anna harus bekerja, maaf membuat Ayah sampai seperti ini ..."
"Tapi Ayah, tolong jangan tinggalkan Anna ya, Ayah satu-satunya keluarga Anna yang tersisa, jangan cepat-cepat menyusul Ibu ..."
"Kalau Ayah menyusul Ibu, Anna harus bagaimana?"
Anna ketakutan, panik dan cemas, segala perasaan itu berkumpul jadi satu membuatnya sesak dan terdengar sangat menyedihkan.
"Ayah, aku mohon tinggallah sebentar lagi dengan Anna, Anna belum siap kehilangan lagi ..."
"Jangan tinggalkan putrimu sendirian ya Ayah ..." Anna menggenggam tangan Ayahnya dan menangis tersedu-sedu.
Dia menangis sampai kepalanya sakit dan terlelap begitu saja sambil duduk dan menggenggam tangan Ayahnya.
Saat pagi, Anna terbangun dengan mata yang sedikit sembab, kepala yang sakit, dia melihat Ayahnya yang masih terlelap dengan wajah pucat.
Bunyi mesin yang memperlihatkan denyut nadi Ayahnya nampak normal, Anna duduk termenung sejenak tanpa mengatakan apapun.
Sampai ketika ponselnya berdering ...
"Halo Anna, kau ada dimana?"
"Apa kau terlambat masuk kerja lagi? Kemarin kan aku sudah bilang Tuan muda Alexander akan segera pulang dari Inggris, jadi tugasmu harus membersihkan ruangan untuknya segera."
"Tuan besar akan marah besar jika ruangan yang disediakan untuknya belum bersih."
Terdengar kepala pelayan tempat Anna bekerja marah-marah, karena sampai jam segini Anna belum juga datang ke mansion untuk melakukan pekerjaannya.
"Maaf Bu, Ayahku masuk rumah sakit, aku akan segera kesana ... Tolong maafkan aku." Anna meminta maaf karena belum pergi bekerja, tapi nampaknya kepala pelayan itu tidak terlalu peduli, karena baginya pekerjaan adalah pekerjaan dan Anna harus profesional.
"Selalu saja alasanmu adalah Ayahmu, ada banyak sekali orang yang mau bekerja di tempat ini ya Anna, kalau kau belum datang secepatnya maka aku tidak akan segan-segan memecat mu."
Seru kepala pelayan itu membuat Anna panik, mata Anna langsung membulat dan dengan tubuh yang kelelahan dia langsung berdiri.
***
Bersambung
Alex mbo y ngomong ny baik2 dong , jan seperti itu ,jelas Anna ketakutan karna ngomong kamu selalu membentak gda lembut2 ny 🤪