Amara Olivia Santoso, seorang mahasiswa Teknik Industri yang sedang berusaha mencari pijakan di tengah tekanan keluarga dan standar hidup di masyarakat. Kehidupannya yang stabil mulai bergejolak ketika ia terjebak dalam permainan seniornya Baskara Octoga.
Situasi semakin rumit ketika berbagai konflik terjadi disekitar mereka. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, persahabatan dan kehidupan kampus.
Akhir semester genap
Panas matahari siang, melesat dan menembus pori-pori seolah jarak antara dengan bumi hanya satu kilo meter diatas langit Semarang. Suasana tenang dan tegang selama seminggu terakhir menjalani Ujian Akhir Semester Genap kini berubah menjadi ramai.
Suara alunan musik dari atas panggung mendominasi, gelak tawa serta obrolan mahasiswa kini bercampur dengan suara blender, grinder kopi, spatula logam yang membentur wajan. Membuat semarak acara Market day Fakultas Teknologi Industri tahun ini.
Puluhan tenda putih terjejer rapi di sepanjang halaman Fakultas. Kontras dengan aksesoris warna warni yang menghiasi setiap stand tenda. Semua angkatan dari masing-masing jurusan di Fakultas Teknologi Industri berlomba-lomba untuk menjadi stand terbaik dengan hadiah fantastis.
Mahasiswa berlalu lalang, ada yang bertugas di depan tenda menarik pengunjung yang datang ke stand mereka. Terlihat ada banyak stand yang menjual aneka kuliner, asesoris, merchandise, photobooth, Laundry sepatu dan beberapa jasa lainnya.
Amara berlari menuju stand angkatannya yang berada di depan Laboratorium Manufactur. Nafasnya terengah, keringat yang bercucuran di dahinya membuat basah rambut coklat ikal yang sengaja tergerai Panjang.
Cantik, adalah kata yang terucap Ketika melihat Amara dalam satu tatapan. Mata sipit sayu, hidung macung serta bibir pink alami. Meskipun sering di juluki bunga fakultas, nyatanya tidak ada satu pun lelaki dari fakultasnya yang berani mendekat kearahnya karena ia adalah wanita incaran presiden BEM sejak masih menjadi mahasiswa baru.
Seperti hari biasa ia datang ke kampus mengenakan dress selutut ala bohemian dan di padu padankan dengan ankle boots berwarna gelap. Tidak ada yang special darinya, hanya waktu seolah berhenti ketika berpapasan dengannya. Ada rasa aman tapi menusuk hati, hangat, aneh tapi familiar. Seperti aroma lavender bercampur dengan bergamot. Namun setelah itu berubah seperti campuran aroma mawar dan kemenyan lalu di akhiri dengan aroma amber dan cendana.
Langkahnya terhenti ketika ia berada di depan stand Teknik Industri semester dua. Terlihat beberapa teman kelasnya berkumpul. Gwen dan Angkasa sahabatnya pun sedang melayani pembeli. Mereka menjual jewelry accessories aesthetic ala pinterest.
Amara dengan sigap mengambil beberapa brosur diatas meja, dia tersenyum sekilas kepada Gwen dan Angkasa.
“Aku bagiin Brosur di depan yaa” Ucapnya.
“Oke ra, nanti aku susul ke depan” Sahut Angkasa sembari mempacking kalung liontin untuk pasangan yang berdiri di depannya.
Gwen kemudian mendekati Amara dan memberikan satu botol air mineral.
“Nih minum dulu, gilaa panas banget gini pembeli juga pada ogah buat dateng” Ucap Gwen.
“Makasih yaaa” Balas Amara setelah meneguk air mineral dari Gwen.
Amara dan Gwen membagikan brosur untuk menarik pengunjung datang ke standnya. Disusul Angkasa yang seketika break dance di depan stand membuat suasana menjadi riuh tepuk tangan dari beberapa pengunjung.
Stand mereka kembali ramai, banyak pengunjung berdatangan, ada yang beli ada pula yang hanya sekedar ingin menonton Angkasa.
Sementara, suasana memanas terjadi tepat di stand sebelah kanan mereka. Stand kakak Angkatan mereka Teknik Industri semester empat. El dan Gerry sedang beradu argumen. Entah apa yang mereka debatkan. Yang jelas pertengkaran itu berakhir dengan El yang membalikkan meja yang berada di dalam stand mereka.
El yang masih di penuhi amarah berjalan keluar, dengan sengaja dia menyenggol Angkasa dan membuatnya jatuh ketanah seketika. Gwen yang panik pun langsung membantu Angkasa untuk berdiri. Sementara Amara tidak bereaksi apapun, ia masih berdiri dan melirik tajam ke arah El berdiri.
“Lo sengaja mancing emosi guee?” Kata El dengan wajah penuh dengan urat yang mengeras.
“Ada apa yaa kak? Tolong jangan buat keributan disini” Ucap amara tenang.
Semua teman Angkatan Amara yang berada di dalam stand lantas bergerombol berdiri di belakang. Wajah mereka sama paniknya dengan Angkasa dan Gwen.
El mendekatkan diri kearah Amara. Jarak diantara mereka sangat dekat hingga Amara dapat mencium aroma rokok bercampur alkohol dari mulut El.
“Jangan pikir karena lo cantik, lo bisa seenaknya sama gue. Ngga ada takut-takutnya yaa lo sama senior” El hampir melayangkan tamparan kearah Amara sampai Gerry datang dan mencegahnya.
“Plakkk” Tamparan itu mendarat mulus di pipi kanan Gerry. Semua terkejut, ada rasa ngeri. Sementara Amara hanya menutup matanya.
“Lo apaan sih ikut-ikutan dasar cupuu” Teriaknya sembari mencengkram krah kemeja Gerry.
“Eh gendut, bisa diem ga lo. Jangan mentang-mentang senior yaa main licik di lapak orang” Teriak Erica dari barisan belakang.
“Siapa yang ngomong siniii” Teriak El geram. Ia pun lantas melepaskan cengkramannya pada Gerry.
“Udah kak tenang dulu, kita bicarakan baik-baik” Kata Amara.
“Ehh lo manusia sok suci, kecantikan” Bentaknya tepat di depan Amara.
Tidak ada yang berani mendekat, selain karena badannya yang besar, mereka tau El sedang dalam pengaruh alkohol.
“Gue bukan Kevin si presiden BEM yang bodoh pemuja lo yaaa, Lo diem aja gausah banyak petingkah karena gue ngga suka sama cewe modelan kayak lo yang suka pake topeng” Kata El penuh dengan penekanan.
“Plakkk” Tamparan kali ini mulus mendarat di pipi kanan Amara.
Suasana makin menegang ketika segrombolan anak semester dua yang berada di stand mulai maju dan melawan El. Sementara Amara yang masih shock berdiri di topang oleh Gwen.
“Beraninya lo nampar Amara” Angkasa mulai naik pitam.
Situasi semakin chaos, El di kepung oleh anak-anak industri semester dua. Pertempuran itu tak dapat di hindarkan, hingga semenit kemudian Kevin sang Presiden BEM datang dan melerai.
“Jangan kasih ampun kak Kev, dia tadi jelekin nama kakak kita semua saksinya” Ucap Erica memprovokasi.
“Udah stop, saya ngga mau masalah ini semakin besar. Tadi siapa aja yang kena gampar sama El?” Tanya Kevin.
“Angkasa, Amara sama kak Gery kak” Ucap Gwen.
Kevin melirik Amara sekilas, dilihatnya merah di pipi kanan Amara. Sekilas, ada perasaan sesak memenuhi dadanya. Jika dia bukan Presiden BEM, sudah habis babak belur El di tangannya.
“Tolong saling kooperatif yaa, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Apalagi malam ini adalah malem puncak Market Day. Banyak pengunjung dari luar datang, jangan sampai nama fakultas kita tercoreng hanya karena masalah sepele” Pinta Kevin sebelum membawa El meninggalkan kerumunan.
Setelah keadaan mulai mereda, Beberapa Senior wanita dari Angkatan El datang, mereka datang untuk menanyakan keaadan para juniornya yang terluka akibat ulah El. Sementara para anak semester dua sibuk membenahi stand mereka yang hampir rubuh akibat ulah kakak kelas yang membabi buta.
“Amara, kamu gapapa?” Tanya Celline khawatir.
“Iya kak, aku gapapa” Ucap amara sembari tersenyum dan memungut brosur yang terjatuh ke tanah.
“Baskara, David siniiii” Teriak Celline sembari melambaikan tangan ke arah dua lelaki yang berjalan mendekat kearahnya.
“Kamu ngapain disini Ce?” Tanya David mengenyitkan dahinya.
"Kamu tau nggaa, aku takut tau tadi El debat sama Gerry terus tau tau ngamuk ngga jelas disini, Angkasa sama Amara jadi korbannya” Kata Celline yang tiba-tiba menggandeng tangan Baskara yang langsung di tepis detik itu juga.
Dengan posisi jongkok, Amara yang menengadah keatas melihat adegan memalukan seniornya yang baru saja tertolak. Dengan smirk aneh dia kembali menunduk untuk mengambil brosur yang masih berceceran di tanah. Namun terlambat, Baskara melihatnya.
“Sini ra, aku bantuin” Ucap David mengambil posisi jongkok dan memungut brosur.
“Kompres dulu mukamu biar ngga bengkak” Ucap Baskara sembari mengeluarkan botol air mineral beku dari kantong plastik dan menyodorkannya tepat di depan Amara.
“Makasih kak” Amara pun tersenyum kecil sembari meraih botol air mineral beku dari tangan Baskara.
Dari kejauhan terlihat Kevin yang tadi berlari pun kini terhenti. Ia terlambat, sepertinya Air mineral beku di tangannya akan dibiarkan saja mencair. Sementara Celline mulai resah dengan pandangannya ke Amara. David terdiam, ada ngilu yang tiba-tiba menghujam jantungnya, Pelan.