"Oke, sekarang apa solusimu?" tanya ayahnya.
"Ayah, aku minta maaf. Tolong ayah bayar ya? Apa ayah tega aku masuk penjara?" jawab Inki yang tidak merasa menyesal atas sikapnya.
"Apakah menurutmu ayah punya uang sebanyak itu?" sela Inka.
"Ayah kan bisa jual kebun terlebih dahulu." usul Inki.
"Inki, jangan ngelunjak kamu. Kamu semakin tidak tau diri dan selalu menyusahkan keluarga saja. Apa dengan kasusmu ini, kamu belum menyadari kesalahanmu juga? Apa kamu tidak tega melihat bagaimana perjuangan ayah?" kesal Inka.
"Ayah ....." rengek Inki. Ayahnya masih terdiam.
"Ayah, ayah lebih memilih aku atau kebun ayah?" sarkas Inki.
"Bukan begitu juga kali caranya, Inki!! Kamu itu lama-lama memang nggak tahu diri ya?"
"Nanti ayah pikirkan. Ayah nggak tahu harus seperti apa? Jika ayah jual kebun, maka kita akan makan dari mana? Karena hasil kebun itu adalah satu-satunya sumber penghasilan kita." ucap Pak Budiono lesu.
"Ayah...." Inka mendekati ayahnya dan memeluknya. Sedangkan Inki masih tetap dalam posisinya.
"Ayah nggak apa-apa, nak."
"Ayah, maafkan kami yang selalu menyusahkan ayah." ucap Inka.
"Tidak, nak, Kalian adalah tanggung jawab ayah. Maafkan ayah jika ayah belum bisa memberikan yang terbaik buat kalian."
Drrrrttt..... Drttttt.....
Tiba ponsel Inka berdering dari nomor yang tidak dikenal. Inka ragu menjawabnya dalam situasi seperti ini.
"Jawab saja, nak. Siapa tahu itu penting." saran Pak Budiono. Inka pun menjawab ponsel tersebut dengan ragu. Inka menekan tombol hijau pada ponselnya.
"Ya, halo. Iya benar. Ada yang bisa saya bantu?" Inka terlihat menyimak setiap ucapan dari lawan bicaranya.
"Baiklah. Silahkan datang ke rumah kami. Terima kasih." Inka pun menutup sambungan ponselnya.
"Siapa, nak?" tanya Pak Budiono.
"Aku juga nggak tahu, ayah. Mereka akan datang ke rumah dan menjelaskan semuanya." jawab Inka.
"Apakah ini ada hubungannya dengan Inki?" tanya ayahnya lagi.
"Aku rasa bukan, ayah." ayahnya hanya manggut-manggut dan Inki penasaran dengan orang yang menelpon kembarannya itu.
"Jadi bagaimana, ayah? Apakah ayah akan membiarkan aku dipenjara?" tanya Inki.
"Secara naluri ayah, ayah tidak mungkin tega membiarkan kamu dipenjara. Tetapi ayah tidak punya cara lain selain menjual kebun yang adalah satu-satunya sumber penghasilan kita."
"Jadi ayah mau menjual kebun kita?" tanya Inka.
"Itu adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang secepatnya, nak. Kita hanya diberikan waktu 3 hari."
"Ayah, apakah tidak ada cara lain? Apakah kita tidak bisa melaporkan mereka ke polisi atas kasus penipuan?" tanya Inka berulang kali.
"Inka, kita ini orang kecil. Nanti takutnya malah banyak hal yang harus kita urus dan keluarkan dana."
"Wawww, terima kasih ayah." Inki memeluk ayahnya sambil tersenyum tanpa rasa berdosa. Ayahnya hanya menjawab dengan senyum tipis.
"Aku benar-benar bingung dengan semua ini." ucap Inka dengan lirih.
"Pasti akan ada jalan keluar, nak. Percayalah. Kalaupun kebun dijual, ayah akan mencari pekerjaan untuk kebutuhan kita."
"Maafkan kami ayah."
"Hussttt, tidak boleh begitu. Kamu tidak bersalah. Ayah hanya merasa, ayah belum bisa menjadi ayah yang baik buat kalian."
"Ayah, ayah sudah menjadi ayah terbaik buat kami."
Inka terlihat sedih ketika melihat rauh wajah ayahnya meskipun ayahnya selalu mencoba menutupi apa yang ia rasakan dari anak-anaknya. Ada kekecewaan yang tersirat di wajah ayahnya.
Inka juga sudah tidak bisa mengendalikan kembarannya itu karena sang ayah selalu memberikan apa yang ia inginkan. Inka rela banting tulang untuk membantu pekerjaan ayahnya. Bahkan pekerjaan rumahnya, ia yang mengurus semua sebelum ia berangkat ke sekolah. Setelah pulang dari sekolah, ia membantu ayahnya di kebun hingga sore hari. Inka juga membantu ayahnya memasarkan hasil panennya baik secara offline maupun online.
Banyak tetangga melihat kegigihan Inka dan banyak pula yang mencela Inki yang selalu bersikap seenaknya sendiri, tidak mau membantu keluarganya.
Sekeras apapun hati orang tua, ia tidak akan tega membiarkan anaknya dalam kesulitan.
Terima kasih sudah mampir....Please dukung karya author dengan meninggalkan jejak ya readers...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Kasmawati S. Smaroni
menuruti segala permintaan dengan dengan cara pemaksaan sama saja menjerumuskan anak ke hal2 negatif,
2022-04-23
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
lanjut ka
2021-08-01
1