Pukul lima pagi lewat sepuluh menit. akhirnya, Hyuri sampai di tempat tujuan.
Ia mengambil tas nya dan segera turun dari kereta. untuk mencapai daerah tempat tinggal paman, bibi serta ayahnya ia masih harus menaiki ojek kurang lebih 7 kilometer, baru sampai di desa tempat tinggal mereka.
Hyuri segera keluar dari stasiun dan mencari ojek. tak berapa lama menunggu, ia sudah mendapatkan nya.
Ya, ia memilih ojek bukan tanpa alasan. menikmati udara dan pemandangan desa dengan naik ojek adalah, sesuatu yang bisa mengembalikan moodnya setelah semalaman berada dalam kereta.
Hari yang cerah memang. sinar matahari mulai muncul dan menyinari ladang serta sawah milik warga. membuat pemiliknya bersemangat datang untuk merawat ataupun memanen aneka tanaman di ladang nya.
Ya, mayoritas warga di daerah tempat tinggal ayah serta paman dan bibinya, adalah petani. mereka mengandalkan hidup dari penghasilan penjualan sayur ataupun ikan di tambak kecilnya.
Paman nya adalah pengepul sayur. biasanya, para petani datang ke rumah pamannya untuk menjual sayur yang di panen, untuk selanjutnya di bawa ke kota dengan mobil bak oleh sang paman.
Sementara ayahnya, karena keterbatasan fisik lebih memilih membuat gerabah seperti piring dari lidi yang nantinya, di bawa sang paman ke pasar kota juga untuk di jual ke pengepul.
Ayah Hyuri tidak mau berpangku tangan dan pasrah begitu saja dengan keadaannya.
Ojek mulai memasuki desa tempat tinggal ayah serta paman dan bibinya. sepanjang jalan banyak warga yang menyapanya, saat berangkat ke ladang ataupun ke pasar desa yang bertemu dengan Hyuri. gadis itu dengan ramah membalas sapaan mereka dan tersenyum.
"Tumben sedikit?!.",
"Iya, tinggal sisa. hari ini pohonnya di cabut semua, mau di ganti pohon yang baru.",
Suara salah seorang penjual hasil ladang nya, yang sedang bercerita dengan sang paman.
Hyuri turun dari motor dan segera membayar ongkos ojek tadi. "Terimakasih, pak.", ucapnya. membuat tukang ojek itu tersenyum dan menerima selembar uang berwarna biru.
Hyuri segera berlari menghampiri pamannya yang baru saja selesai bertransaksi memberikan uang pada penduduk itu. bahkan, warga desa itu masih sempat menyapa Hyuri saat akan pergi.
"Pagi paman.", ujarnya. seperti biasa gadis itu langsung lari ke pelukan pamannya.
"Kok nggak bilang kalau mau pulang?!.", tanya pamannya heran, sembari melepaskan pelukannya. gadis itu hanya tersenyum manis.
"Ayah mana?!.", tanya Hyuri.
"Di dalam.", jawab pamannya singkat.
"Temuin ayah dan bibi dulu ya, paman?!.", ucapnya meminta izin, yang segera di angguki pamannya.
Hyuri berjalan perlahan memasuki rumah. ia menoleh ke kanan dan kiri. ketika bibi menyadari kehadirannya, Hyuri langsung memeluk bibinya dan memberi isyarat agar tidak berisik. ya, ia ingin mengejutkan ayahnya.
"Dimana ayah, bi?!.", tanyanya, berbisik sembari melepas pelukannya.
"Di taman belakang.", jawab sang bibi. Hyuri mengecup pipi bibinya sebelum pergi menemui sang ayah di taman belakang.
Ya, pagi buta sebelum menganyam lidi, ayahnya pasti menyibukkan diri dengan menyiram beberapa tanaman sayuran yang di tanam sang paman dan bibi di kebun belakang rumah yang luasnya tidak seberapa itu.
Mungkin, ayahnya memang cacat. tapi, itu tidak membuat sang ayah menjadikan kekurangan nya sebagai alasan untuk tidak membantu.
Dengan langkah mengendap-endap. ia memperhatikan ayahnya dari balik pintu yang menghubungkan antara dapur dan kebun mini itu.
Nampak ayahnya baru saja selesai menyiram aneka tanaman sayuran itu.
......................
Ayah Hyuri terkaget, saat tiba-tiba ada tangan mungil yang memeluknya dari belakang. refleks, ayah Hyuri segera menoleh ke belakang, dan ia mendapati senyum putrinya.
"Ahh, ayah kaget.", ucapnya, sembari memegangi tangan putrinya yang masih memeluk tubuhnya.
"Kenapa senang sekali membuat kejutan?!.", tanya ayahnya, mendongak. membuat gadis itu tersenyum manis.
"Karena kalau aku bilang, aku mau pulang. ayah, paman dan bibi pasti akan terus menunggu sampai aku datang. tidak istirahat, jadi lebih baik tidak usah bilang.", ucapnya, sembari tersenyum.
Gadis itu beralih duduk di depan kursi roda sang ayah. ia memeluk kaki ayahnya dan meletakkan kepalanya di pangkuan sang ayah.
"Kenapa?.", tanya ayahnya, mengusap surai lembut putrinya.
"Hanya kangen.", jawabnya.
"Ayo sarapan!.", ucap bibinya di tengah pintu, yang membuat Hyuri menoleh dan tersenyum. ia segera bangkit dan beralih mendorong kursi roda sang ayah.
Pagi itu, untuk kesekian kalinya Hyuri menikmati sarapan bersama ayah serta paman dan bibinya. bukan menu mahal, hanya terasa nikmat saat makan dan kumpul bersama keluarga.
Setelah nya tak banyak aktifitas yang di lakukan Hyuri di rumah pamannya. ia hanya membantu ayahnya menganyam lidi sembari melihat beberapa warga yang datang dan pergi membawa sayurnya ke rumah sang paman untuk di beli.
Pukul satu siang.
"Harus balik sekarang, memangnya?!.", tanya sang bibi sembari menyiapkan bekal yang akan di bawa Hyuri agar keponakan nya tidak bisa di kereta, nanti.
"Kan nanti malam harus kerja, bi.", ujarnya.
"Apakah tidak bisa meminta cuti?!.", tanya sang paman, menyahut pembicaraan mereka.
"Kasihan kalau harus cuti, paman. banyak pengunjung cafe yang kecewa nantinya.", jawab Hyuri.
"Kalau memang harus kembali siang ini, jangan lupa makan bekal yang sudah bibi masukkan dalam tas mu. harus di habiskan, jangan sampai bersisa.",
"Kalau sampai di sana masih bisa istirahat, coba istirahat sebentar. Tapi kalau tidak bisa dan harus langsung bekerja, usahakan sepulang kerja langsung istirahat. mengerti?!.", ucap bibinya, yang sudah seperti ibu kandungnya itu panjang lebar, berpesan. Hyuri yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya tersenyum dan mengangguk. ia berjalan ke arah bibinya, dan memeluk wanita paruh baya itu.
"Aku paling sayang bibi.", ujarnya, melepaskan pelukannya.
"Bukan pada ayah, ya?!.", tanya ayahnya tidak terima mendengar ungkapan cinta sang anak pada iparnya.
"Lalu paman?!.", pamannya pun tidak mau kalah juga.
Hyuri hanya tersenyum, lalu berjalan pada paman dan ayahnya yang sedang duduk berdampingan dan memeluk mereka.
"Tentu. ayah, paman dan bibi adalah orang yang paling aku sayang.", ucapnya, yang membuat semua orang seketika tertawa mendengarnya.
Sebelum pergi ke stasiun kereta api, Hyuri yang di antarkan sang paman, tidak lupa berziarah ke makam ibu dan saudara kembarnya.
Ia meletakkan bunga di pusara ibu dan saudara laki-laki nya yang sudah lebih dulu meninggalkan dia dan sang ayah.
Hyuri nampak khusuk berdoa di pandu pamannya.
"Ibu, kakak. Hyuri harus kembali bekerja.",
"Janji, jika Hyuri pulang. Hyuri, akan menengok kalian lagi.", ucapnya, sembari mengusap nisan kakak dan ibunya setelah selesai berdoa.
"Sudah?!.", tanya sang paman, yang di angguki oleh Hyuri. mereka segera pergi dari area makam dan menaiki mobil sang paman.
"Mau paman antar ke dalam?!.", tanya sang paman, ketika Hyuri sudah sampai di stasiun dan turun dari mobilnya.
"Tidak usah. paman, kan harus ke kota untuk menjual sayur para petani.", ujarnya. pamannya yang mengerti, segera memeluk keponakan nya dan naik lagi ke mobil bak nya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments